Sabtu, 31 Oktober 2009

Apa bedanya jadi orang atheist?

Friends,

Menurut pendapat saya pribadi, sama sekali tidak ada bedanya menjadi seorang atheist ataupun beragama. Apa bedanya? Cuma label yg ditempelkan saja bukan?

Walaupun IQ saya tinggi dan termasuk golongan jenius juga, saya tidak habis pikir mendengar khotbah Jumat yg memaki-maki orang atheist seolah-olah orang atheist itu bukan manusia, dan hanyalah penganut Islam yg manusia. Manusia yg kalo mati nanti masuk Sorga dan diterima di sisi Allah SWT.

Saya bilang, gak masuk akal. Tapi biarian ajalah. Urusan orang. Now, the conversations for today. Dilakukan dengan seorang teman yg sama dalam dua kesempatan terpisah. Enjoy!


+

PERCAKAPAN 1: TAKUT KUNTILANAK DAN POCONG


T = Mas Leo, salam kenal.... ^_^

J = Salam kenal juga.

T = Mas mau nanya nih, kenapa ya kalo saya mau meditasi, tiba-tiba suka muncul bayangan kuntilanak, bayangan pocong, di benak saya sehingga saya merasa tidak nyaman dan takut? Kenapa ya?

J = Karena anda memikirkannya. Kalau anda tidak pikirkan, maka segala bayangan makhluk jadi-jadian itu akan hilang dengan sendirinya. You are not my victim, begitu kata si kuntilanak setelah putus asa tidak bisa mengganggu anda lagi. Pocong juga akan lari mencari korban lain karena anda ternyata sudah bisa membuka belangnya. Ternyata the pocong cuma bayangan saja. Bayangan dari anda sendiri. Diciptakan oleh pikiran anda sendiri. Setelah diciptakan tentu saja akan dinikmati, yg menikmati juga anda sendiri saja. Anda menikmati perasaan anda yg kocar-kacir setelah menciptakan kuntilanak dan pocong itu.

Selama anda masih mau menikmatinya, maka mereka akan muncul terus. Setelah anda abaikan dengan alasan sudah bosan, maka sedikit demi sedikit mereka akan menghilang karena ditarik pulang oleh Allah ta'alla untuk duduk manis di dalam Sorga. Anda abaikan artinya anda tidak menikmati mereka lagi. Karena anda tidak menikmati mereka lagi, maka pikiran anda akan berhenti memproduksi kuntilanak dan pocong. Begitu prosesnya.

T = Kenapa saya bisa takut? Dan apa yang saya takutkan?

J = Anda bisa takut karena anda mau takut. Anda dididik untuk takut sama kuntilanak dan pocong, maka takutlah anda. Kalau anda tidak takut namanya tidak normal... Di masyarakat kita, yg normal adalah orang yg takut kuntilanak dan pocong. Kalau anda tidak takut artinya anda tidak normal, dan harus dikuliahi habis-habisan oleh tetangga anda supaya anda bertobat dan takut. Yg anda takutkan adalah hilangnya rasa takut anda, sebenarnya... Kalau ternyata anda tidak takut lagi kepada hantu-hantu tradisional Indonesia yg namanya kuntilanak dan pocong itu, maka artinya anda sudah berbeda jauh dibandingkan tetangga anda. Dan itulah yg anda takutkan. Kalau dianggap beda berarti anda telah menjadi kafir. Kafir karena tidak lagi percaya kepada hantu tradisional.

Kafir itu label yg menakutkan bagi banyak dari kita karena akan dianggap orang aneh. Yg tidak aneh itu orang yg selalu takut hantu, terutama hantu asli Indonesia yg namanya kuntilanak dan pocong.

T = Apakah benar hantu-hantu itu yang saya takutkan? Atau ada hal lain?

J = Seperti telah saya tuliskan di atas, yg anda takutkan bukanlah hantu-hantu ciptaan pikiran anda sendiri itu. Anda takut menjadi lain dan dicap kafir. Orang mukmin harus percaya dan takut kepada kuntilanak dan pocong. Yg tidak takut kepada mereka cuma orang kafir. Yg termasuk kafir itu orang bule: orang AS, orang Australia, orang Perancis, orang Inggris. Semuanya kafir, dan ciri utamanya adalah tidak takut kuntilanak dan pocong.

T = Dan mereka itu cuma merepresentasi rasa takut saya saja?

J = Kuntilanak dan pocong merupakan figments dari imajinasi anda. Anda sendiri yg memunculkan mereka untuk bisa merasakan sensasi takut di diri anda. You created them yourself.

T= Lalu, sebenernya kuntilanak dan pocong itu ada gak sih? Atau cuma sebatas "keyakinan" atau kesadaran aja? Apakah bentuk asli mereka seperti itu? Atau bentuk mereka seperti itu karena persepsi yang tertanam dalam kesadaran kita? (kayaknya saya belom pernah liat hantu secara langsung...) *___*

J = Sebenarnya kuntilanak dan pocong tidak ada. Sama saja seperti Allah ta'alla yg juga sebenarnya tidak ada, tetapi menjadi ada karena dimunculkan oleh kesadaran kita. Kita berimajinasi bahwa ada kuntilanak dan pocong yg bentuknya demikian, lalu kita bisa merasa melihat mereka. Lalu karena pantasnya kita merasa takut, ya takutlah kita. Allah ta'alla juga tidak ada. Tetapi kita berimajinasi bahwa ada Allah yg menciptakan dunia dan segala isinya, menurunkan ayat-ayat melalui malaikat Jibril. Lalu Allah akan bisa menolong kita kalau kita sholat istiqarah, ditambah dengan cemplungin uang ke tanggok ikan yg dipakai untuk mengumpulkan sumbangan pembangunan mesjid di jalan-jalan, dsb... Semuanya itu imajinasi kita saja.

Kalau kita merasa takut terhadap pocong dan kuntilanak, akhirnya kita akan minta bantuan kepada Allah agar segala macam makhluk jadi-jadian itu pergi jauh dari hadapan kita. Karena kita yakin, akhirnya makhluk-makhluk itu pergi. Dan kita berterima kasih kepada Allah. Pedahal the makhluks dan Allah adalah hasil imajinasi kita sendiri saja. Kita mengimajinasikan ada hantu yg jahat dan ada Allah yg bisa kita suruh mengusir hantu. Akhirnya segalanya klop. Hantu pergi, dan kita tenang.

Agama bekerja seperti itu. Bukan agama saja melainkan semua kepercayaan bekerja seperti itu. Ada yg dipercaya, walaupun sebenarnya tidak ada. Adanya cuma ada di dalam pikiran kita saja, dan diciptakan di sana oleh kesadaran kita. Kesadaran kita bisa menciptakan hantu dan malaikat. Bisa menciptakan Setan dan Allah. Kita sendiri yg bermain-main dengan kesadaran kita saja. Kita berimajinasi saja.

T = Terus kenapa kalo hantu perempuan selalu dipersepsikan dengan baju putih dan rambut panjang? Apakah itu persespsi yang kolekftif?

J = Hantu perempuan dipersepsikan dengan baju putih dan rambut panjang karena di alam bawah sadar manusia Indonesia, seperti itulah ciri-ciri kewanitaan yg terakhir dan sempurna. Dan itulah yg ditakuti oleh para ulama Arabia dan antek-anteknya. Wanita dengan baju putih tembus pandang dan rambut panjang adalah jelmaaan Setan, begitu katanya. Pedahal itu cuma permainan imajinasi saja. Dan kita di Indonesia sudah latah, ikut-ikutan imajinasi ala Arabia itu. Orang Indonesia memang sejak lama telah menduduki ranking latah nomor satu di seluruh dunia... Yg takut sama wanita berdaster transparan dan berambut panjang terurai kan ulama Arabia, kok orang kita ikut-ikutan?

So, persepsi tentang hantu berbeda-beda. Baju putih dan rambut panjang nampaknya cuma hidup di imajinasi yg ke-Islam-Islaman. Imajinasi masyarakat yg tidak mengenal arogansi pria seperti budaya Arab tentu saja tidak takut terhadap figur wanita setengah telanjang dengan rambut terurai. Imajinasi manusia berbeda-beda. Tidak sama. Dan pelecehan wanita oleh budaya padang pasir itu dibawa terus bahkan sampai ke alam imajinasi. Pedahal bisa saja the kuntilanak itu pakai kain kebaya dan berkonde. Bisa saja seperti Ibu Kartini atau Nyonya Meneer. Tetapi kenapa yg muncul justru wanita berdaster dan berambut panjang? Karena di alam manusia Indonesia yg dididik untuk berimajinasi kepada Allah, wanita berdaster transparan dan tembus pandang itu adalah wanita Barat yg bebas merdeka dan tidak bisa ditaklukkan oleh pria Indonesia yg mau ikut-ikutan arogan mendudukkan wanita di kursi belakang. Akhirnya figur wanita Barat dengan pakaian tidurnya itu dijadikan simbol kuntilanak. Dimunculkan dan lalu orangnya jadi takut sendiri.

Pedahal tidak perlu takut. Pria Indonesia tidak perlu merasa minder dengan wanita Barat yg memang sudah sejajar dengan pria. Tetapi kalau ada pria Indonesia yg mau dicium tangannya ala Arabia, ya jelas wanita bule itu menakutkan. Menakutkan sekaligus menyenangkan karena bokep bule itu enak dilihat. Kalau kita lihat bokep wanita bule di oho oho rasanya enak sekali. Kita jadi kepengen. But we are afraid. Dan kita jadikanlah wanita bule, atau wanita Indonesia yg sudah berperilaku seperti bule, menjadi figur kuntilanak.

T = Element saya apa ya?

J = Banyak elemen air. Banyak tergantung dari perasaan. Kalau merasa sreg, maka akan maju. Kalau tidak sreg, tidak mau maju, dan maunya mundur saja.

T = Terus, what should I do? Karena saya bingung...

J = What you should do is maju mundur, karena itu yg paling enak. Kalau maju saja sudah jelas itu impossible. Mundur saja juga impossible. Yg paling enak itu yg maju mundur. Maju satu mundur satu. Begitu caranya. Makin lama makin cepat...

T = Hohohoo....

J = Hohohoo...


+

PERCAKAPAN 2: MUAK DIDOAKAN ORANG BERAGAMA


T = Makasih ya, but ada pertanyaan baru nih...

Risih gak sih kalo dinasehatin sama orang konservatif dengan nasehat "Kembalilah padaNya", "semoga kembali pada jalan yang benar" dan lain-lain? Kalo risih wajar gak? Kok saya risih ya? ... Wong saya gak kemana-mana., kenapa di suruh muleh?

J = Risihlah. Orang-orang itu mau memaksakan belief system mereka kepada anda. Apa yg mereka percayai merupakan urusan mereka sendiri, tetapi mereka menganggap bahwa orang lain harus ikut percaya. Kalau tidak percaya maka artinya tidak benar. Kalau anda percaya, maka anda benar... Saat ini anda relatif dianggap sudah tidak benar, makanya disuruh kembali ke "jalan yg benar". Pedahal kita tahu bahwa jalan yg benar itu belum tentu benar bagi orang lain. Setiap orang berhak untuk menentukan jalannya sendiri.

Mereka mau berimajinasi tentang Allah is their own business. Anda juga bisa berimajinasi tentang Allah yg jenis lain. Allah itu macam-macam jenisnya, tergantung taste atawa selera. Ada Allah rasa strawberry. Ada Allah rasa coklat. Ada Allah rasa keju... Dan orang-orang itu mau anda mengkonsumsi Allah rasa lobang kubur. Dan mereka bilang itulah Allah yg benar, dan semua Allah lain tidak benar.

T = Terus kalo orang itu doain kita? Gimana? Aneh gak? Risih gak? Contoh "Semoga (Allah/Yesus/ Yahweh/dan lain-lain) mengampuni dosamu dan membukakan pintu hatimu"?

J = Kalo yg ini saya tidak risih. Saya malah seneng. Saya akan bilang: Rasain luh! Saya akan mengucap syukur kepada Allah according to my imagination karena itu orang-orang sok tahu akan capek sendiri. Biarin aja mereka doain saya abis-abisan, it's their HAM (Hak Azasi Manusia). Merupakan HAM bagi orang untuk mendoakan siapapun yg dipilihnya. Tetapi tentu saja itu tidak ada hubungannya dengan orang yg didoakan. Saya sendiri tidak perduli berapa banyak orang yg mendoakan saya, apa isi doanya, dikabulkan atau tidak, dst... Doa mendoakan itu cuma valid bagi orang yg mendoakan, dan orang yg meminta didoakan. Kalau anda tidak meminta didoakan, maka hal doa mendoa itu tidak ada hubungannya dengan anda. Orang-orang itu cuma bermain dengan imajinasi mereka sendiri saja, dengan mengambil figur anda sebagai obyek fantasi. Difantasikan bahwa anda sedang didoakan supaya tobat dan memeluk Allah berbau lobang kubur.

Tetapi soal kelanjutannya bukanlah urusan anda. Yg berimajinasi mereka sendiri bukan? Dan mereka jugalah yg akan meraup untung berupa pahala dari Allah ta'alla jenis itu. Alalh ta'alla jenis lain mungkin ada di diri anda. Dan tidak mempan untuk didoakan melalui Allah rasa strawberry. So,... enjoy aja. Hal doa mendoakan adalah kelakuan relijius yg paling tidak berbahaya. Perlu didorong sebanyak mungkin. Daripada ngawur ngomong soal takwa mentakwa kepada Awloh ta'awloh, mendingan mereka berdoa saja. Bilang saja begitu kepada mereka. It's better that you pray. Doa saja tanpa henti. Sampe tua...

T = Hak dia sih. Tapi kalo kita jadi risih wajar gak? Ngapain jadi ngurusin kita sih itu orang? Karena dia masuk surga dan kita masuk neraka (menurut versi keyakinan dia)? Kok saya risih ya?

J = Saya risih juga, tapi saya sudah belajar untuk tidak perduli sama yg begituan. I don't care with what people do with their own lives. Selama tidak mengganggu saya, saya tidak akan perduli. Mereka mau bilang mendoakan saya is oke saja karena saya tahu mereka cuma bermain dengan fantasi mereka sendiri saja. Fantasi mereka is fantasi mereka, dan tidak ada hubungannya dengan saya.

T = Apakah mungkin sama risih-nya ketika orang-orang konservatif melihat tulisan Mas Leo? Mungkin kalo diuraikan jadi kayak gini:

Orang Konservatif to Leo: Semoga anda dilaknat Tuhan di kerak neraka.

Leo to Orang Konservatif: Duh pada bego-bego bener ya, mau aja dibudakin agama (hehehehhe..... pisss)

Dan apakah pasti ada rasa gregetan? Greget dalam artian pembenaran dari konsep masing-masing? Yang membuat akhirnya ada suatu penilaian, -menjduge- ?

J = Saya belum pernah mengalami yg seperti itu. Kalau bertemu langsung dengan orang yg fanatik beragama, saya akan bisa langsung lihat matanya karena saya tahu bahwa orang beragama adalah orang yg paling penakut. Takut mati. Takut masuk neraka. Makanya mereka sembahyang nunggang nungging tidak ada habis-habisnya. Dan ini ada di semua agama, bukan hanya di Islam saja.

Selain itu, yg mungkin tidak diketahui oleh teman-teman, adalah fakta bahwa saya selalu membantu orang berdasarkan belief system orang itu sendiri. Jadi, kalau orangnya beragama tertentu, maka saya akan memberikan solusi berdasarkan apa yg dipercayai oleh dia. Kalau dia percaya bahwa dirinya disantet orang dan telah ditinggalkan oleh Allah ta'alla, maka saya akan bilang bahwa santetnya sudah hilang, dan sekarang dia tinggal mandi air garam saja. Plus tahajud nanti malam.

Kun fayakun. Apa yg terjadi, terjadilah. Voila, santetnya ngilang, en the person menganggap saya sakti mandra guna. Pedahal saya cuma bilang apa adanya saja. Memang santet itu tidak ada. Cuma permainan pikiran saja yg diperparah oleh rasa bersalah. Forgive yourself, begitu kata saya kepada orangnya. Allah tidak marah, cuma Dia sedang oho oho dengan 72 bidadari Sorga. Nanti setelah klimaks juga balik ke takhta-Nya dan akan bisa disuruh-suruh lagi oleh kita.

En, kalo the person percaya saya (biasanya begitu), maka sakitnya akan sembuh. Sembuh total tanpa perlu doa-doa. Not even pakai kata bismillah. Itu cara saya.

So, saya tidak pernah debat kusir dengan orang beragama. Dan nampaknya orang beragama juga tidak berani berbicara kurang ajar kalau berhadapan langsung dengan saya. Maybe mereka tahu bahwa saya kalau bicara selalu didengar oleh Allah. It's strange but true, orang-orang beragama itu tahu kalau saya kuat berdoa. Doanya manjur, begitu kata mereka dengan berbisik-bisik... Dan of course saya akan diam saja. I don't care. I am just being myself.

I don't care what other people do with their own lives. Kalau minta bantuan, ya akan saya bantu. Itu juga kalau saya bisa. Tapi kalau mau mencampuri urusan saya, maka saya akan bilang: go away!

Untungnya sampai saat ini belum ada yg berani kalau berhadapan langsung dengan saya. Orang beragama itu pengecut. Beraninya kalau tidak berhadapan langsung. Kalau berhadapan langsung mereka akan mengkerut. Itu pengalaman pribadi saya.

T = Entah kenapa, saya jadi menjudge bila bertemu dengan orang-orang konservatif, seperti melihat boneka robot karatan yang dimainkan dalam suatu permainan palsu. Palsunya ketenangan batin. Palsunya kedamaian. Berkaratnya pintu ego sehingga tertutup rapat. Tidak bisa dibuka lagi. Saking karatan.

J = Hmmm...

T = Dan saya jadi risih. Hampir-hampir mengunderestimate. Dan saya merasa janggal aja kalo saya merasa risih, bikin beban buat diri sendiri. padahal saya gak mikul apa-apa? Dan bukankah hak mereka dalam memilih kedamaian yang ada namun kedamaian yang palsu bagi saya?

J = Iyalah. Itu urusan mereka sendiri. Walaupun kita tahu bahwa segalanya imajinasi belaka, kita menghormati HAM orang untuk berimajinasi. Di atas saya bilang bahwa ada Allah dengan rasa strawberry, ada yg rasa coklat... Dan karena itu bukan urusan kita, kita biarkanlah. Walaupun menurut kita the strawberry dari Allah mereka itu rasanya seperti lobang kubur, kita akan merasa nyaman saja karena kita mengerti bahwa hal itu bukan urusan kita. Itu urusan orangnya sendiri.

T = Apakah seharusnya saya bisa lebih menghargai orang-orang beragama, dan melihat kepalsuan yang ada bagian dari keseimbangan?

J = Kita menghargai orang beragama ketika kita mengatakan bahwa apapun yg mau dipercayai oleh orang beragama merupakan urusan orangnya sendiri. Adanya di dalam domain pribadi. Biarpun kita tahu itu palsu, kita tidak berhak untuk mengganggu mereka secara fisik. Kita bisa bilang itu palsu, dan itu sah saja, namanya HAM Kebebasan Berbicara. Tetapi mengganggu secara fisik is another thing, bisa berindikasi kriminal.

Saya menulis bahwa agama-agama itu mengajarkan kebohongan. Dan itu sah saja, pendapat saya. Tetapi kalau saya kejar-kejar orang beragama dan mengkuliahi mereka tentang kepalsuan agama mereka, maka namanya saya sudah melakukan pelecehan HAM. Apa yg mau dipercayai orang bukan merupakan urusan saya. Saya cuma berhak berpendapat. Dan itupun tidak boleh dipaksakan. Kalau saya mau memaksakan pendapat saya, apa bedanya saya dengan orang-orang beragama yg tidak tahu malu menuntut dibubarkannya Ahmadiyah? Apa bedanya saya dengan orang-orang Islam di Arab Saudi dan Iran yg membungkam kebebasan berbicara dengan alasan bahwa Allah rasa coklat mau agar semuanya menjadi manusia bertakwa yg bisa diseret kesana kemari seperti kambing dongo?

T = Tapi kok susah ya? Kenapa ya?

J = Karena anda belum terbiasa. Anda belum terbiasa bertemu dan melihat berbagai macam manusia dengan latar belakang berbeda-beda. Kalau anda sudah terbiasa, anda tidak akan schock lagi melihat orang berbicara tentang belief system mereka. Saya sendiri banyak memberikan konseling kepada orang beragama yg sebentar-sebentar menyebut Allah. Dan saya manggut-manggut saja. Saya tidak menjatuhkan mereka. Saya justru memberikan solusi di jalur belief system mereka sendiri, walaupun saya tidak menganut belief system yg sama. Belief system atau agama itu cuma cara berpikir saja. Betapapun anehnya, kalau orangnya mau, maka itu HAM yg ada di diri orang itu. Namanya HAM Kebebasan Beragama.

T = Kasarnya, jadi males aja kalo deket-deket sama mereka, padahal kita nggak ngomongin topik yang berbau konsep ketuhanan, tapi topik-topik ringan. Aneh aja... Apalagi kalo mereka mulai mengeluarkan kata-kata bijak yang membawa Tuhan mereka, tapi menurut saya kadang gak make sense... fiuhhhh...

J = Ya udah, gak usah deket-deket. Saya juga tidak suka deket-deket dengan orang yg berbau agama. Mungkin mereka juga tidak suka deket-deket sama saya. Jadi samalah. Sama-sama tidak suka dekat-dekat. Dan yg bisa dekat sama saya memang cuma orang beragama jenis tertentu, yaitu penyembah Allah rasa duren. Ini adalah orang-orang pragmatik yg gemar menyuruh-nyuruh Allah. Dan saya bisa langsung melihat ke dalam hati mereka bahwa Allah adalah budak mereka yg terakhir dan sempurna. Dan saya bilang amin. Makanya orang-orang dari jenis ini suka sekali bertemu dengan saya.

T = Gimana ya supaya bisa menghargai mereka? Dan merasa tidak risih bila mereka mendoakan atau melaknatkan saya?

J = Bilang saja terus terang bahwa anda tidak tertarik mendengar kuliah mereka. Bilang saja bahwa Sorga dan Neraka cuma ada di jidat mereka sendiri saja. Dan bahwa Tuhan cuma imajinasi mereka saja. Bilang itu dengan cara manis sampai mereka schock. Kalau belum jelas, ulangi lagi. Ulangi lagi sampai mereka schock total dan geleng-geleng kepala tanpa henti... Saya jamin mereka tidak akan berani lagi datang ke dekat-dekat anda.

T = Mungkin tanpa "pancingan opini" mereka (the conservatives), saya gak sadar terhadap kejanggalan yg membuat saya berpikir. Dan mungkin kalo gak ada "pancingan opini" dari mereka, saya masih jadi budak yang dirantai kuat. Karena merekapun, saya jadi melihat bahwa ternyata rantai yang mengikat saya ini longgar, dan lepas satu demi satu...

J = Iyalah, prosesnya memang seperti itu. Kalau agama sudah terlalu kuat menancapkan batangnya di dalam segala sendi kehidupan masyarakat, akibatnya orang akan berpikir. Akhirnya sebagian besar dari kita akan menjadi orang agnostik. Agnostik itu artinya meragukan apa yg diajarkan oleh agama karena ternyata banyak kejanggalan. Dan semakin dipaksakan ajarannya, maka akan semakin teballah keagnostikan manusia. Kita tahu bahwa kita dibohongi... Dan akhirnya kita akan berjalan biasa-biasa saja, tidak perduli lagi dengan sumpah serapah orang-orang yg berjualan agama itu. Lama-lama kita akan jadi orang atheist. Tidak percaya sama sekali kepada Allah karena kita tahu bahwa Allah cuma figment dari imajinasi kita saja.

Yg bekerja itu kesadaran di diri manusia, menggunakan berbagai macam simbol seperti Setan dan Allah. Pedahal yg ada cuma kesadaran kita saja. Kesadaran kita yg tidak berbeda, baik orangnya beragama maupun tidak beragama.

Cihuy !!!


+

Leo
@ Komunitas Spiritual Indonesia .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar