Sabtu, 31 Oktober 2009

Saya Mau Buang Keyakinan Saya

Friends,

Kali ini percakapan dengan dua orang rekan yg memiliki kebutuhan berbeda. Yg pertama ingin membuang keyakinannya yg sampai saat ini masih dipegangnya. Dan yg kedua ingin agar saya lebih mengayomi demi kemaslahatan bersama. Baca aja.


+

PERCAKAPAN 1: SAYA MAU BUANG KEYAKINAN SAYA


T = Makasih sahabat. Bahagia bisa bersahabat dengan Leonardo Rimba. Pusing saya baca catatan-catatannya. Konsep Tuhan, agama, kesadaran dan lain-lain gak saya pahami. Jadi bingung yg bener yg gimana. Saya ingin belajar biar paham n tau yg benar. Mohon petunjuk n nasihatnya.

J = Nice meeting you here. Silahkan sharing saja pengalaman anda, nanti akan saya tanggapi dan jawab dengan terperinci apabila ada pertanyaannya.

T = Maaf jika konsep Tuhan n agama adalah hanya karangan saja, beruntung dong yg hidupnya jahat terus gak pernah baik? Maaf mohon petunjuk n penjelasanya? Apakah ada konsep yg lebih baik dari konsep di atas?

J = Ngapain anda mikirin orang lain? Orang mau jadi jahat ataupun baik merupakan urusan orangnya sendiri. We are only responsible for ourselves. Kita ngurusin diri kita masing-masing, dan bukan ngurusin orang lain. Namanya domain pribadi. Urusan pribadi. Jadi, apapun yg kita lakukan dengan hidup kita merupakan urusan kita sendiri. Kalau kita menyakiti diri kita, ya kita sendirilah yg sakit. Kalau kita merusak harta benda orang lain dan tertangkap basah, maka kita bisa diadili dan memperoleh hukuman karena, kalau sudah menyangkut hubungan antar manusia, apalagi menyangkut harta benda, maka ada yg namanya hukum pidana. Hukum pidana bergerak di domain publik, domain umum.

Kita semua bukan anak kecil lagi bukan? Kita tidak perlu lagi diajar agar jangan mencur bukani? Mencuri itu adanya di domain publik. Dan kalau tertangkap ada hukumannya. Namanya hukum positif, dan hukum positif tidak perlu pakai nama Tuhan dan agama.

Kalau kita bisa membedakan domain pribadi dan domain publik, kita akan bisa lebih jelas. Kalau masih mau rancu, jadinya akan seperti orang-orang beragama itu yg sebentar-sebentar berteriak "Tuhan" atau membawa agama yg katanya dari "Tuhan". Pedahal tidak ada apa-apa.

Yg ada cuma urusan pribadi kita sendiri yg mau di-intrusi oleh orang lain. Dan kita berhak tendang orang lain yg mau mencampuri urusan kita. We are all free people, dan tidak perlu jatuh terpuruk karena "diancam" oleh orang-orang agama yg bawa-bawa konsep Tuhan buatan mereka sendiri saja.

Pedahal maksudnya untuk membuat kita menjadi "budak". Budak dari agama dan konsep Tuhan yg diciptakan oleh manusia lain.

Can you follow me?

T = Menurut saya hukum positip gak sempurna, faktanya ada yg lolos dari hukum positip, ada jg yg kebal dari hukum positip. Sepertinya menurut saya lebih menguntungkan jadi orang jahat.

J = Kalau anda menganggap lebih menguntungkan jadi orang jahat, ya jadilah orang jahat. Anda sendiri yg harus memutuskan. Selama apa yg anda lakukan berada di domain pribadi, maka anda sendirilah yg menanggung akibatnya. Akibatnya baik ataupun buruk, anda yg akan menikmatinya. Tetapi kalau anda sudah memperluas cakrawala kejahatan anda ke domain publik, maka akan ada hukum-hukum positif yg bisa menjerat anda apabila tertangkap basah dan terbuktikan bersalah. Kalau tidak terbukti, maka anda bisa lolos. Kalau anda bisa bermain curang, maka anda juga bisa kebal hukum.

Apapun yg anda lakukan merupakan urusan anda sendiri, baik di domain pribadi maupun domain publik. Domain pribadi boleh bilang memiliki sedikit rambu-rambu. Kalaupun ada, rambu-rambu itu kita sendiri yg pasang. Kita bisa bilang asalnya dari agama, pedahal itu kemauan kita sendiri karena kita bisa saja tendang itu rambu yg asalnya dari agama dan kita pasang rambu yg berasal dari pemikiran yg lebih tercerahkan, misalnya. Itu bisa saja apabila kita sudah yakin 100% bahwa rambu-rambu agama bagi kehidupan pribadi merupakan ciptaan manusia masa lalu yg tidak mengenal facebook.

Domain publik diatur oleh hukum positif dan bukan agama. Agama itu adanya di domain pribadi manusia, makanya kita bisa sesumbar apapun tentang agama yg terakhir dan sempurna. Itu sah saja. Kita bisa jungkang jungking sampai histeris berlinang air mata mengingat jasa nabi besar yg konon ditunjuk oleh Allah ta'alla untuk membawa manusia menjadi semakin beradab, walaupun bukti memperlihatkan bahwa pengikut si nabi yg aslinya tidak terlalu besar itu ternyata banyak yg tidak beradab. Ternyata menginjak-injak HAM (Hak Azasi Manusia). Tetapi kita tetap saja berhak untuk menjerit-jerit kepada Allah ta'alla mengucapkan terima kasih atas diturunkannya agama yg terakhir dan sempurna karena semua orang bule, Jepang dan Cina yg kafir itu akhirnya akan masuk neraka dan pengikut Islam akan masuk sorga. Inilah bualan yg terakhir dan sempurna dan tidak dilarang untuk diyakini (diimani) oleh setiap manusia. Namanya HAM Kebebasan Beragama.

Tetapi kalau sudah melakukan pengrusakan terhadap harta benda milik orang yg tidak mengakui si nabi besar, maka manusianya sudah mengacak-acak di domain publik. Ada hukum positif yg akan menciduk si pelaku dan mengirimkannya ke penjara yg terakhir dan sempurna. Kalau sudah meledakkan gedung-gedung milik orang lain, maka akan dikejar-kejar oleh aparat negara, selain memperoleh gelar sebagai teroris Islam yg terakhir dan sempurna. As simple as that.

Hukum positif tentu saja tidak sempurna malahan tidak akan pernah sempurna. Hukum selalu direvisi terus menerus. Kalau tadinya mulut kita dibungkam di jaman Orde Baru, maka sekarang kita bisa buka mulut selebar-lebarnya. Kita bisa bicara balik kepada orang-orang agama yg di jaman Suharto merasa dilindungi sehingga tidak boleh dibantah segala kebohongannya. Sekarang kita bisa bantah bahwa ada Allah ta'alla yg menurunkan ayat-ayat. Kita bisa bilang bahwa itu isapan jempol. Dan memang cuma isapan jempol saja, walaupun kita juga tahu bahwa hal itu merupakan bahagian dari agama dalam upayanya mempertahankan manusia agar tetap berada di tingkat kebodohan yg terakhir dan sempurna.

Terakhir dan sempurna artinya mati. Tidak bisa berkembang. Agama yg terakhir dan sempurna adalah agama yg mati. Manusianya tidak berpikir, dan tinggal ditarik-tarik saja oleh para pemuka agama. Persis seperti kambing yg tinggal dipotong di hari raya untuk menyenangkan hati Allah ta'alla. Itu konsep mati. Tidak berkembang. Tidak membawa kemajuan... Tetapi hukum positif berkembang terus. Kalau tadinya wanita tidak memiliki hak pilih dalam pemilu, maka sekarang wanita memiliki hak pilih. Malahan bisa memilih dan dipilih. Dan semua hak-hak ini diperjuangkan oleh masyarakat di negara-negara Barat. Kita tinggal ikut saja. Liberalisme atau azas kebebasan individu itu berasal dari Barat dan bukan dari Arab. Yg berasal dari Arab adalah penginjak-injakan HAM yg terakhir dan sempurna yg untungnya sudah cukup banyak ditelanjangi di Indonesia sehingga tidak begitu mudah bagi para ulama Islam dan PKS untuk membodohi orang Indonesia.

T = Menurut Mas Leo, konsep Tuhan yg diajarkan setiap agama gak ada yg bener? Adakah konsep Tuhan yg benar?

J = Saya tidak bilang bahwa konsep Tuhan yg diajarkan setiap agama tidak ada yg benar. Saya bilang bahwa semuanya itu konsep buatan manusia belaka. Karena konsep buatan manusia, makanya kita bisa reformasi itu konsep. Kalau tadinya Tuhan suka wanita yg membungkus tubuhnya seperti mummy Mesir Kuno, maka jaman sekarang Tuhan suka wanita yg pakai rok mini. Kita bisa bilang seperti itu, bikin konsep Tuhan yg seperti itu. Caranya ya bikin saja. Bilang saja bahwa Tuhan tidak perduli dengan segala pakaian, melainkan dengan hati. Makanya pakaian mini, pamer paha dan belahan dada, sangat disukai oleh Tuhan karena memperlihatkan bahwa sang wanita bukanlah orang munafik. Pada pihak lain, Tuhan benci dengan wanita munafik yg membungkus tubuhnya seperti lemper tetapi hatinya penuh sirik dan dengki. Bilang saja seperti itu, dan jadilah satu konsep baru tentang Tuhan.

T = Mas, saya mau buang keyakinan saya jika ada konsep yg lebih baik.

J = Buat saja sendiri konsepnya, dan pakai sendiri saja, namanya agama pribadi anda sendiri. Anda juga bisa mempelajari sendiri asal muasal agama dan konsep Tuhan. Psikologi banyak menuliskan asal muasal dogma-dogma agama berdasarkan perkembangan kepribadian dari seorang anak manusia yg dididik oleh orang tuanya, yg juga dididik oleh orang tuanya lagi. Ada rewards and punishments. Dikasih permen kalau mau makan bilang bismillah. Dan disabet kalau tidak mau sembahyang, dsb... Semuanya ini ada di psikologi. Tetapi psikolog Indonesia masih banyak yg munafik. Psikolog kok beragama?

Ilmu sejarah menelusuri asal muasal kepercayaan terhadap Yehovah Elohim yg konon diformulasikan oleh seorang tokoh mitologis dari kaum Yahudi yg bernama Musa. Isi ajaran Musa adalah bajakan dari kepercayaan Mesir Kuno. Lalu orang Yahudi ditaklukkan oleh orang Babilonia, dan semuanya diboyong ke sana. Dan bertambahlah kepercayaan Yahudi dengan berbagai kepercayaan tentang malaikat yg asalnya dari kepercayaan Babilonia.

Lalu ada kepercayaan tentang Sorga Neraka yg datang belakangan. Datangnya setelah Alexander the Great, setelah dunia Timur Tengah mulai gonjang ganjing dan orang Yahudi sudah tercerai berai. Sampai 2,000 tahun lalu, kepercayaan Sorga Neraka ini yg dominan dalam pemikiran keagamaan Yahudi. Plus ditambah dengan kepercayaan tentang kiamat yg mulai muncul membabi buta setelah Yesus. Kepercayaan tentang kiamat cuma marak di kalangan sempalan Yahudi, yaitu yg dikenal sebagai orang-orang Nasrani.

Beberapa ratus tahun kemudian, Islam tinggal mengambil alih saja segala kepercayaan Yahudi dan Nasrani itu. Istilah saya copy paste. Termasuk yg di copy paste adalah sumpah kerak keruk bahwa ada malaikat Jibril yg datang bawa ayat-ayat. Tentang kedatangan Jibril inipun tidaklah orisinal pula karena nabi-nabi Yahudi juga ada yg mengakui didatangi oleh Jibril atau Mikail. Keduanya malaikatnya orang Yahudi dan bukan malaikatnya orang Arab. Begitu menurut pakem.

Beberapa tahun terakhir ini bahkan Jibril juga muncul ke hadapan Lia Eden sehingga manusianya di-dzolimi oleh penganut Islam. Fenomena Lia Eden membuktikan bahwa agama itu sangat mudah dibuat. Tinggal mengaku bahwa anda didatangi oleh malaikat Jibril. Tetapi itu cara lama ketika manusia masih bisa dibodohi. Jaman sekarang sudah tidak laku lagi walaupun anda mengaku didatangi oleh Jibril.

So, buang saja konsep agama yg anda pegang, dan buat agama yg baru, berlaku bagi pribadi anda sendiri. Setidaknya anda akan independen dan tidak akan terpengaruh oleh segala macam syiar agama yg tidak masuk akal dan bersifat membodohi masyarakat banyak seperti biasa dilakukan oleh mereka yg jualan agama dan Allah. Pedahal tidak ada Allah, yg ada cuma kesadaran di diri anda, saya dan siapa saja. Kesadaran thok. Kesadaran kita itulah yg diperebutkan oleh orang-orang yg berjualan agama. Setelah bisa menguasai kesadaran kita, mereka akan merogoh kantong kita. Selalu seperti itu caranya, walaupun jelas akan ada kata-kata Awloh yg dipakai. Demi takwa kepada Awloh. Demi Awloh ini dan demi Awloh itu, dsb... pedahal demi pembodohan massal belaka.


+

PERCAKAPAN 2: SAYA MAU MAS LEO MENGAYOMI


T = Seyogya-nya Mas Leo harus lebih mengayomi, ditinjau dari latar belakang culture negara kita, terutama masalah religion/faith.

J = Mengayomi? Menjadi guru besar yg membimbing anak-anak murid di mana-mana yg kemudian saya cekoki dengan berbagai belief systems antah berantah bahwa ada Allah yg akan menghadiahi mereka dengan pahala berupa tiket masuk Sorga? ... No, I am not that kind of person. Saya tidak bisa membohongi orang. Saya cuma rekan sharing biasa-biasa saja. Kita berbagi pengalaman satu dengan yg lain saja. Tidak ada yg lebih pintar dan lebih bodoh. Semuanya sama pintarnya dan sama bodohnya. Kalau mau pintar, orangnya sendiri yg akan untung. Kalau mau tetap bodoh, orangnya sendiri juga yg akan buntung. As simple as that. Dan tidak ada pengayoman seperti dipraktekkan oleh orang agama/spiritual yg old fashioned/kuno.

Pengayoman berarti juga sikap otoriter. Memaksakan pendapat. Saya tidak pernah memaksakan pendapat. Saya malah mendorong orang untuk berpendapat sendiri dan tidak membeo segala macam racun yg ditebarkan oleh agama-agama.

T = Namun demikian itulah kendala bila berbicara dengan bahasa kesadaran, dengan intuisi, natural, yang istilah Mas Leo bilang bahasa apa adanya tanpa rekayasa dan/atau kemunafikan.

J = Ya, apa adanya saja. Saya bilang bahwa semua agama itu diciptakan oleh manusia dan tidak jatuh dari atas langit. Walaupun pendiri agama bilang ada malaikat Jibril, itu cuma akal-akalan saja. Lia Eden juga bilang didatangi oleh Jibril, kenapa anda tidak mau percaya dia? Karena anda tahu bahwa Lia Eden ter-delusi bukan? Anda tahu bahwa Lia Eden merasa seperti itu tetapi sebenarnya tidak ada apai-apa... Dan itu sama saja dengan apa yg dialami oleh manusia-manusia masa lalu yg bilang didatangi oleh malaikat Jibril. Tidak ada apa-apa, dan cuma manusianya sendiri yg ter-delusi (terjangkit waham). Bisa juga dibilang menipu dirinya sendiri. Kemungkinan besar karena orangnya stress. As simple as that. Dan saya jujur menuliskan apa adanya saja. Memang seperti itulah faktanya.

Psikologi bisa menjelaskan panjang lebar bagaimana manusia bisa kejangkitan malaikat dan meracau mengeluarkan segala macam ayat. Dan kenapa sekarang kita harus mengikuti orang yg meracau kalau kita bisa pakai otak kita? Kenapa kita harus memuja-muji kehebatan agama kalau kita tahu bahwa agama itu dibuat oleh manusia masa lalu yg megalomaniak? Konsep Tuhan itu buatan. Berubah sesuai perkembangan jaman. Saya sendiri mungkin sudah membuat suatu konsep Tuhan yg baru, yaitu Tuhan yg tidak perduli agama orang, yg tidak perduli penyembahan. Tuhan yg emoh dengan amal ibadah.

T = Tatanan syariat itu tetap diperlukan, syariat itu penjabaran dari tingkat kesadaran kita dalam kehidupan di dunia ini. Kita berbicara bukan-lah menilai bahkan menghakimi. Ada yg belum atau bahkan tidak menyadari tulisan-tulisan Mas Leo itu arah-nya kemana ? Visi dan misi-nya apa? Sehingga membuat sebagian lainnya bertanya-tanya, kecuali mereka yg sudah memahaminya. Ada kala-nya aku menjadi Tuhan dan ada kala-nya aku menjadi makhluk-Nya, karena Tuhan itu memang agnostic.

J = Tuhan itu atheist. Tuhan tidak percaya kepada Tuhan sendiri...

Tatanan syariat itu diperlukan oleh orang yg memerlukannya. Kalau orangnya merasa bahwa Tuhan menciptakan dirinya menjadi manusia yg ditakdirkan menjadi istri keempat, maka itu merupakan urusan orangnya sendiri, dan bukan urusan saya. Tetapi kalau saya sudah berkhotbah bahwa Awloh akan meridhoi wanita yg pasrah menjadi istri keempat maka itu adalah hal lain lagi. Artinya saya sudah ikut membodohi masyarakat banyak, walaupun saya bisa saja bilang bahwa saya mengkhotbahkan syariat. Dan syariat itu dari Awloh. Dan awloh bilang makan babi haram. Dan Awloh bilang bahwa pria bisa menikah dengan empat wanita sekaligus (seperti kambing bandot yah...).

Kalau saya sudah mengkhotbahkan syariat dengan membawa-bawa Awloh, maka artinya saya ikut membodohi banyak orang. Kalau saya bilang bahwa Awloh mau wanita berjilbab, maka saya juga akan ikut membodohi banyak orang. Saya tahu saya akan membodohi banyak orang karena memang sangat mudah untuk berkhotbah tentang Awloh. Dengar saja khotbah Jumat, sangat mudah untuk berkhotbah jenis itu. Tinggal selipkan saja kata-kata Awloh di sana, dan tidak akan ada yg protes. Awloh sendiri juga tidak akan protes karena Awloh cuma konsep saja. Kita mau buat konsep yg jenis apapun akan ok saja.

Silahkan sharing pengalaman spiritual anda, bagaimana anda jatuh bangun sampai akhirnya mengerti bahwa apa yg diajarkan kepada anda semasa kanak-kanak cuma bualan saja. Itu yg akan lebih bermanfaat kepada banyak teman karena kita semua mengalaminya. Kita semua dibohongi oleh agama-agama. Ada yg sudah sadar, ada yg sudah setengah sadar, dan ada yg masih belum sadar. Manusia itu bermacam-macam, dan segalanya sah saja. Walaupun masih tetap terbelenggu dalam tipuan agama, asal orangnya tidak merusak harta benda milik orang lain seperti teroris Islam, maka itu masih bisa dimaklumi. Masih bisa ditolerir. Namanya pluralisme. Keberagaman.


+

Leo
@ Komunitas Spiritual Indonesia .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar