Senin, 07 Desember 2009

Bagaimana saya biar cepat kaya?

Friends,

Berikut percakapan dengan tiga orang rekan pria yg berbeda. Yg pertama (masih) tentang kesadaran. Yg kedua tentang ateisme dan agnostisme, dan yg ketiga ingin cepat kaya. Saya bilang tempel aja the woman. Walopun statusnya bini orang, tempel aja. Gimana?


+

PERCAKAPAN 1: KESADARAN DAN KECERDASAN


T = Mas Leo apa kabar nich?

I wanna ask question nich, nggak gampang puas saya... hehehe...

J = Saya juga gak gampang puas... hehehe...

T = Kalo kita selalu memakai kesadaran kita, gimana nanti kita bisa berpikir secara maksimal? Maksudnya, secara tidak langsung kita menjadi tidak sering menggunakan pikiran kita karena selalu berada di titik kesadaran?

J = Nggak begitu juga. Kesadaran itu memang selalu ada. Kita selalu sadar bahwa kita sadar. Di semua orang ada itu. Bedanya, ada orang yg tahu bahwa dia memiliki kesadaran yg selalu sadar, yg tidak pernah berubah dan cuma sadar thok. Dan ada orang yg tidak tahu bahwa dia memiliki kesadaran itu. Dia tidak tahu, artinya tidak menyadari, tidak mengerti. Tetapi hal itu bukan berarti bahwa kesadaran itu tidak ada. Kesadaran yg selalu sadar itu tetap ada di semua manusia, baik orangnya menyadari maupun tidak.

Siapa bilang orang yg berada di titik kesadaran tidak berpikir? Berpikirlah! Mungkin malahan lebih banyak berpikir, tetapi berpikirnya tidak memaksakan diri melainkan seperti air mengalir. Ada intuisi-intuisi yg masuk. Intuisi ini roso dalam bahasa Jawa. Nah, berpikirnya menggunakan intuisi ini. Intuisi tidak dipikirkan tetapi muncul sendiri. Tetapi manusianya tetap saja perlu berpikir untuk mengambil keputusan.

Kita tetap bisa memilih untuk menggunakan intuisi yg muncul begitu saja. Intuisi itu bisa didiamkan saja dan kita pura-pura tidak tahu. Kita bisa menunggu perkembangan lebih lanjut terlebih dahulu. Kita bisa mengumpulkan bukti-bukti sebelum berbicara sehingga tidak akan terlihat sebagai orang yg penuh prasangka melainkan orang yg berbicara berdasarkan fakta.

Jadi pikiran tetap dibutuhkan. Selama kita hidup, kemampuan kita untuk berpikir tidak akan hilang. Menyadari bahwa kita memiliki kesadaran yg tetap itu cuma akan membantu kita untuk tidak terlalu ngotot mengandalkan kemampuan berpikir semata. Kita akan lebih mengandalkan intuisi untuk menyelesaikan masalah. Tetapi intuisi jarang datang secara lengkap, datangnya sepotong-sepotong. Dan kita tetap harus berpikir untuk menyambung-nyambungnya sehingga menjadi penjelasan yg utuh.

Dan kemampuan berpikir jelas berbeda-beda. IQ setiap orang tidak sama. Ada yg IQ-nya jangkung, dan ada yg pendek. Kesadaran yg tetap sadar itu ada di semua orang, essensinya sama. Tetapi tingkat kecerdasan orang berbeda. Ada orang yg sadar dan cerdas. Ada orang yg sadar tapi tidak cerdas. Yg parah itu orang yg tidak sadar dan tidak cerdas, payahh !!

T = Ada berapa unsur dalam diri manusia menurut anda?

J = Banyak sekali. Menurut saya semua unsur alam itu ada di dalam diri manusia. Tubuh manusia itu tanah, dan tanah jelas mengandung banyak unsur kimiawi. Yg paling banyak itu air, H2O. Manusia bisa bertahan hidup lebih lama tanpa makan, tetapi tidak bisa tanpa air, gluk gluk gluk...

T = Kalau saya bertanya seperti ini sekarang, itu apa? Bagian dari pikiran saya atau kesadaran saya? Karena kayaknya batas antara pikiran dan kesadaran adalah tipis.

J = Kalau anda bertanya, yg bertanya adalah anda. Kita tidak pernah mempersoalkan yg bertanya itu kesadaran anda atau pikiran anda. Yg bertanya itu anda thok. Kalau anda berpikir sebelum bertanya, maka boleh dibilang bahwa pikiran anda yg bertanya. Kalau anda tidak berpikir tetapi langsung bertanya, maka namanya anda spontan. Tidak berpikir lagi.

Kesadaran anda tetap, yg melihat itu saja semuanya, tanpa berpikir ataupun bertanya. Ini kesadaran yg sama, yg ada di semua orang, tanpa diskriminasi berdasarkan tingkat kecerdasan.


+

PERCAKAPAN 2: ATEISME DAN AGNOSTISME


T = Menurut opini Mas Leo pribadi, apakah perbedaan mendasar antara penganut agnostic dan ateis?

J = Agnostik adalah orang yg tidak percaya kepada konsep-konsep buatan agama, seperti konsep Tuhan, konsep surga neraka, konsep karma nirvana, konsep amal ibadah. Orang agnostik mengerti bahwa segalanya itu konsep buatan manusia saja dan diciptakan sebagai simbol. Simbol itu gunanya untuk komunikasi antar kesadaran. Kata-kata itu simbol, artinya berada di luar kata-kata itu. Nama saya merupakan simbol, artinya berada di luar nama saya.

Nama Tuhan itu simbol, artinya berada di luar nama Tuhan. Allah itu simbol, maknanya berada di luar Allah. Semua kata-kata tidak memiliki makna inheren di dalam dirinya sendiri, semuanya simbol belaka, dan artinya bisa kita peroleh di dalam kesadaran kita. Segala kata dan istilah itu tidak ada artinya bagi makhluk lain selain manusia hidup. Untuk anjing atau kucing saya, kata Allah tidak ada artinya. Untuk 75% manusia yg hidup di atas bumi ini, kata Allah tidak ada maknanya. Allah atau Illih tidak ada bedanya.

Tetapi kata Allah ada gunanya untuk mereka yg hidup dalam alam pemikiran Timur Tengah. Kita di Indonesia, apapun latar belakangnya, sedikit banyak memperoleh pengaruh dari pemikiran Timur Tengah, makanya kata Allah ada artinya juga di sini. Alalh itu simbol yg kita mengerti. Mengertinya di dalam pikiran kita. Dan kata itu bisa kita gunakan untuk komunikasi satu sama lain.

Orang agnostik seperti itu, yaitu bisa mengerti berbagai macam simbol yg digunakan, walaupun tidak mempercayainya. Saya tidak percaya konsep Allah yg menuntut manusia sembahyang supaya bisa masuk surga. Saya tidak percaya itu, karena saya tahu itu konsep yg dibuat oleh manusia masa lalu untuk mengkomunikasikan pengertian tertentu. Saya telah dapat pengertiannya, yaitu agar manusia mencapai kesadaran bahwa dirinya sadar. Kalau sudah sadar bahwa dirinya sadar, maka tidak perlulah memaksakan diri untuk sembahyang dan menjerit-jerit kepada Allah yg cuma konsep saja.

Allah itu hidupnya di dalam pikiran manusia. Proyeksi dari kesadaran manusianya sendiri. Manusia sadar bahwa dirinya sadar, tanpa bisa tahu dari mana dia berasal dan akan ke mana dia akan pergi. Kita cuma tahu bahwa saat ini kita sadar, dan kita tidak pernah tahu kapan kita tidak sadar. Kita semua yg sekarang membaca tulisan ini belum lahir pada tahun 1900, dan kita tidak bisa bilang kita ada di mana saat itu. Kita tidak tahu. Kita semua yg membaca ini akan sudah mati pada tahun 2100, tetapi kita tidak akan pernah tahu kita akan ada di mana saat itu. Yg kita tahu bahwa kita selalu sadar thok. Di sini dan saat ini saja.

Itu pemahaman orang agnostik yg berbeda dengan orang ateis. Ateis itu bilang bahwa kesadaran manusia akan habis musnah setelah orangnya mati. Habis begitu saja dijadikan suatu akidah atau dogma oleh orang ateis. Sama seperti orang beragama yg bilang manusia akan masuk Surga atau Neraka, orang ateis juga memiliki ajaran "agama" (dalam tanda kutip). Ateisme itu agama juga, ada pengikut fanatiknya juga. Mereka percaya bahwa kalau manusia mati, maka kesadarannya mati.

Orang agnostik tidak bisa bilang seperti itu. Agnostik cuma bisa bilang tidak tahu, karena manusia hidup tidak akan pernah bisa tahu akan ke mana setelah dia mati.

T = Apakah bisa menyatukan kedua konsep ateisme dan agnostisme tersebut, lalu apakah ada istilahnya jika digabungkan?

J = Saya tidak tahu, saya tidak pernah memikirkannya. Saya cuma tahu bahwa orang-orang yg paling pintar di atas bumi ini boleh bilang semuanya ateis atau agnostik. Yg suka pakai simbol-simbol itu orang agnostik, dan yg tidak suka pakai simbol begituan bisa disebut ateis. Tetapi walaupun ateis dan agnostik, orangnya tetap sama saja, kesadaran di diri mereka tidak berubah. Mereka tetap saja memiliki kesadaran yg sadar bahwa dirinya sadar. Malahan, kalau mereka secara sadar memilih untuk menjadi orang ateis dan agnostik, maka berarti kecerdasannya sudah melampaui orang yg ngotot bahwa dirinya percaya kepada Tuhan.

Orang beragama itu gobloknya tidak ketulungan karena mereka tidak bisa membedakan simbol dan essensi. Allah itu simbol, dan essensinya ada di dalam kesadaran manusia. Dan manusia tidak akan kekurangan sesuatu apapun tanpa percaya kepada konsep Allah. Orang ateis dan agnostik tahu tentang hal itu, mungkin karena kecerdasan mereka di atas rata-rata. Pada pihak lain, pada umumnya orang beragama kecerdasannya biasa saja, bahkan banyak yg di bawah rata-rata. Tapi tidak usah dikuatirkan karena semakin cerdas masyarakatnya, maka jumlah orang beragama akan semakin berkurang. Atau paling tidak akan meningkat kualitasnya.


+

PERCAKAPAN 3: BAGAIMANA SAYA BIAR CEPAT KAYA?


T = Bagaimana saya biar cepat kaya?

J = Saya melihat jawabannya adalah seorang wanita. Jadi, anda seperti bertahan tidak mau mendekati wanita itu, walaupun bisa juga jadi jodoh, kalau mau. Anda tahu apa yg saya maksudkan. Tetapi ini merupakan pilihan bagi anda. Kalau cepat kaya yg anda cari, jawabannya ada di seorang wanita yg maunya dilayani. Anda mau atau tidak?

T = Makasih mas atas petunjuknya. Hehe... tapi wanitanya istri orang lain mas.

J = Itu yg saya liat. Kalau mau bisa, it's your choice. Saya netral, tidak pernah bilang salah atau benar.

T = Gak ah mas, nunggu aman atau nyari yg aman aja deh. Atau mas barangkali bisa jodohin saya hehe...

J = Hehe...

T = Mas, saya mau curhat. Mas, saya sebelum bertemu mas saya bertemu dengan orang yg hidupnya sebagian besar waktunya terutama malam hari dihabiskan untuk mempelajari kitab suci agama-agama selama 20 tahunan kurang lebih. Dia sebelumnya beragama Islam, sekarang sudah ke luar. Saya belajar kepadanya, bisa dikatakan penasihat spiritual bagi saya. Pemahaman dia atas isi kitab suci terutama Al Quran sangat berbeda bahkan bertentangan dengan pemahaman umum yg beragama Islam, tetapi masih radikal Mas Leo dalam mengkritisi agama Islam.

J = Ok, then?

T = Yg ingin saya tanyakan apakah pendapat Mas Leo tentang kitab-kitab yg dianggap suci, masih adakah kebenaran dan masih relevankah kebenarannya di jaman sekarang, mohon penjelasan n petunjuknya mas?

J = Kitab-kitab suci itu masih relevan kalau kita mau menafsirkan ulang berdasarkan pengertian bahwa mereka cuma merupakan kata-kata yg diucapkan oleh manusia biasa, yg tidak ada bedanya dengan anda dan saya. Simbol-simbol yg digunakan sesuai dengan pengertian orang masa lalu, dan tidak harus selalu diartikan secara harafiah. Al Quran itu banyak isinya merupakan jawaban atas pertanyaan orang-orang Yahudi, sehingga muncul perkataan 'agamaku adalah agamaku, agamamu adalah agamamu'.

Apakah itu perkataan dari Allah? Menurut saya itu perkataan sang manusia untuk menjawab orang-orang Yahudi yg tidak mau mengakuinya. Semua orang bisa mengambil kesimpulan yg sama asal mau menggunakan kemampuannya untuk berpikir. Itu perkataan manusia biasa saja, dan artinya adalah pluralisme, keberagaman pendapat. Artinya adalah diterimanya perbedaan tanpa perlu diributkan. Artinya toleransi beragama. Dan bisa juga diteruskan sebagai toleransi segala sistem pemikiran, bahkan ateisme dan agnostisme. Bahkan sekulerisme. Bahkan neo-liberalisme. Bahkan komunisme dan segala inkarnasinya.

T = Mas, dia mengajarkan untuk bertemu langsung dengan malaikat kita harus mensucikan diri dan tidak tidur selama 40 hari siang malam. Konon menurut dia itu yg dilakukan para nabi sebelum menjadi nabi. Ini dicontohkan oleh Musa yg kisahnya terdapat dalam Al Quran.

J = Kalau anda tidak tidur selama 40 hari siang malam, secara otomatis anda akan bertemu dengan "malaikat" (dalam tanda kutip)... Karena anda kurang tidur, maka anda akan bermimpi dalam keadaan melek, dan apa yg anda lihat itu bisa anda sebut sebagai "malaikat". Coba saja.


+

Leo
@ Komunitas Spiritual Indonesia .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar