Kamis, 19 November 2009

Akhirnya Daku Belajar ke Negeri Cina

Teman-teman,

Seorang rekan wanita saya yg masih belum menikah ternyata suka nakal juga, tanpa seijin orang-tuanya dia belajar ke negeri Cina. Itu percakapan pertama. Di percakapan kedua, seorang rekan wanita lainnya ternyata melihat jodohnya berbentuk ular putih. Percakapan ketiga dan keempat dengan dua orang rekan pria, tentang kenapa TIMNAS sepakbola Indonesia bisanya kalah melulu, dan tentang kewajiban orang tua Indonesia untuk menghormati HAM anak-anaknya.


+

PERCAKAPAN 1: AKHIRNYA DAKU BELAJAR KE NEGERI CINA


T = Akhirnya daku belajar ke Negeri Cina ..ciieeee… Ah bukan, hanya kiasan… Belajar kebijaksanaan seperti Muhammad dan Isa. Melakukan perjalanan ke Timur untuk belajar tentang kebijaksanaan.

J = Hm...

T = Daku baca tentang Buddha Tantrayana, walau gak semua aku baca bukunya, I just need a confirmation.

J = Konfirmasi apa?

T = Actually aku baca dari bukunya Master Shen – Yen Lu , the Living Buddha in Seattle, AS, dan maybe memang Amerika Serikat adalah tempat teraman untuk para spiritualis sejati, di mana kebebasan atas hak pribadi diatur sedemikian rupa dan dihargai dan dihormati. Di mana di tempat lain, dia mendapat pertentangan dari sesama penganut Buddha. Dia pernah diklaim sebagai penganut agama Buddha yang sesat.

J = Amerika Serikat dan negara-negara Barat adalah tempat teraman di dunia karena HAM (Hak Azasi Manusia) benar-benar dihormati dan dilindungi.

T = Ada kesamaan di sini, bahwa orang yang berspiritual dianggap sesat. Sedang yang dianggap sesat ini, menimpali anggapan tersebut dengan bilang orang beragama pada ga pakai otak, intelektual dan daya nalarnya ga dipakai. Beragama dengan rasa takut.

J = Memang demikian, orang beragama itu pada gak pake otak, yg ada cuma rasa takut. Takut tidak dapat jatah tempat yg layak di sisi Allah SWT, pedahal ucapan itu cuma kiasan saja, simbol belaka, pemanis bibir doang, dan bukan berarti harafiah atau literal. Tetapi orang beragama tidak bisa membedakan antara yg simbolik dan yg asli.

Yg asli itu tidak dapat diungkapkan dengan simbol. Dan simbol seperti Allah ta'alla dan berbagai kaidah agama bisa saja dibuang dan diganti yg baru tanpa manusia kehilangan kemanusiaannya.

T = Orang beragama merasa takut sejak lahir. Sejak lahir kita diajari dan dibekali dengan ketakutan. Akhirnya takut untuk berpikir logis. Takut sama neraka jahanam, takut ga berperilaku seperti Nabi. Salah kaprah, mencontoh hanya seperti fisiknya saja.

J = Ya, memang seperti itu situasinya. Kita yg sudah lebih dewasa secara spiritual bisa melihat bahwa mereka itu penuh rasa takut. Tetapi mereka tidak bisa tahu hal itu karena pikirannya buntu. Buntu karena disumpal oleh para ulama.

T = Contohlah yang bener-bener patut untuk dicontoh seperti akhlaknya, termasuk hablum minanasnya dengan sesama. Domain logis itu adanya di kesadaran, bukankah begitu?

J = Logika adanya di dalam pikiran. Dan pikiran kita dilahirkan oleh kesadaran. Kita sadar bahwa kita sadar, lalu kita berpikir menggunakan logika tanpa asumsi apriori bahwa ada Allah yg menurunkan ayat-ayat.

Kalau pakai asumsi ada ayat-ayat dari Allah, maka logika kita akan menghasilkan kesimpulan yg ngawur, akan menghasilkan kesimpulan bahwa kita harus hidup menurut aqidah Arabia karena itulah keinginan Allah. Yg salah di sini bukanlah logikanya melainkan asumsinya. Asumsi itu yg tidak benar karena tidak ada Allah yg menurunkan ayat. Yg ada cuma manusia biasa yg mengaku bahwa Allah menurunkan ayat. Pedahal semuanya buatan si manusia itu sendiri saja... Kita juga bisa bilang bahwa Allah menurunkan ayat langsung kepada kita. Namanya HAM Kebebasan Berbicara. Merupakan Hak Azasi Manusia untuk mengaku bahwa Allah menurunkan ayat kepada dirinya.


+

PERCAKAPAN 2: JODOH SAYA BENTUKNYA ULAR PUTIH


T = Saya mau tanya, selama ini saya suka mimpi yg mengatakan sudah waktunya.

J = Sudah waktunya untuk apa?

T = Menurut beberapa orang yg tau, mereka bilang saya didampingi oleh nenek uyut, dan dia itu orang bisa... Nah, nenek mau saya seperti dia karena beberapa kali saya mimpi diberi barang-barang aneh. Kalau menurut saya, itu semua punya dia.

J = Hm...

T = Waktu kemarin belum lama saya mimpi dia datang menyelamatkan saya dari orang-orang jahat, dan dia bilang sudah waktunya dan harus selesai... Nah saya sampai sekarang itu labil, dan saya juga kan belum menikah.

J = Hm...

T = Nah saya pernah mimpi ular putih datang menghampiri saya dan mencium saya, nah menurut teman yg tau katanya itu jodoh saya.

J = Jodoh anda berbentuk ular putih?

T = Saya sih pernah mimpi soal ini beberapa kali.. Nah untuk masalah ini menurut Mas Leo saya bagaimana atau harus bersikap bagaimana?

J = Anda sebenarnya tidak apa-apa selain stress karena belum menikah dan merasa didesak oleh lingkungan untuk cepat-cepat menikah. Apa yg anda sebut "Nenek Uyut" dan muncul di dalam mimpi anda adalah bagian dari kesadaran anda sendiri saja yg sebenarnya tidak mau menikah cepat-cepat dan maunya menjadi "dukun" (dalam tanda kutip). Kalau maunya menjadi dukun, ya jadilah. Tidak usah ragu-ragu.

Ular adalah simbol seorang pria kalau anda belum menikah. Kemungkinan ini orang bule kalau kita mengartikan ular putih sebagai pria berkulit putih. So, saran saya, bergaul sajalah dengan orang-orang bule. Kemungkinan anda akan lebih cocok dengan orang-orang bule yg tidak terlalu perduli dengan perilaku wanita yg terlalu agresif seperti anda. Menurut orang kita, anda itu termasuk "labil" (dalam tanda kutip).

Tetapi menurut orang-orang bule, anda termasuk biasa-biasa saja. Malah termasuk wanita yg oke karena anda orangnya tidak malu-malu. Lugu dan apa adanya saja. Saran saya, go for it, kejar saja. Dan tidak usah perdulikan lagi segala omongan orang di sekitar anda tentang "Nenek Uyut" itu. Bilang aja Nenek Uyut sudah menyatu dengan anda, dan sekarang you are on your way to find your real soul mate.

Bentuknya ular putih, hiiyy...


+

PERCAKAPAN 3: TIMNAS KALAH TERUS KARENA AGAMA


T = Dear Mas Leo,

Saya sebel banget liat TIMNAS sepak bola Indonesia yang tidak pernah membanggakan, dari kecil hingga dewasa gak pernah menikmati kejayaan TIMNAS sepak bola Indonesia, kalau dilihat dari kacamata spiritual dan mental apakah ini disebabkan oleh belief system dan kebudayaan mayoritas rakyat Indonesia atau gimana?

J = Menurut terawangan saya (ehem...), segalanya ini diakibatkan oleh agama. Agama yg dijejalkan ke dalam kepala manusia Indonesia sejak kita lahir ternyata bukan membuat kita menjadi pintar melainkan menjadi bodoh. Kalau ditanya kenapa kalah? Jawabannya karena itu kemauan Allah. Allah maunya TIMNAS Indonesia kalah terus sehingga harus diterima dengan ikhlas dan pasrah. So, satu-satunya cara adalah cuci otak. Para atlit harus dicuci otaknya untuk berpikir dengan benar, bahwa di sini bukan soal takdir atau kemauan Allah, melainkan soal semangat. Semangat itu fighting spirit, dan bisa dilatih dengan membantah apa yg dikatakan para ulama. Ulama bilang kalau bertanding harus doa dulu, dan itu harus dibantah dengan sempurna. Kalau mau bertanding harus siap tanding, dan tidak perlu pakai doa-doa yg cuma bikin cappe dehh!!


+

PERCAKAPAN 4: ANAK BUKAN MILIK ORANG TUA


T = Bagaimana pendapat abang:

1. Tanggung jawab orangtua kepada anaknya merawat dan membesarkannya.
2. Anak tidak memiliki tanggung jawab terhadap orangtua karena sang anak nggak minta dilahirkan ke dunia ini, karena itu kan perbuatan ortu yg oho..oho.. sehingga mengandung anak n melahirkannya.

Intinya ortu bertanggung jawab kepada anak, namun anak nggak bertanggung jawab kepada ortu (karena si anak nggak minta dilahirkan kan?)

J = Saya sependapat dengan anda. Orang tua bertanggung jawab untuk membesarkan anak tanpa berhak menuntut apapun. Tanpa berhak menuntut anak untuk mengikuti agama orang tua, kepercayaan orang tua. Anak yg telah dewasa berhak untuk mengambil jalan hidup sendiri tanpa perlu dipaksa untuk menikah, apalagi dengan yg seagama dengan orang tua. Kalaupun anak akhirnya membantu orang tua yg sudah benar-benar tua, maka itu merupakan suatu pilihan, dan bukan kewajiban.

Para orang tua Indonesia juga harus belajar bahwa segala tekan menekan terhadap anak ternyata telah menghasilkan bangsa yg melempem. Indonesia ini orang-orangnya melempem karena terlalu banyak ditekan. Ditekan oleh orang tua, ditekan oleh ulama, ditekan oleh masyarakat. Ditekan oleh pejabat. Ditekan oleh Allah... Tetapi yg terakhir ini paling mudah ditendang karena tidak ada secara fisik.

Tendang aja, tuing !


+

Leo
@ Komunitas Spiritual Indonesia .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar