Kamis, 05 November 2009

Malaikat Baik dan Malaikat Jahat

Friends,

Dua percakapan singkat kali ini tentang malaikat baik dan malaikat jahat, dan tentang apa itu guru sejati, suatu konsep Jawa yg saya juga tidak terlalu mengerti artinya.


+

PERCAKAPAN 1: MALAIKAT BAIK DAN MALAIKAT JAHAT


T = Setiap manusia selain ada Roh Suci-nya, juga diberi penuntun, yakni Sang Guru Sejati (SGS), pastinya ini nama lain dari Malaikat Pelindung.

J = Setahu saya malaikat pelindung itu kepercayaan yg sudah ada di orang Yahudi sejak lebih dari 2,000 tahun yg lalu. Malahan di masyarakat Kristen sudah berkembang sedemikian rupa sehingga dipercayai bahwa tiap orang punya malaikat baik dan malaikat jahat. Malaikat baik warnanya putih, dan malaikat jahat warnanya hitam. Malaikat baik tempatnya di kanan kita, dan malaikat jahat tempatnya di kiri kita. Jadi, kalau kita memutuskan untuk check in bersama orang yg bukan pasangan hidup kita, maka kedua malaikat ini akan saling adu otot memberikan argumentasi masing-masing. Pros and cons.

Pedahal cuma pikiran kita sendiri saja yg terombang-ambing. Pikiran kita yg dewasa cenderung mau check in saja karena orangnya oke dan kapan lagi bisa dapat kesempatan yg terakhir dan sempurna seperti ini. Tetapi pikiran kita yg kekanak-kanakan akan bilang bahwa ada Tuhan yg akan menurunkan gempa bumi ketika kita sedang berada di atas ranjang. Ternyata itu benar, ada goyang-goyang di atas ranjang hotel yg rasanya enak. Akhirnya, lama kelamaan kedua malaikat ini akan makin lemah baterainya karena kita sudah bisa berpikir tanpa menggunakan konsep malaikat lagi. Kita sudah bisa berpikir untung rugi secara rasional.

T = Btw, selama beberapa bulan terakhir telinga kanan saya mendenging kencang, sampai saya merasa sangat terganggu. Sekarang sudah mereda.

J = Suara mendenging di telinga bukan hal yg aneh. Banyak dari kita mengalaminya juga. Mungkin penyebabnya perbedaan antara tekanan udara di luar dan di dalam kuping kita. Kalau tekanan udara terlalu rendah atau terlalu tinggi, maka kuping kita bisa sakit sendiri. Kuping itu alat penyeimbang tubuh fisik kita sehingga kita bisa menghadapi pergerakan yg muncul di sekitar kita.

T = Selain itu, dalam beberapa bulan terakhir saya sering mimpi banjir dimana-mana, dan saya selalu nyaris tenggelam, tapi selalu saja selamat, kadang mimpi ada ledakan dimana-mana, juga sesuatu jatuh dari angkasa. Saya mencoba tak berpikir dan tak pedulikan 2012, tapi masih saja mimpinya seputar bencana.

J = Memang akan ada banyak bencana menjelang 2012, kita semua sudah tahu itu. Bencana terbesar di dunia pra-2012 malahan terjadi di Aceh dan bukan di bagian dunia lainnya. Kita bisa bilang itu "kebetulan" (dalam tanda kutip), tetapi sebenarnya tidak ada yg kebetulan melainkan sinrkon. Sinchronicity is the rule. Sinkronisitas artinya kesesuaian antara energi yg dipancarkan oleh para manusianya dan alam sekitar. Kalau banyak energi resah gelisah yg dipancarkan, maka alam akan menyerap itu. Kalau alamnya sudah tidak kuat lagi maka akan dilepaskan. Bencana banjir di Jakarta yg hadir setiap tahun juga bisa dilihat dalam konteks sinkronisitas itu. Air sifatnya melarutkan segala tindakan yg sifatnya panas seperti api. Karena Jakarta terlalu penuh oleh tindakan manusia api, maka alam mengatur agar dilakukan pembersihan berupa banjir setiap tahun. Beberapa tahun sekali akan ada banjir besar yg akan menenggelamkan separuh Jakarta. Cukup masuk akal bukan?

T = Well, Indian Maya tak punya kalender setelah 2012 karena tak jelas segala sesuatunya, Nostradamus bilang setelah 2012 gelap, Mama Laurent juga bilang tak bisa menerawang, trus ada pula Sabda Tuhan yg menyebutkan 2012 akan terjadi sesuatu yg elok (?). Artinya, ini bisa jadi bukan sesuatu yang main-main, bagi yg percaya.

J =Ya, bagi yg percaya bahwa kiamat akan terjadi pada bulan Desember 2012. Saya sendiri percaya bahwa tidak ada kiamat melainkan percepatan peningkatan spiritualitas di seluruh dunia menjelang 2012. Sekarang juga sudah terjadi. Tetapi yg namanya spiritualitas itu tidak selalu langsung jadi kan? Ada periode belajar ketika seseorang merasa sudah menjadi manusia berspiritualitas tinggi karena telah membaca buku tentang anak indigo. Dalam tiga bulan sudah tiga buku tentang anak indigo dibacanya, dan dia merasa bahwa ciri-ciri yg disebutkan di buku-buku ini cocok dengan dirinya. Maka jadilah dia anak indigo yg per definisi di buku-buku populer adalah mereka yg akan membawa "pencerahan" (dalam tanda kutip).

Tetapi jelas ini anak-anak yg membutuhkan perhatian dan bukan yg akan memberikan pencerahan kepada satu dunia. Lagi pula, yg namanya pencerahan itu tidak bisa datang gara-gara ada sekelompok anak mengaku sebagai "anak indigo" yg tersenyum malu-malu menunggu diminta meramal. Hal ramal meramal is my specialty, dan saya tidak merasa perlu mengaku sebagai anak indigo. Bahkan apa yg saya ramalkan pun selalu saya ucapkan dalam pengertian probabilitas, kemungkinan-kemungkinan.

Contohnya, saya akan bilang bahwa kalau mau percaya malaikat, ya percayalah. Ujung-ujungnya akan menjadi orang yg sedikit aneh tetapi masih bisa lebih diterima masyarakat umum dibandingkan dengan orang fanatik beragama yg jualan Tuhan. Orang yg percaya bahwa kita manusia bisa berhubungan dengan malaikat bukanlah orang fanatik. Orang fanatik justru akan menyalahkan para pencinta malaikat ini. Akan dibilang "sesat" (dalam tanda kutip).

Pedahal tidak ada yg sesat maupun tidak sesat karena segalanya cuma konsep saja. Kalau konsep itu dihayati dengan sempurna, maka manusianya bisa saja bertemu dengan "malaikat"(dalam tanda kutip). Bisa bertemu dalam mimpi, bisa dalam keadaan antara sadar dan tidur. Banyak orang masa lalu yg mengaku bertemu malaikat juga mengalami hal serupa. Karena orangnya percaya malaikat, maka muncullah sang malaikat yg secara fisik sebenarnya tidak ada. Yg ada cuma konsep di diri manusianya sendiri. Konsep ini diajak komunikasi. Diajak berbicara... Akhirnya terjadi tanya-jawab antara si manusia dan malaikatnya itu. Manusianya bahkan bisa merasakan mendengar suara secara fisik, bisa merasa melihat secara fisik. Pedahal tidak ada siapapun. Yg ada cuma si manusia itu yg berkomunikasi dengan dirinya sendiri saja.


+

PERCAKAPAN 2: APA YG DIMAKSUD DENGAN GURU SEJATI?


T = Mas Leo,

Salam kenal dari saya, S, orang Solo. Mau tanya: apakah yang dimaksud dengan Guru Jati? Sebab ada yang mengatakan kepada saya bahwa guru jati saya adalah Betara Wisnu, yang mengatakan adalah salah satu ahli spiritual di Semarang, kebetulan masih ada hubungan saudara dengan saya, dan yang satunya adalah arwah dari leluhur yang waktu itu masuk ke dalam tubuh salah satu om saya.

J = Saya tidak terlalu mengerti tentang konsep Jawa mengenai Guru Sejati. Mungkin yg dimaksud adalah kesadaran tinggi (higher self) yg ada di diri setiap orang. Kalau orangnya penuh welas asih, maka tentu akan mudah saja untuk bilang bahwa guru sejatinya itu Betara Wisnu. Kalau orangnya kuat secara mental, maka guru sejatinya Betara Siwa. Kalau kuat secara naluriah, kita bisa bilang bahwa guru sejatinya namanya Betara Brahma. Something like that. Di Bali, saya pernah mendengar bahwa orang-orang menyebut Pak Putu Ngurah Ardika (Guru Sejati Kundalini) sebagai Wisnu. Kekuatannya memang elemen air, dan orang yg sensitif bisa saja bilang bahwa melihat Pak Ngurah rasanya seperti bertemu dengan Dewa Wisnu.

Ada pula orang yg naluriah sekali, contohnya seorang wanita psikolog yg selalu mencari perhatian orang demi egonya sendiri. Orangnya tidak mau kalah, dan dia menyebut dirinya sebagai Durga yg bau amis. Dia mau saya mengalah dan mengakui dirinya superior, entah dalam hal apa. Pedahal saya tahu bahwa dia itu cuma wanita naluriah saja, walaupun termasuk oke juga karena dia bukan orang beragama, dan sama sekali tidak fanatik. Tetapi kelakuannya bikin eneg. Suka berpura-pura bego demi membuat orang lain merasa down sehingga dirinya bisa mengontrol orang lain. Ada juga orang yg seperti itu. Dan kita harus pintar-pintar menghadapinya. Saya menghadapinya secara frontal ketika dia masuk ke note saya di facebook dan mengeluarkan racunnya. Saya rasa sekarang dia tidak berani lagi mempertontonkan ketololannya di depan saya. Of course dia bukan Dewi Durga. Dan saya juga bukan Dewa Siwa.


+

Leo
@ Komunitas Spiritual Indonesia .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar