Minggu, 31 Januari 2010

12 pertanyaan untuk Leo, sahabatku

Friends,

Berikut tanya-jawab antara Aaron dan saya, baca aja kalo tertarik.


+

12 PERTANYAAN UNTUK LEO, SAHABATKU


T = Hai, Leo. Setelah membaca tulisan Anda, ijinkan saya bertanya beberapa pertanyaan di bawah ini. Jika tidak sempat mereply semuanya, bisa dicicil beberapa nomer per note. Hopefully dijawab per nomer ya. Thanks sebelumnya.

J = Hm.. let's see what those questions are.

T = Apa ada istilah hukum sebab akibat dalam pandangan Anda? Entah itu karma, sunatullah, atau yang lain.

J = Saya menyebutnya sebagai aksi dan konsekwensi. Kalau anda mencuri ayam dan tertangkap basah, maka ada kemungkinan anda akan digebukin massa. Dan anda akan memperoleh julukan sebagai maling ayam. Kalau anda tidak tertangkap, maka anda bisa menikmati ayam itu dalam bentuk sajian makanan. Bisa jadi ayam goreng, bisa jadi opor ayam, bisa juga berupa ayam mentah, kalau anda suka. Siapa bilang manusia tidak bisa makan ayam mentah? Waktu saya masih SD, saya pernah nonton orang makan ayam mentah. Ceritanya ini orang datang dari pedalaman Kalimantan, dan ditanggap oleh sekolah. Semua murid diajak ke luar kelas dan menonton orang itu menguliti ular dengan giginya. Lalu ada ayam yg dimakan mentah-mentah.

Bisa juga anda menggunakan ayam hasil curian sebagai komoditi yg dibarter dengan uang. Di sini anda sudah masuk ke dunia komersil. Anda mengkomersilkan kemampuan anda mencuri ayam menjadi bentuk moneter atau uang. Uang itu bentuk moneter, a monetary unit which, in this case, bernama rupiah. Rupiah itu bisa anda tukarkan juga dengan bentuk moneter lainnya seperti USD, Yen, Yuan, Ringgit, dlsb. Dan anda bisa menghasilkan itu semua karena keahlian anda mencuri ayam. Ada aksi ada konsekwensi.

Saya tidak percaya kepada hukum karma. Kalau anda berbuat sesuatu, maka anda mungkin harus menanggung konsekwensinya. Tetapi itu juga tidak selalu, seperti kita lihat di atas dalam kasus maling ayam yg tidak tertangkap. Hukum karma itu cuma bisa berdampak bagi manusia yg meng-internalisasikan prinsip hukum karma di dalam kesadarannya. Kalau orangnya percaya kepada karma, maka akan timbul perasaan berdosa, misalnya. Bukan berdosa di kehidupan mendatang yg tidak akan pernah bisa terbuktikan, melainkan perasaan berdosa di kehidupan sekarang saja. Jadi, manusia yg merasa berdosa karena berprofesi sebagai maling ayam itu mungkin akhirnya akan sakit ayan. Jadi, seperti alam bawah sadarnya memberikan hukuman kepada dirinya sendiri. Ayam dicolong, maka orangnya sakit ayan.

Bagi orang yg tidak menganut kepercayaan tentang karma, kebiasaan nyolong ayam mungkin tidak akan berdampak apapun. Orangnya akan nyolong ayam sewaktu kepepet, ketika tidak punya uang dan lapar. Setelah itu dia ketagihan karena ternyata dia ahli menangkap ayam orang. Dan itu dijalani bertahun-tahun sampai dia bosan sendiri dan berganti profesi. Misalnya, setelah dia diangkat sebagai satpam resmi di sebuah peternakan ayam di propinsi lain. Setelah dia menjadi satpam di peternakan ayam, kebiasannya nyolong ayam tidak diteruskan. Sekarang dia menjaga ayam-ayam. Dan dia bisa menjadi seorang satpam yg baik tanpa merasa berdosa karena masa lalunya yg kelam sebagai seorang maling ayam.

Karma itu belief system. Sistem kepercayaan. Kalau dipercaya, maka berjalanlah. Kalau tidak dipercaya, maka tidak akan berjalan. Dan yg namanya kehidupan mendatang juga cuma asumsi saja. Diasumsikan orangnya akan lahir lagi di masa datang. Tapi apa benar demikian? The answer is, kita tidak akan pernah tahu. Kita tidak akan pernah bisa tahu apakah kita akan lahir kembali di masa datang. Sama saja seperti kita tidak akan pernah tahu apakah benar kita pernah lahir di masa lalu. Ini semua cuma belief system belaka yg maksudnya agar manusia bisa teratur dan tidak saling mencuri ayam milik satu sama lain.

T = Apa penyebab berbagai macam penyakit (kanker, leukemia, jantung, liver, dsb), serta kemalangan hidup (miskin, sakit, kecelakaan, dsb)?

J = Penyebab penyakit fisik bermacam-macam. Ada yg disebabkan oleh virus, bakteri, sistem kekebalan yg lemah. Ada gara-gara jatuh di tangga. Ada gara-gara masuk angin karena kena hujan. Macam-macam penyebabnya. Kanker juga bisa diakibatkan oleh perasaan menderita selama bertahun-tahun. Orangnya merasa tersiksa karena ditinggal oleh sang kumbang setelah menghisap madu. Saya bukan madu, begitu kata sang wanita selama bertahun-tahun, dan dia tidak mau terima kenyataan bahwa dirinya sudah disedot habis-habisan selama beberapa tahun pertama ketika mulai berbunga. Setelah sang kumbang bosan, maka pergilah the kumbang mencari bunga baru. Dan bunga yg mulai melayu menyesali nasibnya habis-habisan. Dan karena menyesali nasibnya, akhirnya tubuhnya menjadi tidak tahan penyakit. Dan masuklah si kanker, baik berupa kanker fisik maupun kanker ghoib alias kantong kering.

Apa yg disebut sebagai "kemalangan hidup" (dalam tanda kutip) tidak akan pernah bisa dijelaskan dengan memuaskan. Dan itulah alasannya sehingga lahir berbagai macam agama dan aliran pemikiran. Semuanya berusaha untuk menjelaskan apa dan mengapa. Mengapa saya lahir miskin dan orang lain lahir kaya? Pemikiran Hindu Buddha aliran baheula mencoba menjelaskan bahwa orang kaya adalah mereka yg sudah menumpuk dharma di kehidupan sebelumnya, dan orang miskin adalah mereka yg masih harus membayar karma jelek. As a result, masyarakat Hindu Buddha masa lalu sangatlah kejam. Mereka yg miskin akan dibiarkan miskin karena mereka sedang "membayar karma". Dan mereka yg miskin akan tetap saja pasrah menerima nasibnya dijajah oleh orang kaya dengan harapan supaya nanti lahir kembali sebagai OKB, orang kaya baru.

Indonesia masa lalu memang menjadi koloni Belanda, tetapi bukan berarti yg menjajah itu Belanda. Dalam banyak hal, Belanda justru membebaskan nenek moyang kita dari penjajahan para penguasa lokal yg berpikir bahwa rakyat miskin memang sudah pantas menjadi miskin karena membayar karma jelek. Di Bali dulu, mereka yg kalah bertaruh sabung ayam melawan raja akan dijual sebagai budak. Dijual kepada Belanda sebagai budak. Di Jakarta ada yg namanya wilayah Kampung Bali. Ini kampung isinya pelarian dari Bali masa lalu, lari karena tidak bisa membayar hutang kepada raja. Daripada dijual sebagai budak, mendingan mereka lari aja ke Batavia dan membuka hutan di pinggir kota. Hutan ini sekarang sudah ada di tengah kota Jakarta. Namanya tetap Kampung Bali sampai sekarang.

Yg namanya kemalangan manusia itu tidak bisa dilihat dari luar, dan kita cuma bisa menjelaskannya dari dalam. Dan dari dalam itupun relatif, karena manusianya memiliki belief system yg berbeda-beda. Mungkin saja manusianya percaya penuh kepada hukum karma sehingga dia bisa menjelaskan kemalangannya dengan menggunakan prinsip hukum karma. Bagi orang yg tidak percaya karma, dia akan menjelaskan kemalangannya berdasarkan pemikiran berbeda, misalnya pemikiran bahwa "Tuhan memberikan cobaan". Kalau Tuhan memberikan cobaan dan manusianya tabah, maka nanti setelah mati akan masuk Sorga. Dan penderitaan di dunia ini tidak seberapa dibandingkan Sorga, begitu jalan pikirannya.

Ada pula yg menggunakan pemikiran eksistensialis, bahwa hidup ini hanyalah eksistensi di sini dan saat ini saja. Kita tidak akan pernah bisa tahu dengan memuaskan kenapa segalanya itu terjadi. Kita bisa menerima bahwa ada randomness (probabilita acak). Muncul tsunami begitu tiba-tiba di Aceh dan menewaskan lebih dari 1 juta orang. Pedahal semuanya yg menjadi korban boleh bilang orang relijius. Percaya penuh kepada Allah. Dan ternyata kepercayaan kepada Allah tidak bisa menyelamatkan orang dari Tsunami. Ternyata segalanya random, terjadi begitu saja tanpa pilih kasih. Baik atheist ataupun beragama, semuanya mati dengan sia-sia. Dan yg bisa kita lakukan hanyalah memberikan pertolongan sebisa kita.

T = Kemana kesadaran kita setelah tubuh ini mati? We both agree that we're immortal, right? But where to?

J = Saya tidak tahu akan ke mana kesadaran saya setelah saya mati. Yg namanya kesadaran cuma sadar thok. Sadar bahwa kita sadar. Aware of being aware. Penyakit datang dan pergi, kemalangan datang dan pergi, tetapi awareness tetap. We are always aware of being aware. Try to get into the awareness, and all those questions will stop. You will only be aware of being aware. That awareness is you, the real you who experience all things. But these all things come and go while your awareness remains. You remain aware of being aware. In my opinion that was the pencerahan that Buddha had. Cuma segitu aja, and no more than that.

Di luar itu, semuanya yg ada hanyalah belief system belaka, kepercayaan bahwa kita akan lahir kembali di kehidupan berikutnya. Kepercayaan bahwa kita akan masuk Neraka atau Sorga. Kepercayaan bahwa kita akan lahir kembali di rasi bintang antah berantah, dlsb... Cuma belief system belaka dan manfaatnya bisa dilihat dalam hidup ini juga. Kalau percaya Sorga, maka orangnya akan mengumpulkan amal ibadah dan tutup mata terhadap orang beragama lain. Tidak perduli sama Haiti yg kena bencana karena mereka bukan Islam, dlsb... Mungkin juga orangnya akan tidak perduli dengan penderitaan wanita di masyarakat Islami karena dirinya percaya Allah sedang memberikan cobaan agar para wanita itu bisa menerima diskriminasi. Menerima diperlakukan berbeda sebagai warganegara kelas dua. Tetapi setelah itu mereka akan masuk Sorga, jadi penderitaan dijajah pria di dunia ini tidak seberapa dibandingkan dengan nikmat Sorga setelah manusianya mati.

Tetapi itu cuma belief system belaka, bukan? Kita tidak bisa tahu pasti akan ada apa setelah kita mati. Buddha tidak bisa tahu kesadarannya akan ke mana setelah dia mati. Dia cuma bisa mengajarkan bahwa manusia itu bisa sadar bahwa dirinya sadar. Sadar di sini dan saat ini saja.

T = Teori monyet menjadi manusia yang Anda kemukakan, saya ingin tahu mengapa sisa-sisa monyet yang ada sejak ribuan bahkan jutaan tahun lalu belum berubah menjadi apa-apa?

J = Saya belum pernah berteori tentang monyet menjadi manusia. Monyet adalah monyet, dan manusia adalah manusia. Memang ada yg mirip manusia, yaitu monyet bonobo, tetapi tetap saja monyet dan bukan manusia. Homo sapiens di satu bumi ini satu species, dan yg berbeda cuma warna kulitnya saja, varietasnya saja. Nenek moyangnya pasti satu, atau paling tidak satu kelompok kecil. Yg jelas itu bukan Adam dan Hawa yg kita tahu cuma mitos belaka. Orang Timur Tengah memiliki mitos penciptaan bumi dan langit oleh Tuhan. Orang Hindu Buddha memiliki mitos berbeda. Di Cina juga ada mitos serupa. Di semua budaya yg terpisah ternyata ada mitos asal usul manusia. Mitos tetap tinggal mitos dan tidak bisa menjadi kenyataan fisik. Kenyataan fisik memperlihatkan bahwa manusia sudah ada sejak, mungkin sejuta tahun yg lalu, walaupun mungkin bentuknya tidak sama persis. Mungkin juga yg ditemukan fosilnya bukan nenek moyang kita, melainkan manusia dari species lain yg sekarang sudah punah. Kita tidak bisa tahu pasti, penelitiannya masih berjalan terus. Dan tentu saja kita bisa berspekulasi bahwa ada ras aliens dari planet lain yg datang dan membudi-dayakan ras manusia. Bisa saja. Tapi itu tetap tidak bisa dibuktikan sampai sekarang, dan akhirnya jatuh dalam kategori belief system juga. Belief system itu dugaan yg dipercaya penuh. Di-imani. Sama seperti kepercayaan tentang Adam yg di-imani dalam agama.

T = Saya beberapa kali membaca tulisan pengalaman OOBE Anda, which was saya duga sebagai Lucid Dream. Menurut saya ada perbedaan jelas antara OOBE/Astral dengan Lucid Dream. Astral adalah keluarnya roh atau kesadaran dari tubuh fisik, dan bisa menjelajah alam fisik/nyata. Sedangkan Lucid adalah 'perjalanan' ke dalam pikiran (which is dunia semu/ilusi). Jadi yang mana yang Anda maksud? Both?

J = Sekali lagi, kita tidak bisa membuktikan bahwa kita benar-benar berjalan di alam "astral" (dalam tanda kutip). Dulu saya membedakan antara OOBE dan lucid dream. OOBE itu berjalan di alam astral, dan lucid dream adalah mimpi yg begitu hidup. Sekarang saya menganggapnya sama saja, yaitu kita masuk ke dalam pikiran kita sendiri saja. Kita masuk ke dalam pikiran kita sendiri (as if kita pernah ke luar dari pikiran kita, which is not). Ada orang yg bisa merasa ke luar dari tubuh fisiknya sendiri dan jalan-jalan. Saya juga pernah. Dan itu bisa kita sebut sebagai "OOBE" (dalam tanda kutip). Jadi, kita bisa melihat tubuh kita sendiri sedang tidur, dsb... Tetapi apakah benar kita ke luar dari tubuh kita? Itu pertanyaan filosofis sekali. Saya cenderung untuk bilang bahwa kita cuma bermain di dalam alam pikiran kita sendiri saja. Semuanya ini alam pikiran, ada alam pikiran sadar dan ada alam pikiran bawah sadar. Selama masih manusia hidup, kita tidak bisa ke luar dari alam pikiran kita. Ada alam pikiran ketika kita melek dan mengalami segalanya secara fisik, dan ada alam pikiran ketika kita tidur dan mengalami segalanya secara "astral". Tetapi semuanya di dalam alam pikiran kita saja, bukan?

T = Apa atheis kenal moralitas dan cinta kasih? Atau hanya hidup sesuai undang-undang yang berlaku di negara bersangkutan?

J = Saya bukan orang atheis, sehingga tidak bisa menjawab itu secara total. Harus orang atheis sendiri yg menjawabnya. Paling jauh saya bisa bilang bahwa moralitas sebagian orang atheis itu jauh lebih manusiawi dibandingkan dengan moralitas kaum beragama. Hak Azasi Manusia banyak diperjuangkan oleh orang-orang atheis di seluruh dunia sedangkan, kita semua tahu, penginjak-injakan HAM justru banyak dilakukan oleh orang-orang beragama. Agama-agama itu semuanya menginjak-injak HAM, untungnya sebagian sudah direformasi seperti berbagai aliran Kristen. Kristen Katolik itu paling dahsyat dalam menginjak-injak HAM, tetapi sekarang sudah tercerahkan. Hindu di Bali dulu mempraktekkan sutee, yaitu ajaran yg mendorong bhakti istri kepada suaminya yg meninggal dengan cara terjun bebas ke atas api pembakaran jenazah suaminya. Yg melarang itu dengan tegas adalah Belanda. Belanda banyak mengajarkan orang Indonesia untuk menjadi lebih beradab. Dan orang Belanda itu terdiri dari segala macam orang, mungkin beragama juga, walaupun agamanya tidak dibawa-bawa. Belanda itu sekuler dari dulu sampai sekarang, dan mereka menekankan praktek nyata memperbaiki apa yg bisa diperbaiki. Itukah moralitas atheis yg anda maksud?

Ataukah piagam HAM dari PBB yg sama sekali tidak membawa-bawa nama Tuhan? Apakah piagam HAM itu merupakan moralitas atheis yg anda maksud? Apabila ya, maka isinya sangatlah bermoral. Demokrasi itu merupakan hasil dari usaha kaum atheis. Kebebasan beragama dan kebebasan berbicara juga. HAM untuk berpolitik dan berserikat juga. Semua HAM itu merupakan moralitas kaum atheis. Jauh lebih mencerahkan dari moralitas agama bukan? Apalagi kalau kita bandingkan dengan belief system Islam tradisional yg sangat melecehkan kaum wanita sampai sekarang.

T = Apa menurut Anda spiritualitas berbanding lurus dengan kesaktian?

J = Kesaktian adalah skill, kemampuan. Kesaktian anda apa? Apakah di bidang software? Apakah di bidang medis? Apakah di bidang teknik listrik? Apakah di bidang seni rupa? Semuanya merupakan kesaktian. Kita semuanya orang sakti, artinya orang yg memiliki skill atau keahlian tertentu. Ada yg kesaktiannya berbicara di depan corong radio sehingga berprofesi sebagai penyiar radio. Ada yg kesaktiannya berjalan di atas cat walk, sehingga menjadi peragawati. Ada yg kesaktiannya bawa mobil gede, sehingga akhirnya berprofesi sebagai sopir truk. Semuanya orang sakti mandraguna... Dan orang spiritual juga. Mereka semuanya orang spiritual, artinya orang yg hidup dan memiliki spirit. Spiri itu roh, tidak terlihatl. Semua manusia memiliki bagian rohani atau spiritual yg tidak terlihat, sehingga semua manusia adalah manusia spiritual. Spiritualitas adalah hal bagaimana si manusia menghayati kesadarannya yg tidak terlihat itu, dan caranya macam-macam. Ada yg mengambil peran dalam agama, ada yg menjadi orang setengah beragama, ada yg memilih untuk ke luar dari agama, ada yg netral. Ada yg mengambil filsafat eksitensialisme sebagai medium bagi olah spiritulitasnya, misalnya. Dan itu semuanya sah saja. Semuanya spiritualitas manusia. Termasuk di sini atheisme. Atheisme itu juga spiritualitas karena manusianya tetap punya spirit, tetap memiliki bagian yg tidak terlihat yg disebut roh. Spiritualitas adalah kerohanian, dan ada di semua orang. Spiritualitas dan kesaktian ada di semua orang, walaupun jenisnya berbeda-beda.

T = Apa arti pembunuhan, perampokan, dan tindakan kriminal lainnya bagi agnostik?

J = Setahu saya hal itu harus ditanyakan sendiri ke orangnya masing-masing. Saya tidak bisa mewakili orang agnostik. Yg saya tahu, pembunuhan adalah pembunuhan. Perampokan adalah perampokan. Dan kriminalitas adalah kriminalitas. Masyarakat harus diatur oleh hukum-hukum yg bisa meminimalkan hal-hal seperti itu. Meminimalkan kriminalitas, dan memperbesar kebebasan manusia untuk melakukan hal-hal yg bermanfaat. Yg bermanfaat adalah kebebasan berbicara, kebebasan beragama, kebebasan menikah tanpa diskriminasi berdasarkan agama, kebebasan berserikat, kebebasan untuk memperoleh informasi tanpa dihalang-halangi. Kesempatan untuk kerja, kesempatan untuk melanjutkan pendidikan. Kebebasan dan kesempatan untuk berkiprah positif harus diperluas, dan hal-hal yg negatif seperti pembodohan massal harus dipersempit. Itu hal yg umum, semua negara maju berusaha untuk memaksimalkan kesempatan dan kebebasan bagi manusia. Yg selalu dipersempit itu adalah kesempatan bagi pembodohan massal, seperti dominasi agama dalam pendidikan.

T = Apa arti menolong dan kebajikan bagi agnostic?

J = Saya tidak tahu, anda harus bertanya sendiri langsung kepada orang agnostic. Yg saya tahu, kita bisa menolong orang lain kalau kita mau. Kalau bisa dan mau, sebab tidak semua orang mau menolong orang lain walaupun bisa. Bencana alam di muka bumi ini terjadi berganti-ganti, tetapi yg maju paling depan memberikan bantuan selalu negara-negara yg mayoritasnya orang sekuler. Negara-negara Barat. Sedangkan negara-negara yg mayoritasnya Islam biasanya tidak terdengar memberikan bantuan. Apakah orang Indonesia ribut memberikan bantuan untuk Haiti yg terkena bencana alam sehingga 100 ribu orang mati sekaligus? Apakah MUI repot mengirimkan dana dan bantuan? Atau at least doa-doa? Tentu saja tidak. Ulama Islam cuma ribut tentang rebonding rambut yg diharamkan, tentang foto pre wedding yg juga diharamkan. Tetapi kalau tentang menolong orang, terlebih lagi yg bukan Islam, maka mereka tutup mulut. Tutup mata, tutup kuping dan tutup mulut. Negara-negara Islam juga begitu. Bukannya tidak bisa membantu, tetapi tidak mau membantu.

T = Anda pernah bilang bahwa setan dan makhluk halus lainnya hanya ada di pikiran, yang berarti hanya ciptaan kita semata. Lalu apa pendapat Anda tentang setan/jin yang bisa memindahkan barang fisik?

J = Saya pernah dengar cerita seperti itu, pernah juga melihat benda yg konon datang sendiri, terbang whosss... Tetapi saya belum pernah melihat dengan mata kepala sendiri ada benda yg datang tiba-tiba, kecuali namanya pesawat udara, pecahan meteor, batu ditimpuk, dll.. yg semuanya bisa ditelusuri siapa yg mengirim atau yg menggerakkan.

T = Lalu apa pendapat Anda tentang santet berupa paku, jarum, dsb yang bisa masuk ke dalam tubuh? Bahkan tahun lalu ada kehebohan seorang wanita dari Kalimantan yang tubuhnya tumbuh kawat (di dalam perut). Apa pandangan Anda tentang ini?

J = Harusnya wanita itu di-rontgen dan diteliti secara ilmiah. Saya pernah baca bahwa wanita itu punya kebiasaan makan kawat. Kalau itu benar, maka harusnya wanita itu disadarkan untuk tobat makan kawat. Kalau dia mau makan kawat terus, maka saya tidak bisa berbuat apa-apa. Saya ada di Jakarta, dan dia ada di Kalimantan. Kenal juga tidak.

T = Kebanyakan aliran spiritual mengatakan pengekangkang nsfsu jasmani berhubungan dengan pengoptimalan potensi kerohanian, tapi tampaknya Anda tak sependapat. Boleh berikan alasannya?

J = Kerohanian yg asli akan muncul setelah manusia jatuh bangun berjalan dari ekstrim ke ekstrim. Siddharta Gautama telah menjalaninya, hidup dari ekstrim ke ekstrim. Pernah hidup mewah di istana, dan pernah menjadi pertapa miskin selama bertahun-tahun juga. Makanya dia bisa bilang bahwa yg paling bagus itu yg biasa-biasa saja. Tidak ekstrim. Bukan penolakan total terhadap napsu tubuh seperti menahan lapar dan haus, atau menahan konak, tetapi yg biasa-biasa saja. Kalau lapar, ya makanlah. Makannya biasa saja, tidak usah berlebih-lebihan. Kalau haus, ya minumlah. Minum juga biasa saja. Kalau konak, ya nge-sex lah. Tidak perlu berlebihan, melainkan biasa-biasa saja.

Pada pihak lain, kalau kita menekankan larangan tidak boleh ini dan tidak boleh itu, maka manusia akan semakin penasaran. Dilarang free sex, akhirnya jadi free sex, malahan free sex yg overdosis atawa berpindah dari satu bunga ke bunga lainnya. Pedahal, kalau dibiarkan apa adanya saja, orang juga tidak akan ekstrim. Orang akan mencoba untuk free sex, dan mungkin akhirnya akan sadar bahwa kehidupan jenis itu bukan untuk dia. Selain itu, kita juga tidak bisa melarang orang untuk melakukan apa yg ingin dilakukannya. Kalau orang senang makan daging, maka itu urusannya, bukan urusan kita. Apakah spiritualitasnya akan terganggu? Belum tentu juga. Kita tidak bisa menentukan bahwa apa yg dilakukan orang dengan hidupnya sendiri akan mengakibatkan spiritualitasnya terpuruk. Yg bisa bilang bahwa dia mengalami peningkatan atau penurunan spiritualitas adalah orangnya sendiri.

So, akhirnya kita semua akan non-judgmental, tidak menghakimi. Segalanya merupakan domain pribadi manusia yg harus memutuskan sendiri apa yg ingin dilakukannya dengan hidupnya sendiri.


+

Leo
@ Komunitas Spiritual Indonesia .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar