Selasa, 06 April 2010

Orang Tua Saya Bercerai Waktu Saya Umur 3 Tahun

T = Leo,

Ini saya lagi. Saya masih menyimpan pesan/jawaban anda terhadap pertanyaan saya. Saya membaca kembali dan rasanya saya sudah punya pertanyaan lagi. Saya membaca status-status teman-teman anda, dan rasanya saya sudah mulai memahami pengertian spiritual.

J = That's very good.

T = Leo, saya mengejar spiritual sejak SD.

Sedikit cerita, orang tua saya bercerai waktu saya umur 3 tahun. Beberapa saat kemudian saya ikut nenek kakek. Ketika saya ikut ayah saya dengan perkawinan barunya, saya juga tidak menemukan pengertian orang tua dan kasih sayang karena rumah tangga mereka rapuh juga. Umur 27 tahun saya menikah. Saya pikir semuanya akan selesai tetapi bertambah parah. Enam tahun ini saya sakit, Leo.

J = Saya bisa mengerti anda karena saya juga berasal dari keluarga broken home.

Ada trauma yg berat luar biasa di masa lalu saya, dan semuanya cuma bisa selesai satu demi satu, sedikit demi sedikit. Orang tua itu simbol dari Tuhan di dalam diri kita. Dan kalau Tuhan yg kita kenal secara fisik ternyata kelakuannya seperti Setan, maka tentu saja kita akan mulai berpikir apa yg salah. Tidak ada yg salah sebenarnya karena manusia adalah manusia. Bukan Tuhan maupun Setan. Tuhan dan Setan itu ciptaan manusia saja. Tetapi kelakuan orang-tua yg tidak perduli kepada anak memang seringkali menyebabkan dampak kejiwaan yg negatif. Kita akan skeptis terhadap figur otoritas. Dan ke-skeptis-an itu juga beralasan karena kita tahu bahwa ternyata figur-figur yg seharusnya mengayomi itu ternyata benar-benar tidak mengayomi. Ternyata egois.

Dan ternyata segala ajaran agama itu bohong belaka. Cuma pemanis bibir ketika orang-tua kita bertemu dengan teman-temannya. Kita tahu sendiri pikiran dan perasaan orang tua kita seperti apa. Ternyata ego pria lawan ego wanita. Ternyata budaya lama yg mau dipaksakan oleh kaum pria. Ternyata budaya wanita yg sudah tidak mau dijajah pria lagi. Ternyata sikap memasang tampang ingin dihormati, pedahal tidak pantas dihormati. Ternyata anak cuma menjadi pelengkap penderita. So, I know how you felt. I felt that too.

T = Saya kembali kepada spiritual. Dengan keadaan masa kecil yang kacau, saya mencoba lari ke agama. Saya membaca Upanisad dan buku-buku agama Hindu lainnya. Saya mencari Tuhan di pura-pura sejak kuliah. Intinya saya berusaha tidak rusak karena masa kecil saya.

J = Ada Setan yg "masuk" ke masa kecil anda dan harus anda keluarkan sendiri dengan sadar. Anak yg dibesarkan di dalam keluarga yg tidak harmonis memiliki "Setan" seperti itu. Saya juga. Tanpa sadar saya ternyata merusak diri saya sendiri karena saya merasakan bahwa orang-tua saya tidak mencintai saya. Ternyata mereka seperti kucing dan anjing yg saling menjatuhkan dan bersaingan. Sesekali baik, tetapi kebanyakan sinis dan tidak mau tahu tentang kebutuhan satu sama lain. Saya pikir itu karena orang-tua saya dibesarkan dalam alam budaya masa lalu yg menyepelekan wanita dan membela pria. Ternyata itu belum cukup.

Ternyata ada juga yg namanya penyiksaan anak secara mental dan emosional yg dilakukan oleh orang-tua, walaupun mungkin mereka tidak bermaksud seperti itu. Mungkin mereka akan bilang saya terlalu sensitif. Orang-orang beragama akan bilang saya sensitif dan salah, bahwa sebenarnya orang-tua mencintai saya, dan saya saja yg tidak bisa mengerti. Tetapi saya mengerti, dan saya tahu. Dan saya allergi. Allergi saya ternyata masuk ke dalam alam bawah sadar sehingga saya jadi merusak diri sendiri. Itu psikologi anak. Saya bisa mengerti anak yg merasa sakit terus menerus secara batin sampai dewasa karena saya mengalaminya sendiri.

T = Leo, bisakah saya mencapai keadaan spiritual, Leo pasti mengerti maksud saya, mengingat mental saya yang rusak?

Saya pernah ikut terapi Romy Rafael melalui buku dan keadaan saya secara psikologis disebut sangat berbahaya dan merusak bagi diri sendiri dan lingkungan. gila gak...

J = Jujur saja saya akan bilang di sini bahwa mungkin anda tidak akan bisa mencapai keadaan spiritual menurut pengertian konvensional, yaitu yg model tertib bermanis-manis muka di hadapan semua orang. Anda telah dibesarkan dengan cara berbeda. Cetakannnya sudah beda. Sama seperti saya yg juga telah bisa mendobrak spiritualitas palsu manusia masa lalu karena pengalaman hidup saya sendiri, begitu pula anda.

Spiritualitas anda jenisnya Post Modern, bukan yg model duduk takzim mendengarkan wejangan para ulama itu. Sama saja seperti saya yg sudah tidak bisa lagi bermanis-manis muka kepada para ulama. Saya tahu bukan dari buku melainkan dari pengalaman hidup saya sendiri. Pengalaman pribadi saya di dalam keluarga. Pengalaman pribadi saya bergaul dengan para ulama dari macam-macam agama. Saya keluar masuk lingkungan Protestan, Pantekosta, Katolik, Islam, Konghucu, Hindu, Buddha, Kejawen, dll.

Saya tahu semua belangnya seperti apa. Saya tidak mau jenis spiritual seperti itu. Kalaupun saya memaksakan diri, saya tidak akan bisa berlama-lama. Saya sudah muntah-muntah secara batin, walaupun saya tetap saja bisa bermanis muka kalau terpaksa. Kalau tidak ada masalah apa-apa, saya bisa bermanis muka dengan mereka. Tapi saya tahu bahwa saya bukan mereka. Saya tidak semunafik mereka.

T = Dalam pesan Leo sebelumnya, seolah-olah saya mengartikan punyakah saya niat untuk spiritual? Ya Leo, dan saya sudah melakukannya sejak SD dan belum berhasil. Jadi bagaimana caranya Leo, apa syarat dan langkahnya?

J = Terima saja diri anda apa adanya tanpa perlu mempertanyakan kenapa masa lalu anda seperti itu, kenapa anda lahir di keluarga seperti itu.

Menurut saya anda pernuh kemarahan walaupun mungkin tidak mau mengakuinya, dan selama beberapa tahun terakhir ini anda tanpa sadar berusaha mengeluarkan kemarahan anda dengan cara "merusak" diri sendiri. Saya juga pernah seperti itu dulu, dan saya tidak menyesal.

Kalau saya tidak pernah masuk ke dalam "neraka", saya tidak akan bisa mengangkat begitu banyak orang yg kesakitan di dalam "neraka agama".

Terus terang saya membiarkan pertanyaan anda sampai 5 hari sebelum saya jawab. Ini hari kelima sejak pertanyaan anda sampai ke saya. Selama 5 hari saya diamkan saja. Saya juga memerlukan energi dari dalam diri saya sendiri untuk bisa mengeluarkan apa yg harus saya keluarkan. Saya harap anda bisa meraba dan mengerti apa yg saya maksud di sini.

Kita tidak bisa lagi masuk kotak. Kita sudah keluar dari kotak karena keadaan. Tetapi kita masih harus tetap hidup, bukan? Dan kita harus menciptakan lingkungan kita sendiri, bukan? Lingkungan yg lebih bersih dari kemunafikan. Lingkungan yg tidak lagi membedakan manusia seperti lingkungan dimana kita dibesarkan. Lingkungan yg tidak menekan manusia dengan membedakan orang senior dan yunior, yg tidak membedakan antara ulama dan umat, yg mengakui bahwa semua manusia itu sama saja. Kita manusia biasa, kita semua sama saja, dan spiritualitas kita juga biasa-biasa saja.

Buanglah segala macam mitos dan takhayul bahwa anda harus menjalani syarat-syarat tertentu untuk menjadi orang spiritual. Terimalah segalanya apa adanya. Kalau mau marah, ya marahlah. Putuskan hubungan dengan orang-orang yg anda tidak sukai. Kenallah orang-orang baru yg tidak perduli lagi dengan segala macam ritual. Buang ritual. Jadilah diri sendiri. Enjoy saja.

LUV,

Leo
@ Komunitas Spiritual Indonesia .

Renungan Paskah, 4 April 2010

Friends,

Paskah adalah hari raya terbesar dalam kekristenan. Tanpa ada Paskah tidak akan ada sekte Yahudi yg akhirnya dikenal dengan nama Kristen. Istilah 'kristen' berasal dari kata 'khristos', bahasa Yunani, yg artinya mesias. Kata 'mesias' sendiri berasal dari bahasa Ibrani 'maschiach'. Artinya penyelamat. Penyelamat manusia dari dosa-dosa mereka.

Dosa tidak lain dan tidak bukan adalah rasa bersalah karena kita tidak mampu menembus standard yg ditetapkan Tuhan melalui para ulama. Dari dahulu sampai sekarang begitulah kerja para ulama, yaitu menentukan apa yg halal dan apa yg haram menurut Tuhan, pedahal bukan menurut Tuhan melainkan menurut pendapat para ulama itu sendiri saja.

Dosa bukanlah kriminalitas yg tergantung dari formulasi hukum publik. Dosa adalah rasa bersalah yg tidak nyata, artifisial, misalnya perasaan bersalah karena tidak disunat. Perasaan bersalah karena makan babi. Perasaan bersalah karena berhura-hura pada hari raya Nyepi. Perasaan bersalah karena tidak sholat Jumat. Perasaan bersalah karena tidak masuk gereja pada hari Jumat Agung dan ikut-ikutan ngantri cium kaki patung salib Yesus, dsb.

So, cuma itulah inti dari kekristenan, yaitu upaya menyelamatkan manusia dari dosa mereka. Menyelamatkan manusia dari dosa berarti mengembalikan segalanya kepada pribadi per pribadi untuk menelaah hubungannya langsung dengan Sang Sadar di dalam dirinya. Sang Sadar itu adalah Yesus Kristus sendiri. Pengertian aslinya seperti itu karena Yesus bilang:

"Kalau kamu percaya kepada aku, maka aku hidup di dalam kamu, dan kamu hidup di dalam aku."

"Bapa dan aku adalah satu, aku hidup di dalam bapa, dan bapa hidup di dalam aku."

"Kalau kamu percaya kepada aku, maka bapa dan aku akan hidup di dalam kamu".

Ini psikologi biasa-biasa saja, yg berarti bahwa semua manusia itu adalah manusia bebas. Ada aspek kejiwaan 'orang tua' di dalam diri kita yg disebut sebagai 'bapa' oleh Yesus. Dan ada kejiwaan orang dewasa yg disebut sebagai 'aku', yaitu Yesus sendiri.

Dan ada pula kejiwaan 'anak' yg tidak lain dan tidak bukan ego kita sendiri, yg disebut sebagai 'kamu' oleh Yesus. Ada Bapa, the Tuhan, sang Awloh. Ada sang kakak, Yesus sendiri, orang dewasa par excellence atau kepribadian kita yg dewasa dan bertanggung-jawab. Lalu ada sang 'anak'. Diri kita yg asli, yg dipanggil 'kamu' oleh Yesus,... yaitu diri kita yg spontan, yg bisa dibilang "egois" oleh orang dewasa, yg bisa jatuh sakit ketika dikatakan "berdosa" oleh sang orang-tua dan berbagai figur otoritas lainnya.

Orang-tua di dalam kejiwaan kita itulah yg mendera kita terus sampai saat kita mati. Kita didera dengan perasaan berdosa. Pedahal tidak ada itu dosa. Sang orang-tua juga tidak ada secara fisik, melainkan cuma phantom atawa hantu blao yg ada di sana karena sedari kecil kita disiksa oleh segala macam larangan yg tidak masuk akal oleh orang tua kita, komplit dengan wejangan dan tekanan sehingga kita terbeban berat dan harus minta pertolongan kepada orang dewasa atau mesias, sang penyelamat dari dosa, yg juga ada di dalam kesadaran kita sendiri saja.

Diri kita yg asli adalah sang anak itu, yg selalu enjoy saja, spontan tanpa merasa bersalah. Dan sang anak itu cuma bisa sehat walafiat ketika dia menyatu dengan kedewasaan Yesus yg menawarkan perdamaian dengan 'bapa', yaitu orang tua tidak masuk akal yg tetap bertahan di dalam kesadaran kita walaupun kita telah dewasa dan sanggup kumpul kebo dengan lawan jenis maupun sesama jenis.

Ternyata bapa, orang dewasa dan anak adalah diri kita sendiri. Diri kita sebagai ruh atau yg tak terlihat, diri kita sebagai makhluk sosial yg bisa berinteraksi dengan etis menggunakan semangat kedewasaan Yesus sendiri, dan diri kita sebagai anak yg selalu manja dan tidak mau kalah.

Tetapi janganlah takut dan gentar, saudaraku... karena diri kita sebagai anak akan bisa selalu datang kepada sang dewasa dan sang bapak di dalam dirinya. Bisa datang setiap saat tanpa perlu menyakiti orang lain maupun dirinya sendiri, tanpa perlu membayar biaya ini dan itu, tanpa perlu potong kambing dan menyantuni anak yatim yg tidak lain dan tidak bukan cuma pesan sponsor yg hanya merancukan issue yg sama sekali tidak sensitif ini. Tanpa pula perlu menarik perhatian karena memang tidak ada yg perlu ditarik-tarik. Segalanya sudah ada sejak semula dan akan tetap ada.

Dan prosesnya adalah apa yg disebut oleh kaum gerejawi sebagai 'penebusan dosa'. Dosa itu selalu didaur ulang dalam mekanisme bapa, dewasa dan anak. Itu inti kekristenan yg, sayangnya, telah dimanipulasi sedemikian rupa oleh gereja. Gereja menempatkan dirinya sebagai agen tunggal dari bapa dan orang dewasa. Kita sebagai umat dijadikan 'anak kecil' selama-lamanya yg harus datang kepada institusi agama untuk disatukan kembali dengan aspek 'dewasa' dan aspek 'bapa' yg sebenarnya telah ada di setiap orang dari kita.

Sang bapa dan sang dewasa adalah diri kita juga. Kita yg menentukan kita mau apa dalam hidup ini. Kita yg membuat kesalahan dalam hidup, dan kita pula yg memaafkan diri kita sendiri tanpa perlu berkeluh-kesah dan meminta-minta ampun kepada para ulama yg menempatkan diri mereka sebagai agen tunggal dari Allah ta'alla.

Itulah makna iman Kristen, iman kepada sang Mesias, iman kepada Yeshua ha'masiach, iman kepada sang Imam Mahdi.

Imam Mahdi ini sudah datang secara fisik 2,000 tahun yg lalu kalau kita mau mempercayai mitos-mitos Isa bin Maryam yg dipropagandakan oleh berbagai sekte Nasrani dan Islami sampai saat ini. Dan tentu saja akan datang kembali.

Sang Imam Mahdi akan datang kembali ketika kita menengok ke atas langit dan melihat bahwa di sana itu kosong. Ternyata kosong tidak ada apa-apa. Tentu saja langit akan kosong karena Isa akan datang untuk kedua kalinya sebagai anda. Sebagai saya. Sebagai siapa saja yg mau menerima ke-Isa-an dirinya. Itulah makna second coming. Kedatangan kedua kali dari Isa Al Masih.

Bukan kiamat dan turunnya Nabi Isa dari atas langit untuk menjadi Imam Mahdi bagi orang mukmin, melainkan munculnya kesadaran di satu persatu manusia bahwa dirinya itulah sang Imam Mahdi. Imam Mahdi adalah sang dewasa dalam diri kita yg mendamaikan orang tua dan anak.

Mendamaikan orang tua dan anak artinya membebaskan sang anak dari perasaan berdosa, dan mengajar sang orang tua bahwa dirinya itu cuma phantom atawa hantu blao saja.

Leo
@ Komunitas Spiritual Indonesia .

Renungan Jumat Agung, 2 April 2010

Friends,

Sampai saat ini saya tidak mengerti kenapa perayaan Paskah setiap tahun selalu berubah-ubah tanggalnya. Saya tahu bahwa Paskah selalu jatuh pada hari Minggu, tetapi mengapa tanggalnya selalu berubah-ubah saya tidak tahu dan tidak tertarik untuk mencari tahu. Ada gambaran di bawah sadar saya bahwa Paskah merupakan perayaan keagamaan Yahudi dimana ada puasa dan ritual menggunakan roti tak beragi yg disembunyikan, lalu sang roti tak berdosa itu dimunculkan kembali dan dimakan bersama dengan rasa syukur.

Roti tanpa ragi adalah simbol dari manusia tanpa dosa. Tanpa dosa bukan berarti tidak pernah menyakiti orang lain, melainkan berarti tidak menghakimi. Tidak menghakimi artinya tidak bilang benar atau salah melainkan melakukan apa yg harus dilakukan. Karena tidak menghakimi orang lain, maka orang itu tidak berdosa. Tidak berdosa dalam arti tidak dihakimi oleh hati nuraninya sendiri. Itu pengertian dosa dan tidak berdosa. Jadi bukan soal hukum menghukum yg dilakukan oleh manusia atau Tuhan, melainkan hal perasaan bersalah.

Ketika seorang manusia tidak menghakimi manusia lainnya, maka dia tidak juga menghakimi dirinya sendiri. Dia tidak bilang orang lain bersalah, dan dia tidak juga bilang dirinya bersalah. Tidak ada yg salah. Dan tidak ada yg benar pula. Semuanya kembali ke titik nol. Titik nol itu penebusan dosa. Bukan penebusan oleh Tuhan atau siapapun, melainkan oleh manusianya sendiri saja Dalam penebusan segalanya akan dicuci, didaur ulang, dan muncul kembali putih bersih tanpa noda walaupun tidak pakai Rinso anti noda.

Itulah inti dari kekristenan menurut saya. Secara filsafati, itulah intinya, dan bukan segala macam teori megalomaniak tentang niat luhur menciptakan Kerajaan Allah di atas bumi seperti diuraikan oleh Agustinus dari Hippo yg sangat moralistis. Pedahal segala pengajaran tentang moralitas baik dan benar itu cuma temporal, berlaku untuk masa dan tempat tertentu. Teori bahwa gereja menjadi agen dari Allah untuk mewujudkan Kerajaan Illahi di atas bumi sebelum Yesus datang kembali dari awang-awang merupakan fantasi awal dari gereja Kristen yg, sayangnya, diambil alih oleh Islam dalam bentuk teori rahmatanlil alamin.

Terlalu banyak pemikiran Nasrani yg diambil alih oleh Islam sampai tidak bisa dikenali lagi asal-usulnya. Termasuk di sini tentang Nur Illahi yg menurut Nasrani berada di Isa bin Maryam dan menurut Islam (aliran tertentu) berada di Muhammad bin Abdullah. Pemikiran mana juga tidak asli berasal dari Kristen melainkan copas dari filsafat Yunani Kuno dimana dipostulasikan ada kalimatullah yg awal, yg ada sekarang dan yg akan tetap ada selamanya. Tidak diciptakan dan tidak akan pernah musnah. Pedahal the kalimatulllah itu apa kalau bukan kesadaran manusia? Manusia yg sadar bahwa dirinya sadar. Tidak tahu asalnya dari mana, dan tidak akan pernah tahu akan kemana setelah mati. Saat ini cuma sadar thok. Dan the kesadaran itulah the real kalimatullah.

Adanya di setiap orang tentu saja. Ada di semuanya tanpa perlu mengkultuskan satu pribadi tertentu, be it Jesus of Nazareth or anybody else.

Siddharta Gautama sudah sampai ke pengertian itu. Ketika dia menyadari hal itu, dikatakan bahwa dia mencapai pencerahan. Pencerahan adalah menyadari bahwa dirinya itu Buddha. Dan tentu saja Buddha itu banyak. Buddha itu semua manusia yg pernah hidup, masih hidup dan akan hidup di atas bumi ini. Semuanya Buddha, tetapi lupa. Ketika sang manusia ingat bahwa dirinya itu Buddha, maka dikatakan orang itu memperoleh pencerahan. Cuma itu saja. No more and no less. Dan Buddha adalah kesadaran yg tetap ada itu, the kalimatullah is the Buddha... Dan Kristus pula.

Buddha of course is Kristus yg artinya 'penebus'. Penebus dari segala macam pikiran ini dan itu yg cuma menjadi beban saja. Yesus Kristus cuma gelar saja, dan seharusnya semua manusia yg telah menyadari bahwa dirinya itu penebus bagi dirinya sendiri pantas untuk memakai gelar 'Kristus'. Tidak mau dipakai juga tidak apa-apa, karena itu cuma istilah saja. Istilah yg dipakai untuk menjelaskan tentang kesadaran yg ada di manusia. Yg sadar bahwa dirinya sadar.

Paulus bilang: "Semoga kesadaran Kristus tercipta di dalam kamu".

Dan apa bedanya itu dengan Siddharta Gautama yg mengajarkan bahwa ada tak terhitung Buddha sebelum dia, dan akan ada tak terhitung Buddha yg datang setelah dia? Apa bedanya dengan Dewi Kuan Im yg bersumpah tidak akan masuk Nirvana sebelum semua manusia masuk Nirvana juga?

Cuma tentang kesadaran bukan? Sadar bahwa dirinya sadar. Tanpa menghakimi orang lain. Tanpa menghakimi diri sendiri juga. Enjoy saja apa adanya. Dan melakukan apa yg bisa dilakukan.

Dan itu pulalah ajaran Shri Kreshna kepada Arjuna yg termuat di dalam Bhagavad Gita. Lakukan apa yg bisa dilakukan. Semuanya ada waktunya. Yg bisa dilakukan, ya lakukanlah. Yg tidak bisa, ya tidak usahlah. As simple as that. Tanpa perlu norma ini atau norma itu yg cuma merupakan 'kebisingan' saja. Ajaran agama di luar dari pengertian tentang kesadaran adalah 'kebisingan'. Tidak essensial. Dan yg tidak essensial tentu saja akan lumer, menguap, ketika datang badai dan bencana.

Tidak ada yg bisa bertahan abadi di alam. Bahkan yg seagung Gereja Katolik juga tidak tahan terdera sehingga institusi tertua di dunia ini terpaksa menanggalkan segala macam kedoknya satu demi satu. Agama-agama lainnya juga. Dan itulah makna dari kebangkitan spiritual 2012. Bukan kiamat, melainkan kebangkitan kesadaran di semua orang terlepas dari kotak-kotak agama dan tradisi. Orang akan akhirnya sadar bahwa dirinya itu sadar, dan cuma dirinyalah yg bisa memutuskan apakah akan menjadi manusia yg 'tak berdosa', menjadi Kristus, menjadi Buddha, menjadi Arjuna, menjadi ksatria,... dan ratu bagi dirinya sendiri.

Konsep Pandito Ratu dalam kepercayaan Jawa is also such. No other than you and me, when we realize that we are that. Tat tvam asi. Thou art that.


+

Leo
@ Komunitas Spiritual Indonesia .

Saya Bukan Perempuan Baik Seperti Dulu Lagi

Friends,

Spiritualitas erat sekali hubungannya dengan seksualitas, bahkan simbolnya pun sama. Kalau celah yg bernama 'seksualitas' sedang terbongkar, maka anda bisa yakin bahwa 'spiritualitas' juga. Kalau anda mau naik kelas, just make a decision to go with it. Kalau mau tinggal kelas cukup diam saja. Kalau mau drop out tinggal berteriak sejadi-jadinya sampai anda sadar sendiri bahwa ternyata anda sudah ditinggalkan oleh semua orang.

Kalau anda melihat gonjang-ganjing terbongkarnya skandal seks dimana-mana, artinya itulah saat yg tepat untuk membuat keputusan spiritual. Ada hubungannya juga dengan konstelasi bintang-bintang di atas langit.

Alam semesta atau makrokosmos bekerja melalui gaya tarik-menarik magnetik antara berbagai unsur di angkasa luar dan dampaknya berupa perubahan berbagai hormon di tubuh manusia. Tanpa perlu perhitungan astronomi atau astrologi, kita bisa tahu kapan ada 'celah' yg pas untuk meningkatkan kesadaran spiritual, yaitu ketika muncul gonjang-ganjing skandal sex. Ini saat yg tepat bagi anda yg terlalu maskulin untuk menginkorporasikan sisi feminin anda yg selama ini tertekan terlalu hebat. Dan begitu pula sebaliknya bagi mereka yg selama ini berpura-pura tidak memiliki sisi maskulin.

Yg namanya 'peningkatan spiritual' tak lain dan tak bukan cuma penyeimbangan saja. Penyelarasan berbagai konstelasi di dalam diri kita sendiri, dan sebenarnya tidak ada hubungannay dengan guru ini atau guru itu. Tidak pula ada hubungannya dengan agama dan aliran spiritual tertentu. Cukup kita sendiri yg menyelaraskan berbagai elemen kita yg selama ini kurang seimbang. Ketika kita menjadi lebih selaras, berarti kita telah mengalami 'peningkatan spiritual'. Very easy, isn't it?

Saya tidak berbicara tentang gairah sex melainkan tentang penyeimbangan kejiwaan manusia. Ada yg kita kenal sebagai sifat maskulin, dan ada yg kita kenal sebagai sifat feminin. Keduanya ada di dalam kejiwaan kita. Nah, kita ini dididik untuk setir kiri atau setir kanan. Untuk maskulin saja atau feminin saja. Akhirnya kita menjadi terlalu maskulin atau terlalu feminin. Kita menjadi terlalu kaku. Semua aspek kehidupan manusia seperti itu polanya. Terlalu 'maskulin' atau terlalu 'feminin'.

Tetapi alam memiliki mekanisme untuk menggerakkan segalanya sehingga naik ke tingkat lebih tinggi. Cara bergeraknya adalah dengan menggoyang kestabilan yg sudah ada selama ini. Dengan menggoyang kestabilan pekerjaan kita, kestabilan agama kita, kestabilan spiritualitas kita, dst... sehingga yg tadinya terlalu kaku akan hancur. Kita akan memunguti yg hancur berkeping-keping itu. Apa yg bisa dipakai akan dipakai lagi, dan apa yg hancur lebur terpaksa dibuang, dan kita 'terpaksa' mengambil dari apa yg bisa diambil dari lawannya. Kalau selama ini terlalu maskulin, maka akhirnya terpaksa mengambil dari yg feminin juga karena ada bagian maskulin yg sudah hancur dan tidak bisa diperbaiki. Kalau selama ini terlalu feminin, maka terpaksa ambil yg maskulin karena ada bagian feminin yg rusak dan terpaksa dibuang. Seperti itu jalan alam semesta.

Tetapi jangan harap ini akan berjalan mulus karena manusia jelas akan protes kepada 'Tuhan'.

Agama akan berontak dan mencari 'kambing hitam'.

Semua organisasi akan mencari 'oknum'.

Pedahal tidak ada yg perlu dicari-cari kesalahannya karena apa yg sudah terjadi memang seharusnya untuk terjadi. Ada yg harus dibuang, dan kalau kita tidak mau membuangnya dengan sukarela, maka alam akan menariknya dari kita dan menghancurkan hal itu. Peningkatan spiritualitas terjadi ketika kita ikhlas dan pasrah menerima apa yg tercabik keluar dari kejiwaan kita / agama kita / organisasi kita / dst... dan dengan penuh kesadaran mengambil alih apa yg tadinya kita anggap 'lawan' untuk akhirnya menjadi bagian dari diri kita yg baru. Inilah yg namanya penyeimbangan, balancing, di titik lebih tinggi. Dan bisa berjalan secara alamiah tanpa perlu guru spiritual ini dan itu. Tanpa perlu bhakti ini dan itu. Walaupun tentu saja tidak semua orang menyadari bahwa dirinya sedang melalui proses peningkatan spriritual yg istilahnya juga bisa bermacam-macam.

Tentu saja yg saya maksud dengan maskulin dan feminin itu adalah thesis dan antithesis kalau mengikuti istilah dari Hegel, seorang filsuf Barat. Thesis bisa berarti apapun. Bisa berarti 'theis, dan antithesis dari theis adalah 'atheis'. Orang theis yg tidak menginkorporasikan atheisme di dalam dirinya akan timpang. Bisa berarti kapitalisme dan sosialisme. Kapitalisme yg murni merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan juga. Kapitalisme baru menjadi manusiawi setelah menginkorporasikan sosialisme ke dalam di dirinya sendiri. So, apa yg kita kenal sebagai 'kapitalisme Barat' saat ini sebenarnya sudah merupakan anak haram jadah dari kapitalisme vulgar dan pemikiran sosialis.

AS, Eropa Barat dan Australia, contohnya, sudah jauh lebih sosialis dibandingkan dengan Indonesia. Kita di Indonesia ini masih mempraktekkan kapitalisme yg kasar. Termasuk kapitalisme negara. Akibatnya asspek sosialis atau kesejahteraan dari kehidupan masyarakat sangatlah terbengkalai. Anak-anak jalanan tidak ada yg urus. Orang gila berkeliaran di jalan-jalan. Perusahaan milik negara menjadi sapi perah manajer mereka sendiri.

Komunisme di Cina juga sudah bukan komunis yg garang itu lagi. Cina sudah menjadi kapitalis. Dan sebagai negara kapitalis, Cina yg Komunis itu bahkan sudah jauh melampaui Indonesia dalam hitungan GNP per kapita. Pedahal Cina tidak perduli dengan agama, negara Cina tidak memakai agama yg dianggap sebagai sumber pembodohan massal. Indonesia yg masih memakai agama justru terpuruk sampai sekarang. Tanpa perlu mencari 'kambing hitam', kita sudah tahu siapa the kambing hitam yg, menurut pengamatan dari jarak dekat, ternyata juga gemar mengorbankan kambing-kambing lainnya, especially ketika hari raya Idul Qurban.

Indonesia ini serba tanggung, dan kemungkinan besar karena tidak berani tegas bilang 'tidak' terhadap rongrongan dari kaum beragama. AS dan negara-negara Barat telah mengambil sikap tegas terhadap organisasi keagamaan sejak dahulu kala. Cina telah mengambil sikap tegas. Indonesia belum, dan mungkin akan mengambil sikap tegas pula dalam waktu dekat ini. Cepat atau lambat itu harus. Harus ada antithesis dari 'Ketuhanan yang Maha Esa', dan antithesis itu adalah sikap pragmatis terhadap tuntutan kaum agama. Bisa dibilang sebagai sikap 'sekuler'. Keagamaan itu antithesisnya adalah sekulerisme. Keduanya bisa ada sekaligus asalkan dibuat batas-batas yg tegas sehingga tidak saling menggerogoti seperti kanker. Indonesia tergerogoti oleh 'kanke' yg disebabkan ketidak-tegasan batas antara keagamaan dan sekulerisme.

Apapun jenis sintesis yg dipilih, yg jelas agama harus masuk kandang. Semua negara-negara yg sekarang kita kenal sebagai masyarakat maju telah memberikan contoh itu. Tanpa agama dimasukkan ke dalam kandang yg terakhir dan sempurna, negara akan tetap terbelakang.

Itu dalam level kenegaraan, dan prinsip seperti di atas bisa diterapkan di semua level. Level pribadi, level pertemanan, level perusahaan, level organisasi, level asosiasi,... sampai ke level hubungan internasional. Ini proses alamiah dari dulu sampai sekarang. Universal. Dan itulah ajaran spiritual yg sebenarnya tanpa tedeng aling-aling, tanpa dibungkus oleh takhayul, tanpa menggunakan simbol-simbol usang.

Dan berikut percakapan hari ini:


+

SAYA BUKAN PEREMPUAN BAIK SEPERTI DULU LAGI


T = Mas Leo, thank you atas notenya ... I love you muuuuaaah deeeh ... :D

J = Mwah MWAH... (especially enak dilakukan terhadap istri orang). Mwah mwah... (again)

T = Sekali lagi ma kasih dah jawab pertanyaan-pertanyaan saya yg agak-agak bodoh itu ya ... maaf juga kalau bahasa saya kacau ... dan Mas Leo bisa mengedit bahasa saya menjadi bahasa yg lebih enak...

J = Terima kasih kembali (sambil tersipu-sipu malu gaya penjahat pemetik bunga).

T = Duh senangnya ada fesbuk jadi pikiran liar saya dapat penyaluran ...

J = Pikiran liar saya juga dapat penyaluran. Bukan pikiran saja melainkan juga perbuatan. Pikiran harus disalurkan melalui perbuatan walaupun yg jenis terakhir harus disensor demi kemaslahatan bersama.

T = Hooree sekarang saya bukan perempuan baik seperti dulu lagi, duh kalau ga ada fesbuk n ga ketemu Mas Leo Cs., bisa-bisa pertanyaan-pertanyaan yg ada di pikiran saya akan membatu n saya bawa sampai mati.

J = Pikiran saya juga akan bisa membatu dan akan saya bawa sampe mati ke dalam Surga. Di Surga pikiran saya yg membantu akan dirampas oleh Malaikat Jibril yg, kita semua tahu, akan menurunkan kembali pikiran itu ke atas bumi dalam bentuk ayat-ayat. Itu memang pekerjaan Jibril dari dulu sampe sekarang: membawa turun pikiran dari dalam Surga ke atas bumi. Sampai di bumi, the pikiran akan disusun menjadi kitab yg diberi judul dan nomor urut. Ayat artinya kalimat-kalimat yg disusun dengan nomor urut. Kalimat biasa saja, walaupun bisa saja menjadi "suci" kalau orangnya mau. Kalau orang mau mensucikan ayat yg dibawa turun oleh Jibril, maka jadilah. Tinggal sebut saja itu 'ayat suci', dan jadilah. As simple as that. Pedahal aslinya cuma pemikiran. Pemikiran seperti yg ada di anda dan di saya.

T = Untuk ukuran lingkungan saya, saya termasuk memiliki pikiran agak tidak lazim Mas, misal: kalau saya mati saya tidak ingin didoakan selama 3 hari, 7 hari, 40 hari sampai 1000 hari. Heran dah jadi mayat koq didoain, kalau mau mendoakan saya ya waktu saya hidup, kalau dah mati ya sama aja boong, ngabis-ngabisin tenaga, waktu dan uang aja ...

J = Saya juga gak mao didoakan setelah saya mati. Pada pihak lain, saya juga tahu bahwa doa adalah komunikasi antara seorang manusia hidup dengan dirinya sendiri. Jadi, orang yg mendoakan orang mati itu sebenarnya cuma berkomunikasi dengan dirinya sendiri saja. Dan, karena saya orangnya sangat baik, akhirnya saya memutuskan 'terserah'. Terserah orang mau mendoakan saya setelah saya mati. It's none of my business. Mereka cuma mendoakan diri mereka sendiri saja bukan? Mereka cuma meyakinkan diri mereka sendiri bahwa orang mati itu 'senang' didoakan. Pedahal orang udah mati gimana mau merasa senang atau tidak senang ya? Yg bisa merasa senang adalah orang hidup. Kalau senangnya mendoakan orang mati, biarkan sajalah. Urusan orangnya sendiri.

T = Saya juga ga mau dikuburkan, tanah kuburan daripada untuk buang bangkai manusia kenapa ga dihibahkan saja untuk rumah orang miskin atau dibuat fasilitas umum, khan lebih berguna dan bermanfaat? Bangkai aja koq dibuatkan istana ...

J = Bangkai dibuatkan istana karena ada orang hidup yg berkelana di jalan-jalan tidak punya tempat berteduh. Ada gelandangan, ada anak terlantar, ada orang gila berkeliaran di jalan-jalan. Ini semua terjadi di Indonesia sampai sekarang, dan mereka inilah yg "membiayai' istana untuk orang-orang mati itu... Well, sebenarnya the istana for orang mati itu juga untuk manusia hidup. Membuat istana untuk orang mati bukan untuk orang mati itu sendiri, tapi untuk orang hidup yg masih memerlukan simbol bahwa manusia tidak mati tetapi tetap hidup. Pedahal kalau manusia benar tidak bisa mati, tanpa dibuatkan istana juga tidak bisa mati. Kesadarannya akan tetap ada. Tetapi, kalau ternyata kesadaran manusia itu habis begitu saja seperti dikatakan oleh orang atheis, maka apapun yg kita lakukan tetap saja tidak pengaruh. Manusia akan mati begitu berhenti bernapas. Dead. Completely.

T = Kalau ada yg membutuhkan mata, jantung atau anggota tubuh saya silahkan ambil, untuk penelitian anak kedokteran juga ga papa, jadi mayat yg bermanfaat gitu looh ... setelah itu saya mau sisa tubuh saya dikremasi n abu saya terserah anak saya mau dibuang kemana, dibuang ke tempat sampah ya ga papa abis dah ga penting siih ...

J = That's very good of you. Seharusnya seperti itulah pemikiran yg logis dan rasional. Tetapi manusia masih membutuhkan simbol-simbol tertentu seperti 'istana orang mati' dan berbagai pernak-perniknya seperti peringatan kematian 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari sampai 1000 hari. Saya sendiri tidak merasa membutuhkan itu semua. Saya tidak merasa perlu didoakan secara maraton ketika saya mati. Emangnya mereka bisa menekan Allah supaya bukain pintu Sorga buat saya?


+

Leo
@ Komunitas Spiritual Indonesia .

Kita Pria dan Wanita Sekaligus

Friends,

Kali ini ada empat percakapan, kayaknya semuanya pria deh. Yg pertama menuduh saya menulis dengan bahasa gaul sehingga susah dimengerti. Saya protes, saya bilang saya menulis dengan bahasa Jakarta. Yg kedua curhat tentang kesukaannya terhadap wanita di bawah umur, antara 11 sampai 18 tahun, dan menanyakan kepada saya lubang-lubang kesempatan yg terbuka. I have no experience for that, tetapi kalau bilang bahwa yg dulu haram sekarang halal, maka saya is the expert seperti bisa dibaca di percakapan ketiga. Percakapan keempat dengan seorang teman yg very cerewet walaupun nulisnya singkat-singkat saja. Saya bilang kita pria dan wanita sekaligus.


+

PERCAKAPAN 1: SAYA MENULIS DENGAN BAHASA JAKARTA


T = Leo,

Anda mengedit pesan saya dengan baik. Sampai-sampai saya berpikiran mungkin anda seorang editor. Apapun saya yakin anda memiliki kelebihan dan pengetahuan yang saya cari. Saya mohon maaf saya terpaksa menghentikan membaca kumpulan percakapan anda. Saya kelelahan membacanya karena harus mentranslate gaya bahasa gaul anda dan kemudian saya gagal mencari pesan yang ingin anda sampaikan. Leo, mohon berkenan mengajarkan saya untuk membuka mata ketiga.

J = Saya menulis dengan bahasa Jakarta dan bukan bahasa gaul.

Kalau anda tidak bisa menangkap pesan yg ingin disampaikan berarti anda sudah sampai kepada titik nol. Titik nol itu artinya netral, tidak minus dan tidak plus. Dari titik nol itu anda bisa melihat segalanya datang dan pergi saja. Ada emosi datang dan pergi. Ada pemikiran datang dan pergi. Lalu anda bisa lihat niat anda juga datang dan pergi.

Pertanyaannya sekarang, apa yg ingin anda lakukan selanjutnya, bukan? Kalau anda ingin sesuatu, tentu saja harus ada prasyarat. Apakah prasyaratnya lengkap? Kalau lengkap, tentu kemungkinan untuk niat itu berhasil cukup besar. Kalau prasyaratnya tidak lengkap, maka anda harus mengumpulkan prasyaratnya.

Kalau prasyaratnya sudah lengkap, tentu akan ada langkah-langkah yg harus ditempuh. Maukah anda menempuh langkah itu? Kalau anda mau, ya tempuh sajalah. Ambil langkah pertama, langkah kedua, dst.

Itulah yg namanya "mata ketiga", cuma mengamati, mengambil kesimpulan, dan menjalankan keputusan yg anda inginkan. Tanpa perlu meribetkan diri lagi dengan berbagai kepercayaan lama yg ternyata tidak sesuai dengan realita.

Contoh kepercayaan lama yg tidak sesuai dengan realita adalah bayangan anda tentang "mata ketiga". Anda pikir mata ketiga adalah kemampuan melihat sesuatu yg ghaib, pedahal tidak ada hal seperti itu. Segalanya ternyata biasa saja walaupun bisa mengambil bentuk simbol-simbol yg kita kenal sebagai makhluk-makhluk halus.

Para makhluk halus adalah simbol energi yg kita bisa akses dengan kesadaran kita. Bisa kita pakai untuk kehidupan kita. Pedahal mereka adalah bagian dari kesadaran kita. Kalau bentuknya halus dan tidak bisa dilihat oleh mata fisik, mata jelas mereka adanya di dalam pikiran kita saja, bagian dari kita juga. Bagian kita yg non fisik atau tidak berwujud.

Simbol-simbol keagamaan seperti itu sifatnya, dan bukan berarti bahwa memang benar ada yg seperti itu. Betara Kala simbol dari waktu, Betara Wisnu simbol dari emosi, Betara Siwa simbol dari pikiran. Dan pikiran ternyata bisa di-daur ulang. Bisa dibunuh dan dibangkitkan kembali. Simbolnya adalah Siwa Nataraja, Betara Siwa yg menari-nari di atas tengkorak-tengkorak manusia di tengah api yg bernyala-nyala.

Artinya adalah kesadaran manusia itu tetap. Kesadaran itu abadi. Siwa atau kesadaran anda itu abadi.

Nah, itulah essensi dari semua pengajaran agama. Kalau kita mau menelanjangi semua agama dan kepercayaan sampai ke akarnya, maka kita cuma sampai kepada pengertian tentang kesadaran itu. Kesadaran yg asli, yg cuma sadar thok.

Sebagai kesadaran asli anda mau apa sekarang? Itu pertanyaannya bukan? Dan jawabannya akan kembali lagi kepada proses bernalar seperti di atas: membandingkan apa yg ada, memutuskan apa yg realistis dan apa yg tidak realistis, dan mulai menjalankan apa yg menurut anda realistis.

Itu saja. Dan itulah mata ketiga. Sudah terbuka, bukan?


+

PERCAKAPAN 2: DULU HALAL, SEKARANG HARAM


T = Mas Leo, saya ada sedikit tanya.

Kenapa saya menyukai gadis-gadis belia? Mulai dari anak umur11 tahun ampe 18 an. Tapi jangan su'udzon dulu. Saya cuman mengagumi mereka, tidak pernah berprilaku yang aneh-aneh. saya gentleman loh mas.

J = That's good, then what's the problem?

T = Apakah mungkin mereka memberikan saya citra tentang kesucian dan kepolosan yang saya tidak dapat dari wanita-wanita sebaya saya?

J = Itu mungkin saja. Wanita yg sudah melewati usia 18 tahun kan udah pinter bo'ong, kalo 18 taon ke bawah masih bisa di boongin. Well, as a matter of fact you are right, wanita di bawah umur memang menjadi simbol dari kepolosan, keluguan.

T = Salahkah saya?

J = Tentu saja tidak, salahnya dimana?

T = Saya mulai memahami kenapa nabi junjunan saya senang dengan Aisyah yg dinikahi umur 6 tahun dan ditiduri umur 9 tahun. Emang anak perempuan yang masih suci itu benar-benar memberikan citra kepolosan dan kemanjaan yang dirindukan oleh laki-laki dewasa.

J = Itu di masa lalu. Kalau di masa sekarang dan dilakukan di dunia beradab, maka laki-laki seperti itu akan digaruk oleh aparat hukum dengan alasan melakukan tindakan kriminal pelecehan HAM anak. Melakukan hubungan sex dengan anak wanita di bawah umur adalah perbuatan kriminal, apapun alasannya.

T = Tapi saya bukan pedofil loh, saya tidak pernah melakukan yang bertentangan dengan kode moral dan etika.

J = Kode moral dan etika berubah terus. Apa yg dianggap wajar di masa lalu sekarang dianggap kejahatan. Apa yg dianggap kejahatan di masa lalu sekarang dianggap hal yg biasa-biasa saja. Perbuatan lesbian dan homoseksualitas, misalnya, apabila dilakukan antara sesama orang dewasa tanpa paksaan sekarang dianggap sebagai hal yg wajar saja. Perbuatan yg sekarang dianggap pidana atau kriminal adalah hubungan seksual antara manusia dewasa dengan anak di bawah umur.

T = Saya sendiri sudah malas berhubungan serius dengan perempuan. Entah kenapa. Emang dari dulu ga nemuin aja. Gimana menurut Mas Leo solusinya?

J = Solusinya ya enjoy aja. Kalo ternyata tidak suka berhubungan serius dengan perempuan, ya tidak usah berhubungan serius. Gitu aja kok refot?


+

PERCAKAPAN 3: DULU HARAM, SEKARANG HALAL


T = Mas Leo yg saya kasihi,

Saya ingin menanyakan makna mimpi saya yg sampe sekarang masih teringat jelas. Ketika itu saya sedang berada di atas getek kayu di tengah lautan bersama om saya (adik ibu yg bungsu). Om saya ini di kehidupan sekarang adalah sosok yg sering bentrok dengan saya namun apabila tidak ada beliau maka mungkin saya sudah terjerumus ke hal-hal yg tidak saya inginkan (mungkn semacam mentorlah).

J = Ok.

T = Nah, di atas getek itu hanya kami berdua mengenakan pakaian layaknya suku-suku Kepulauan Samoa & Hawaii. Om saya berkata,"kita tunggu sebentar.."

Lalu dia berseru,"nah itu dia udah datang."

Lalu saya menoleh ke belakang ke dalam laut, nampaklah seekot hiu putih yg besar mendekati getek kami.

"Perhatikan!! Liat matanya," kata om saya. Lalu saya perhatikan hiu itu mengitari getek kami.

Tiba-tiba om saya berkata,"sekarang kamu terjun, pelan-pelan."

"Haaaaaaaaaahhh," pikir saya.. tapi anehnya saya menurut saja walaupun takutnya setengah mati.

"Tenang... tenaaaaaaang.... liat terus matanya."

Akhirnya saya turuti saja kata-katanya, dan hiu itu mulai berenang semakin dekat namun tenang. Ketika hiu itu sudah sangat dekat dengan saya tiba-tiba om saya berkata, "pegang!!!"

Lalu saya menyentuhkan tangan saya dari ujung moncongnya sampai ujung badannya sambil dia berenang melewati saya. Suatu perasaan aneh yg bikin mimpi ini terus melekat adalah ketika saya mulai menyentuh hiu tsb seketika itu juga segala rasa takut berubah menjadi rasa cinta seperti rasa cinta saya kepada istri saya. Lalu saya tidak ingat apa-apa lagi.

J = Ok.

T = Mohon petunjuk dari Mas Leo apakah kiranya maksud dari mimpi ini?

J = Maksud dari mimpi itu kan sudah jelas sekali, yaitu apa yg dulu diharamkan oleh om anda ternyata sudah lewat. Menyentuh hiu adalah perbuatan yg tentu saja akan dilarang oleh om anda ketika anda jauh lebih muda dari sekarang. Tetapi alam bawah sadar anda memperlihatkan bahwa apa yg dulu dilarang ternyata sekarang bisa anda lakukan. Malah disarankan. Coba saja buktikan di kehidupan anda sehari-hari. Apakah anda masih takut dengan segala larangan yg dulu itu? Alam bawah sadar anda sendiri bilang tidak usah takut. Ternyata tidak apa-apa. Apa yg tidak baik ketika kita masih muda belum tentu tidak baik ketika umur kita bertambah. Itu inti dari pesan di dalam mimpi anda.


+

PERCAKAPAN 4: KITA PRIA DAN WANITA SEKALIGUS


T = Mas Leo,

Apa arti hakikat ayat ini: masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan?

J = Maksudnya be happy.

T = Simbol dari bidadari apa?

J = Wanita muda dan cantik.

T = Apakah di alam bawah sadar pria ada simbol feminin?

J = Of course ada. Di dalam setiap pria ada "wanita". Simbol saja, dan merupakan bagian dari kesadaran kita sendiri saja. Kita cuma berjenis kelamin secara fisik, sedangkan roh kita tidak berkelamin, atau bisa pula disebut sebagai biseksual. Ada prianya, dan ada pula wanitanya. Adanya di dalam diri kita sendiri. So, spiritually speaking, we are both feminine and masculine. Pria dan wanita sekaligus.

T = Kenapa Nabi Khidir simbolnya warna hijau dan hidupnya di samudra laut?

J = Laut artinya bahasa-bahasa manusia. Komunikasi, pemikiran yg universal. Nabi Khidir itu simbol dari manusia universal.


+

Leo
@ Komunitas Spiritual Indonesia .

Sex Bebas

T = Mas Leo,

Saya tadi ikut memberikan komentar di statusnya Page Spiritual Indonesia di facebook yg bilang: "Saat ini bukan soal halal haram, para pemuda-pemudi sudah seharusnya dibiarkan menikmati kehidupan sex dengan pasangannya masing-masing, biarkan saja mereka menikmati kehidupan masa muda mereka dan mengenal dunia sex bebas sedini mungkin, itu kan sangat baik untuk perkembangan dan kemajuan kebebasan mereka."

J = Ok.

T = Trus saya balas komen: "Saya adalah penganut sex sehat hanya dengan suami dan saya juga ibu dari seorang putri, dan saya setuju bahwa sex bukanlah sesuatu yg harus ditutupi apalagi diharamkan."

J = Of course.

T = Dunia memang belum siap dengan pernyataan seperti status di atas.

J = Dunia maju sudah seperti itu sejak puluhan tahun lalu, dan status seperti di atas sama sekali tidak akan menghebohkan di sana. Kebalikannya, dunia terbelakang akan heboh sekali seakan-akan langit mau runtuh, dan dunia setengah maju dan setengah terbelakang seperti Indonesia akan bilang "belum siap", pedahal kenyataan nya sudah dipraktekkan. Cuma orang masih munafik untuk mengakuinya.

T = Menurut saya selama ini agamalah yg telah memberangus sex dan mendoktrin manusia dengan mengatakan sex itu jorok atau tabu. Bukankah inti dari kehidupan ini adalah sex (pembuahan)? Semua tumbuhan ada di bumi karena pembuahan dengan berbagai macam caranya, binatang bisa berkembang biak juga karena sex. Dunia akan berakhir bila tak ada sex.

J = Of course.

T = Mungkin maksud agama pada awal mula menakut-nakuti manusia dengan dosa sex supaya manusia primitif tidak mengumbar sex mereka, so agama membuat aturan sex harus dilakukan untuk pasangan menikah. It's oke, bagus pada jamannya, kalau tidak diberi ajaran seperti itu saya juga tidak tahu apa jadinya dunia saat ini.

J = Perkembangan ajaran agama tentang sex ada kaitannya dengan evolusi masyarakat manusia. Masyarakat primitif banyak yg matriarkal, yaitu dominannya kaum ibu yg bisa memilih pria mana yg akan membuahinya. Mitos tentang Dewi Kesuburan berasal dari masa itu, ketika wanita memiliki derajat dan peran lebih besar daripada pria. Tetapi lama-kelamaan kaum pria mengambil alih secara paksa, dan muncullah mitos tentang Allah yg maskulin dan menuntut agar wanita tunduk kepada pria. Semuanya mitos belaka, diciptakan oleh manusia sesuai dengan jamannya.

T = Tapi pada perkembangannya, pada saat manusia sudah semakin pandai dalam berfikir, bertindak dan berperilaku, aturan tentang sex juga dikembalikan ke manusia itu sendiri, KAPAN dia akan melakukan hubungan sex itu. Dan ini tidak mudah, perlu kedewasaan berfikir dalam menyikapi hal ini.

J = Tentu saja. Revolusi sex besar-besaran terjadi di seluruh dunia setelah penemuan sarung k....l yg terakhir dan sempurna atawa yg kita kenal dengan sebutan kondom. Tadinya dosa karena hubungan singkat dan nikmat dengan anak tetangga itu akan bisa menyebabkan kehamilan. Sekarang tidak lagi dosa karena telah ada kondom. Bahkan kakek nenek kita juga sudah menggunakan kondom. Kondom itulah yg membawa perubahan besar-besaran dalam cara manusia berinteraksi as far as sex is concerned. Dan agama tentu saja selalu ketinggalan. Fyi, kondom itu masih termasuk perangkat haram jadah di Gereja Katolik. Haram, dibenci Allah. Tapi tentu saja umat Katolik yg pakai kondom juga tidak terhitung banyaknya. Biarpun diharamkan oleh gereja, tetap saja kondom dipakai. Allah tentu saja memble. Allah is man-made, buatan manusia. Buatan banyak manusia malahan. Allah yg membenci semua alat kontrasepsi including kondom is catholic-made. Allah yg dibuat oleh Gereja Katolik.

T = Kalau sampai orang melakukan free sex atau hamil artinya mereka belum memiliki kesiapan mental dalam menyikapi sex.

J = Karena masyarakatnya masih tabu untuk membicarakan sex dengan jujur. Seingat saya, sampai sekarang saya tidak pernah memperoleh sex education. Baik di sekolah maupun di lembaga agama, tidak pernah ada sex education yg jujur. Semuanya bilang jangan dan jangan. Pedahal di luaran kita tahu bahwa segalanya bisa dan bisa. So, akhirnya, seperti semua orang, saya juga belajar sendiri. Pertama-tama karena ingin tahu, lalu keenakan, lalu akhirnya sadar bahwa kita bisa memilih untuk melakukan atau tidak melakukan tanpa perlu dipenuhi oleh ketakutan lagi.

T = Yg saya bingungkan, daripada membuat segala macam ketabuan tentang sex kenapa agama tidak memberi pendidikan sex sehat dan bertanggung jawab kepada umatnya?

J = Karena agama mau manusia tetap bodoh. Semakin bodoh manusia, maka akan semakin kekallah cengkeraman agama atas kehidupan manusia. Manusia akan merasa bahwa dirinya tidak bisa terlepas dari agama, pedahal bisa saja kalau mau. Selain itu, untuk mengajarkan perilaku sex yg bertanggung-jawab maka agama harus juga menguraikan benang kusut yg dijalin oleh para pembuat agama sejak ribuan tahun yg lalu. Berbagai dongeng harus diuraikan satu persatu, dijelaskan bahwa apa yg dipercayai selama ini sebagai kisah para nabi cuma dongeng belaka. Bukan fakta. Dan itu tidak mudah karena umat beragama sudah sekian lama diberitahu bahwa mereka harus beriman kepada para nabi.

Jadi, untuk menguraikan benang kusut tentang sex yg bertanggung-jawab, agama harus membongkar dirinya sendiri. Dan kalau dirinya terbongkar, orang akan sadar juga bahwa ternyata agama dibuat oleh manusia. Walaupun bicara tentang Tuhan, ternyata segalanya merupakan karangan manusia belaka. Kalau ada manusia yg bisa mengarang agama, maka berarti tiap manusia juga bisa mengajarang agamanya sendiri. Dan memang bisa. Itu kesimpulan yg benar. Tiap orang memang berhak membuat dan mempraktekkan agamanya sendiri. Bisa bercerita tentang Tuhan yg datang kepada dirinya. Bisa bersaksi bahwa ada Malaikat Jibril yg membawa ayat-ayat kepada dirinya. Itu sah saja, dan memang seperti itulah cara menciptakan agama.

Seharusnya kita menerbitkan buku yg berjudul "Bagaimana Menciptakan Agama", itu akan menjadi seri yg pertama. Seri kedua akan berjudul "Bagaimana Merubah Agama". Cara merubah agama juga biasa-biasa saja sebenarnya. Cukup kita akui bahwa ada kesalahan teknis, bahwa ada oknum yg memberikan interpretasi menyimpang, lalu kita akan memberikan interpretasi yg kita anggap lebih benar. Dan of course Tuhan akan dibawa-bawa juga. Kita akan bilang bahwa Tuhan merestui, pedahal the Tuhan tidak akan muncul. Dari dulu sampe sekarang Tuhan tidak pernah muncul, yg muncul adalah manusia-manusia yg menciptakan dan merombak agama.

T = Saya bukan penganut sex bebas Mas, lha wong saya ini seorang ibu koq. Saya setuju dengan sex bebas (dengan pasangan) yg bertanggung jawab dan berpikiran matang.

J = Saya juga bukan penganut sex bebas. Itulah salah kaprah orang Indonesia, dipikirnya bahwa mereka yg nge-sex dengan pasangannya masing-masing menganut sex bebas, pedahal tidak. Sex bebas adalah bebas tanpa aturan, sedangkan sex dengan pasangan masing-masing bukanlah sex bebas melainkan sex yg bertanggung-jawab. Sex yg bertanggung-jawab bisa dilakukan dengan pasangan menikah, bisa juga tidak. Kalaupun orangnya tidak menikah, itu bukan berarti mereka penganut sex bebas. No, they aren't.

T = Saya justru belajar dari suami saya saat kami berdebat saat masih berpacaran tentang masalah ini, waktu itu saya sangat menentang sex bebas. Yg menyadarkan saya adalah suami saya yg mengatakan:

"Ngapain sex diatur-atur, orang sex itu seperti juga napsu-napsu manusia yg lain, seperti juga makan. Sex itu 'dosa' kalo ada yg hamil trus digugurin atau memperkosa. Selama ga ada yg dirugikan dan tidak melanggar hukum ya bebas-bebas aja."

J = Saya lihat suami anda tidak menggunakan istilah "sex bebas". Dan anda waktu itu salah menafsirkan sex tanpa nikah sebagai "sex bebas". Mungkin juga anda masih menafsirkan seperti itu sampai sekarang. Pedahal, sex antara sesama pacar BUKAN sex bebas. Itu sex yg bertanggung-jawab. Saya sendiri terus terang tidak mau menikah dengan orang yg belum pernah berhubungan sex dengan saya. It's impossible. Kalau langsung menikah tanpa pernah dicobain, ntar gimana kalo ternyata gak enak? Repot kan? So, lebih baik dicobain dulu barangnya dan kalau ternyata sesuai dengan selera barulah dibeli. Kalau ternyata isinya tidak sesuai dengan packaging, maka bisa pergi ke toko sebelah. No hurt feelings on both sides. Itu cara yg dewasa dan bertanggung-jawab.

T = Kami sempat bertengkar dan saya mengganggap calon suami saya adalah seorang free sex. Tapi saya sangat tau suami saya adalah salah satu orang yg paling tidak munafik yg pernah saya kenal. Dia selalu mengatakan hitam dan putih, tidak ada abu-abu, tidak ada tedeng aling-aling.

J = Calon suami anda bukan penganut free sex. Melakukan sex dengan pacar sendiri bukanlah free sex. Free sex itu kalau orangnya gonta ganti pasangan tanpa ada commitment. Sex dengan commitment, walaupun tanpa nikah, tidak termasuk free sex.

T = Setelah sekian lama saya membaca beberapa buku seperti The Zahir nya Paulo Coelho dan Dan Brown, tapi saya lupa buku yg 'Angels and Demons' ato buku 'Da Vinci Code' yg membahas tentang sex manusia. Dari situ saya mengerti apa yg dikatakan suami saya benar.

J = Sex is just sex, walaupun yg lebih oke adalah sex with commitment. Itu dibagi lagi dalam beberapa kategori. Ada sex dengan lawan jenis, sex dengan sesama jenis, dan sex dengan kedua jenis. Ini sudah masuk ke pembagian orientasi seksual yg juga merupakan hal biasa-biasa saja. Semuanya begitu normal karena memang ada sejak semula. Orangnya semuanya waras dan tidak sakit, tetapi dibuat sakit oleh agama. Agama bilang bahwa sex sebelum menikah itu "dosa", agama bilang bahwa sex dengan sesama jenis itu "dosa", agama bilang sex dengan kedua jenis itu "dosa". Semuanya tentu saja akan menjadi "dosa" bagi manusia yg masih tetap mau menjadi budak agama. Agama itu memperbudak manusia. Dari jaman dahulu sampai sekarang, semua agama itu cenderung memperbudak manusia. Tentu saja atas nama Tuhan.

T = Tapi abis saya komen di Page Spiritual Indonesia itu n baca komen-komen di bawahnya saya merasa sedih, apakah pikiran saya bejat dengan setuju dengan sex bebas? Saya merasa malu dengan pikiran saya itu dan saya mulai ragu ... apakah saya harus kembali kepada 'agama' saya? ... Bagaimana kalau teryata apa yg orang katakan itu benar dan nanti Tuhan mengutuk saya?

J = Anda bukan setuju dengan sex bebas tetapi sex yg bebas dan bertanggung-jawab. Pada pihak lain, orang-orang itu mengira "sex bebas" adalah bebas sebebas-bebasnya tanpa tanggung-jawab. Promiscuity. Tentu saja yg bebas tanpa aturan main seperti itu tidak disarankan, bahkan di negara-negara maju sekalipun. Sex tanpa kehati-hatian, pake kondom bocor, melakukannya di sembarang tempat, dsb... adalah hal-hal yg sangat diharamkan bahkan oleh mereka yg tinggal di Barat. Bedanya mereka tidak memakai kata "Tuhan" melainkan menggunakan penjelasan yg logis dan rasional. Mereka sudah mengerti bahwa menggunakan kata "Tuhan" apalagi ditambah dengan bumbu-bumbu nasihat keagamaan adalah kebiasaan manusia yg masih terbelakang. Jadi, sex yg bebasn dan bertanggung-jawab adalah norma yg dipakai di dunia Post Modern saat ini.

T = Sebelum ini saya adalah orang yg sangat religius Mas, lahir dari keluarga yg sangat religius juga. Tapi saya mulai pergi dari Tuhan malah saat saya baru 'berbulan madu' dengan Tuhan, dimana saat itu semua permintaan saya dikabulkan, saya bahkan bisa tahu apa mau Tuhan. Tapi setelah saya sangat dekat saya justru menemukan Tuhan dalam bentuk lain, saya menemukan Tuhan lama saya dalam bentuk baru, dan Tuhan lama saya tidak pernah marah terhadap saya dengan Tuhan baru saya. Saat ini saya masih pergi ke rumah ibadat tapi itu hanya untuk baik di mata masyarakat saja. Bagaimana menurut Mas Leo?

J = Menurut saya anda biasa-biasa saja, termasuk jauh lebih oke dibandingkan dengan manusia yg masih terpuruk dalam agama. Tentu saja "Tuhan" anda adalah konsep Tuhan yg ada di dalam pikiran anda. Konsep itu berubah terus sejalan dengan bertambahnya kedewasaan kita secara mental dan emosional. Orang yg mentalnya masih terbelakang selalu memiliki konsep Tuhan yg kejam, yg akan menurunkan bencana kalau keinginannya tidak dituruti. Pedahal apa yg dimengerti sebagai "keinginan Tuhan" itu dimonopoli oleh ulama. Dengan kata lain, orang dewasa yg masih kekanak-kanakan itu akan mengikuti keinginan ulama karena takut. Takut akan datang bencana. Tentu saja akan datang bencana ketika keinginan ulama tidak dituruti. Mereka akan ngamuk-ngamuk seperti orang gila. Sebagian bahkan akan jadi teroris yg kelakuannya kita saksikan di depan mata kita semua.

Tuhan tentu saja tidak akan berkata apapun. Tuhan itu konsep. Kalau konsep tentang Tuhan yg anda anut telah berubah, maka berubahlah Tuhan anda. Konsep berubah, Tuhan berubah. Yg tidak berubah itu adalah kesadaran di diri anda. Anda sadar bahwa anda sadar. Anda sadar bahwa andalah yg menciptakan konsep Tuhan itu. Dan itulah essensi dari spiritualitas manusia, yaitu menyadari bahwa kita sendirilah yg menciptakan konsep Tuhan. Karena kita menyadari itu, makanya kita bisa enjoy aja.

T = Saya bimbang ... Apakah saya harus jalan terus atau minta ampun kepada Tuhan lama saya?

J = Minta ampun aja kalo mao, dijamin the Tuhan gak bakal nongol. Yg bicara hanyalah anda, dan yg jawab anda juga. Anda tanya-jawab dengan diri anda sendiri, walaupun anda diajarkan untuk bilang bahwa anda bertanya-jawab dengan Tuhan. Orang agama bilang itu namanya berdoa. Berdoa is none other than communication with ourselves. Komunikasi dengan diri kita sendiri saja.

Anda jangan bimbang karena rekan yg tulisannya dicatut untuk status di Page Spiritual Indonesia itu adalah seorang wanita muda yg sangat oke. Menurut kabar burung yg bisa dipercaya, dia itu tadinya seorang Kristen yg belajar di sebuah sekolah theologia. Ini sekolah yg mendidik para calon pendeta. Setelah itu dia tobat kepada Allah ta'alla dan masuk Islam. In other words, menjadi mualaf yg terakhir dan sempurna. Tetapi sekarang,... perhatikanlah tulisan lengkapnya di bawah ini. Luar biasa sekali:

" Saat ini bukan soal halal haram, para pemuda-pemudi sudah seharusnya dibiarkan menikmati kehidupan sex dengan pasangannya masing-masing, jangan seperti orang-orang yang sok menjaga ini itu, biarkan saja mereka menikamati kehidupan masa muda mereka dan mengenal dunia sex bebas sedini mungkin, itu kan sangat baik untuk perkembangan dan kemajuan kebebasan mereka....

Dan para orang tua terutama yang sudah mengerti, sebaiknya tidak usahlah kayak orang Semit melarang anak untuk berpakaian dan bergaul bebas dalam kehidupan sex anak-anaknya...

Biarkan saja nanti juga mereka bisa menikmati dengan benar. Kalo perlu sarankan kepada mereka supaya living together dengan pasangannya, ini sangat baik untuk dianjurkan kepada anak-anak muda, dan tentu dengan tujuan agar mereka nantinya kenal betul dengan pasangannya, sebelum mereka melaksanakan kehidupan perkawinan yang sesungguhnya. Janganlah seperti orang yang sok berbicara moral bilang haram segala, apalagi percaya cerita M SAW dan Aisah yang udah jelas-jelas cuma dongeng itu...

Para pemikir spiritual di sini yang sudah memahami arti HAM dan kebebasan, memang sebaiknya tidak cuma asal ngomong saja, segeralah menganjurkan dan memfasilitasi anak untuk melakukan kehidupan sex bebas mereka, ini demi kemajuan mereka... Marilah kita kikis budaya tabu ketimuran yang norak dan kampungan dan bisa dimulai dari anak-anak dan cucu anda di rumah."


+

Leo
@ Komunitas Spiritual Indonesia

Hantu Nona Belanda

Friends,

Berikut dua percakapan hari ini. Yg pertama dengan seorang pria remaja di Pamulang yg, sampai beberapa saat lalu, tinggal bertetangga dengan gembong teroris Dulmatin sebelum beliau ditembak mati oleh aparat keamanan kita. Bisa kita lihat bahwa lingkungan pergaulannya memang aneh sekali. Masa ada hantu Nona Belanda segala? Yg minta di oho oho secara ghoib?... Yg kedua dengan seorang teman di Bali yg secara tidak senonoh menuduh saya sebagai penganut Tantra modern dengan alasan saya bebas nilai. Walaupun mungkin tuduhan itu benar, mana mungkin saya akui hal itu di muka umum karena saya dipantau dengan ketat oleh para Jin Muslim yg berprofesi menteror Jin Non Muslim.


+

PERCAKAPAN 1: HANTU NONA BELANDA


T = Selamat sejahtera Mas Leo!

Udah lama nih ga curhat sama Mas Leo lagi. Heheh

J = Heheh

T = Kali ini saya mau curhat tentang pengalaman teman saya Mas. Pengalaman yang menurut saya sih ‘aneh’ untuk orang-orang normal. Tapi saya engga tau gimana cara jelasinnya ke temen saya ini. Makanya saya pikir saya butuh bantuan dari Mas Leo. Hmm hmmm

J = Hmm hmmm

T = Pengalamannya gini Mas… waktu itu sekitar jam 9 malam, bapaknya teman saya mendengar seperti ada orang yang mengetuk pagar rumahnya. Dan akhirnya, bapaknya temen saya itu keluar dan mencari tau siapa orangnya. Ternyata orangnya itu pergi dan ‘menghilang’. Tapi bapaknya teman saya itu sempet ngeliat wujudnya, katanya terlihat seperti perempuan yang lagi menggendong bayi.

J = Ok.

T = Nah, karena penasaran, akhirnya bapaknya temen saya, nanya ke satpam (yang katanya orang pinter untuk hal-hal yg metafisis). Kata satpam, dia memang ngeliat perempuan dengan baju hitam lagi duduk di depan pagar. Katanya perempuan itu sempet jongkok di depan pagar rumah teman saya itu. Lalu dia jalan dan akhirnya menghilang. Gitu katanya…

J= Ok.

T = Karena teman saya penasaran, akhirnya dia mendatangi teman saya yang lainnya namanya Adit. Semua teman saya pun sudah tau dan sepakat menganggap Adit itu orang pintar (kecuali saya) untuk hal-hal yg ‘aneh’ seperti itu. Lalu, teman saya itu cerita tentang pengalamannya. Dan si Adit pun bilang kalo cewe yg datengin ke rumahnya itu adalah Nona Belanda (hantu mitos yg katanya dari Belanda yg diakui di komplek saya). Kata Adit, Nona Belanda itu minta ‘dikawinin/disempurnakan’ sama temen saya. Nah sesudah itu, akhirnya temen saya dikasih doa yg katanya untuk berkomunikasi sama Nona Belanda itu.

J = Ok.

T = Lalu dia membaca doa yg dikasih itu sehabis solat. Ketika dibacanya doa itu dalam keadaan yg sunyi senyap, dia merasa seperti ada yg memasuki tubuhnya. Tubuhmya itu bergetar. Dia bertanya, “kenapa memasuki tubuhnya?”, tapi Nona Belanda itu bisu. Dia hanya bisa membuat teman saya senyum sendiri, tanpa keinginan temen saya untuk senyum. Terus teman saya bertanya lagi tentang apa yg dia mau, dan kali itu Nona Belanda tidak menjawabnya.

J = Ok.

T = Kemudian akhirnya, dia ditunjukkan di dalam mimpinya tentang sekeluarga dari Belanda (yang salah satunya dia sebut Nona Belanda itu). Di mimpinya, sekeluarga yang dari Belanda itu dibunuh dan si Nona Belanda itu diplester dengan pastik di sekujur tubuhnya (kecuali muka).

J = Ok.

T = Lucunya, waktu teman saya main ke rumah saya dan bercerita kepada saya, saya memintanya agar si Nona Belanda itu menggoda saya (siapa yg ga mau digoda sama Nona Belanda? Aw aw aw). Dia pun sejenak meminta sunyi di kamar saya. Dia seperti bermeditasi dan membaca doa. Badannya pun bergetar (entah disengaja atau tidak). Tapi, setelah selesai bermeditasi, dia bilang katanya “susah kalau lo ga percaya”. Loh, berarti hantu itu ga universal dong? Ga adil!

J = Hm..

T = Nah pertanyaan saya; Apa yang sebenarnya terjadi dengan teman saya?

J = Dia bermain-main dengan imajinasinya saja sehingga sampai terbawa mimpi. Mimpi jenis imajinasi sampai terbawa tidur juga ada. Banyak mimpi "relijius" juga berasal dari terlalu banyak berimajinasi. Memikirkan tentang si nabi terlalu banyak akhirnya akan memperoleh mimpi tentang si nabi yg diidam-idamkan itu. Namanya Nabi Rong = Napsu Birahi Merongrong.

T = Bagaimana cara menafsir mimpi? Karena saya sering sekali kesulitan menafsir mimpi.

J = Mimpi selalu ada kaitannya dengan dunia melek. Kita harus bandingkan apa yg dialami sebelum pergi tidur dengan mimpi yg diperoleh di dalam tidur. Kalau sebelum tidur orangnya mimpi tentang Nona Belanda yg gatel dan pengen di oho oho, maka muncullah si hantu Nona Belanda, ready to be fucked. Tinggal copotin aja plastiknya en after that tinggal digenzot azzah..

T = Dan bagaimana cara menasehati teman saya agar tidak percaya dengan hal-hal yg dianggap mitos itu (termasuk percaya sama Adit)?

J = Ngapain dinasehatin? Biarin aja dia begitu terus sampe kapok sendiri.


+

PERCAKAPAN 2: PENGANUT TANTRA MODERN


T = Leo,

Saya mulai bisa menilai mungkin anda termasuk penganut tantra jenis modern. Karena saya mengenal beberapa orang yang mempelajari tantra. Mereka seperti orang yang menganut nilai bebas nilai. Teman-teman saya itu begitu cerdas dan sukses pula.

J = Tantra jenis modern? I don't know, maybe.

T = Leo, kalau bukan karma lalu apa yang kita jalani saat ini? Saya setuju kita keluar dari konteks agama.

J = Apa yg sedang kita jalani saat ini adalah apa yg kita jalani saat ini. Kalau pakai filsafat, jawabannya juga ada 1001 macam. Ada filsafat eksistensialis sampai nihilis. Kalau pakai sistem kepercayaan, kita memiliki 1001 macam jenis kepercayaan. Bukan hanya dari agama, melainkan dari kepercayaan non agama juga. Ada penjelasan yg berasal dari tradisi, ada penjelasan dari sudut adat istiadat. Ada penjelasan dari berbagai sumber esoterik, baik asli maupun palsu. Semuanya sah saja. Saya sendiri cenderung untuk pakai pengertian bahwa kita adalah "kesadaran yg sedang menikmati bahwa dirinya itu sadar". Sadar bahwa dirinya sadar dan mengalami berbagai macam peristiwa. Makanya saya selalu bilang untuk enjoy aja. Kalau kita tahu bahwa kita adalah "sang sadar", maka tentu kita akan enjoy saja. Enjoy segalanya datang dan pergi. Ngapaiin repot-repot?


+

Leo
@ Komunitas Spiritual Indonesia .