Minggu, 31 Januari 2010

Filsafat, Spiritual, Agama dan Shit, Sampah..

Friends,

Berikut tanya-jawab dengan seorang rekan yg saya rasa bisa menggetarkan cakra tertentu di tubuh saya. Kali ini isinya jujur tanpa tedeng aling-aling. Akhirnya, akhirnya..


+

FILSAFAT, SPIRITUAL, AGAMA DAN SHIT, SAMPAH..


T = Mas Leo,

Kemarin aku ikut kuliah umum tentang hermeneutika dan filsafat kecurigaan di Komunitas Salihara.

J = Hermeneutika adalah ilmu tentang penafsiran. Bagaimana kita menafsirkan teks, bagaimana menafsirkan ayat-ayat kitab biasa dan ayat-ayat dari kitab yg disucikan, bagaimana menafsirkan tulisan propaganda partai politik, bagaimana menafsirkan tulisan orang yg jualan Tuhan dan KPR Syariah, bagaimana menafsirkan khotbah orang beragama, bagaimana menafsirkan tulisan ilmiah, bagaimana menafsirkan kata-kata biasa-biasa saja.

T = Sembari mendengarkan ceramah the lecturer, terutama di bagian tentang teks punya logikanya sendiri, yg bisa dianalisis lewat strukturalisme entah Greimass atau Propp, dan ada ideologi yg bermain di dalamnya (well, dulu di bangku kuliah sih udah belajar, and kemarin itu semacam refreshing otak n bagaimana ideologi itu beroperasi menjadi tampak lebih kentara), aku membandingkan filsafat dengan spiritualitas.

J = Spiritualitas bisa didefinisikan bermacam-macam, dan latar belakangnya juga filsafat. Filsafat artinya pemikiran. Pemikiran tentang segala macam. Dan di jaman dulu, pemikiran tentang kehidupan batin manusia namanya filsafat metafisika. Metafisika itu berandai-andai tentang Tuhan. Bagaimana Tuhan menciptakan langit dan bumi dan segala isinya, etc, dan mengapa Tuhan tidak menyahut walaupun dipanggil dengan sejuta loudspeaker mesjid, misalnya. Lalu the filsuf akan memberikan jawaban yg terakhir dan sempurna. Jawaban itu datang dari pikiran si filsuf sendiri. Filsuf tentang Tuhan bisa disebut sebagai metaphysician. Filsuf metafisika.

Di Kristen, filsuf demikian disebut sebagai teolog. Dan pemikirannya disebut sebagai teologi, artinya ilmu tentang Tuhan. Datangnya dari mana the ilmu? Ya dari pikiran si filsuf sendiri. Tetapi kemudian gereja mengambil alih pemikiran si filsuf dan dijadikan ajaran agama dengan alasan datangnya dari Tuhan. Pedahal itu datang dari pemikiran si filsuf itu sendiri. Tanpa diduga, ternyata ada juga orang-orang yg tahu asal-usul ajaran agama dan mempertanyakannya. Tetapi orang yg mempertanyakan itu akhirnya di-ban, mulutnya dibungkam. Buku-bukunya dibreidel. Fyi, gereja Katolik Roma itu paling rajin membreidel buku orang yg berlawanan dengan kata-kata Tuhan sesuai dengan yg diridhoi oleh gereja. Di jaman dulu orang-orang yg bukunya dibreidel bisa menikmati hukum syariat Katolik berupa kehormatan untuk dipanggang hidup-hidup menjadi sate, namanya sate orang. Udah gitu the sate dikubur tanpa upacara, kurang lebih sama dengan kelakuan Taliban jaman sekarang.

Tetapi gereja Katolik Roma sekarang sudah tobat. Sudah habis-habisan berperang dengan kelompok pembangkang yg sekarang dikenal sebagai gereja Protestan. Dan gereja-gereja Protestan juga sudah tobat, tidak lagi fanatik dan menginjak-injak HAM kaum wanita dan minoritas. Ayat-ayat yg dulu mereka tafsirkan sebagai berasal dari Tuhan sekarang sudah terbuktikan merupakan hasil pemikiran manusia di jaman dahulu. Ada manusia yg dikenal sebagai Musa, Daud, Sulaiman. Ada yg namanya Yesus, dan ternyata kata-kata yg terkumpul atas nama mereka di dalam Alkitab itu semuanya hanyalah berupa hasil pemikiran. Filsafat juga sebenarnya. Walaupun menggunakan kata Tuhan, ternyata semuanya pemikiran manusia belaka. Filsafat belaka.

Kalau dibilang filsfafat, orang yg masih gila Tuhan akan menganggap enteng. Filsafat itu pemikiran manusia belaka, begitu pikir mereka. Pedahal segala macam ajaran agama itu apa kalau bukan filsafat juga? Cuma ajaran agama memiliki kelebihan yg terakhir dan sempurna, yaitu tanpa tahu malu bilang ada Tuhan yg menurunkan ayat-ayat. Dan ada syariat atau syarat-syarat supaya masuk Sorga. Lalu ada diskriminasi manusia menjadi orang mukmin dan orang kafir. Kalo mukmin berarti satu kelompok, dan kalo kafir berarti musuh. Pedahal itu semuanya filsafat thok, pemikiran. Filsafat itu berubah terus, tetapi kalau sudah dijadikan agama akhirnya mati. Dan manusia-manusia yg masih waras otaknya akan berusaha untuk membujuk dengan berbagai macam 'permen' supaya manusia yg gila Tuhan itu sadar diri.

Spiritualitas juga begitu, isinya pemikiran belaka, filsafat juga. Ada spiritualitas berdasarkan aliran Sufi. Ada spiritualitas Kristen. Ada spiritualitas Buddhist. Spiritualitas humanis. Spirituatlitas agnostic. Spiritualitas atheist. Isinya pemikiran belaka. Mereka berpikir bahwa kalau mencari Tuhan harus berputar-putar seperti gasing, contohnya. Dan itu sah saja seperti dilakukan oleh sebagian orang Sufi. Ada yg bilang spiritualitas berarti vegetarian atau anti makan babi dan binatang lainnya seperti yg dipraktekkan oleh sebagian orang Buddhist. Dan itu sah saja. Sebagian orang Hindu mempraktekkan brahmachary atau pantang melakukan hubungan sex, baik dengan manusia sejenis maupun berlawanan jenis. Dan itu oke pula. Yg humanis menekankan kerja bakti sosial. Yg agnostik menekankan universalitas. Dan yg atheist menekankan ilmu pengetahuan. Semuanya spiritualitas.

T = Aku jadi berpikir bahwa spiritualitas itu omong kosong belaka. The-so-called spirit itu adanya di mana? Penglihatan, hasil terawangan, intuisi, insight, dan bahkan wisdom yg dialami oleh spiritualis itu cuman lapisan kesadaran sebenarnya, lapisan yg terkuak lebih dalam. Memang itu semua terjadi/muncul seakan-akan secara spontan. Dan menurutku banyak spiritualis terjebak di sini, merasa telah "semakin dekat" menuju the-so-called source atau Tuhan atau the unknown (istilah J Krishnamurti).

J = Banyak orang yg mengaku spiritualis itu cuma menipu diri mereka sendiri saja. Mereka merasa telah dekat kepada the source, pedahal kalau benar ada the source, maka kita tidak akan lebih dekat atau lebih jauh. Kita cuma akan segitu-gitu aja. The source itu apa? Napas kita? Kita selalu bernapas bukan? Dari lahir sampai sekarang, dan bahkan sampai mati kita tidak akan lebih dekat dan lebih jauh dari napas kita. Ada pula yg namanya intuisi, dan itu sesuatu yg spontan datang dari alam bawah sada kita. Psikologi juga tahu yg namanya intuisi, dan itu ada di semua orang kalau manusianya mau berjalan di jalan yg biasa-biasa saja, tanpa memasukkan diri ke dalam kotak-kotak. Kotak-kotak itu adalah yg memakai segala macam definisi, biasanya dari agama-agama. Ada definisi manusia yg tercerahkan dan manusia yg butek. Mungkin definisi itu berguna juga karena kita memang bisa lihat bahwa manusia yg memegang agama biasanya otaknya butek, tidak jalan. Atau paling jauh jalan di tempat saja karena the person ingin masuk Sorga dan memperoleh tempat yg layak di sisi Allah SWT. Pedahal kita tahu bahwa Allah SWT itu merupakan hasil pemikiran. Hasil olah daya pikir manusia yg sekarang kita kenal sebagai aktifitas berfilsafat. Tetapi kata filsafat belum dikenal di masa lalu. Dulu orang menyebutnya sebagai bernubuah. Dan manusianya disebut nabi... Lebih gila lagi adalah orang-orang tertentu yg me-nabikan manusia tertentu dengan maksud untuk merebut kekuasaan. Manusia yg di-nabikan itu pedahal tidak ada bedanya dengan anda dan saya, cuma seorang manusia yg berpikir dan mengucapkan kata-kata. Kata-kata biasa saja malahan. Cuma ditambahkan pemanis rasa seolah-olah yg berbicara itu Allah.

T = Krishnamurti (sebagaimana terbaca di buku kehidupan yg ditulisnya) dan semua guru spiritual bakal bilang bahwa kita harus meninggalkan konsep-konsep, pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yg kita miliki agar dapat menyelami kebenaran, keheningan, atau Tuhan.

J = Konsep juga sebenarnya. Kita memang harus meninggalkan semuanya supaya bisa mengenal siapa diri kita sendiri. Kita harus meninggalkan doa-doa yg menjerit-jerit 'Oh, Tuhan'. Harus meninggalkan kebiasaan menuruti kata orang. Kata orang kalau sholat maka pahala kita bertambah. Kata orang kalau ke gereja tiap minggu maka akan masuk Sorga. Kata orang kalau meditasi maka bisa tenang seperti patung Buddha. Itu semua kata orang, dan harus ditinggalkan kalau manusianya mau menemukan siapa itu "Tuhan". Kata Tuhan harus selalu ditulis dengan tanda kutip karena itu cuma konsep thok. Orang Malaysia yg gila Tuhan itu tidak tahu bahwa mereka cuma memperebutkan konsep yg namanya Allah. Allah itu konsep thok. Hasil pemikiran. Hasil kegiatan berfilsafat. Dan memang harus ditinggalkan kalau manusianya mau menemukan dirinya sendiri.

T = Sedangkan para filsuf, kalo yg kemarin sih filsuf-filsuf hermeneutika macam Paul Ricoeur, justru tidak menegasikan konsepsi/pengetahuan yg kita miliki sebelumnya.

J = Mereka tidak menegasikan karena mereka tahu bahwa mereka bergerak di alam pemikiran, dan tidak ada satupun konsep begituan yg mereka pegang. Karena mereka tidak pegang satupun, maka mereka tidak merasa ada kebutuhan untuk menegasikan. Mereka bisa melihat makna atau essensi dari hal-hal yg disimbolkan.

T = Satu keunggulan utama dari filsafat adalah dia selalu bisa mengelaborasi modus operandi dan cara beroperasi entah itu ideologi, atau kebenaran itu sendiri! Dia selalu bisa melihat logika yg tersembunyi di balik kebenaran. Sedangkan spiritualis bisanya cuman menerima penglihatan/wisdom/intuisi begitu aja.

J = Spiritualis aliran ketinggalan jaman memang punya banyak salah kaprah. Mereka memuja-muji Krishnamurti dan Osho, tanpa tahu message yg diberikan oleh Krishnamurti dan Osho. Krishnamurti dan Osho itu tidak perduli dengan segala macam keharaman ini dan itu yg dipraktekkan oleh orang-orang spiritualis keblinger yg masih cukup banyak dijumpai di Indonesia, misalnya. The spiritualists merasa diri orang spiritual kelas tinggi, pedahal menurut pendapat saya mereka kelas teri. Kelas teri itu adalah spiritualis yg mengajarkan tutup mulut. Tutup mulut karena merasa dirinya sudah SO high. Terlalu tinggi dan suci bagi dunia ini. Pedahal itu penipuan diri sendiri saja karena kita bisa tahu betapa sombongnya si spiritualis itu mengajarkan bagaimana manusia harus menghilangkan kemelekatan terhadap the kontols... pedahal gimana mao hilang? Such burung pelatuk memang nempel di selangkangan kita kaum pria, dan kita mao pake ataupun tidak merupakan HAM yg ada di diri kita, apabila dilakukan dengan dasar suka sama suka. Dan kegiatan esex-mengesex, baik dengan muhrimnya maupun dengan muhrim orang, sama sekali tidak ada hubungannya dengan tingkat spiritualitas orang.

Tingkat spiritualtias juga konsep yg amburadul. Memang ada orang yg pengertiannya lebih komprehensif, dan ada yg cetek. Yg cetek itu yg pakai banyak syariat. Yg merasa sudah jadi orang baik karena sering meditasi di pura. Sering baca Bhagavad Gita dan Alkitab. Bacanya berganti-ganti sebagai bukti bahwa orangnya sudah universal. Dan itu disohorkannya di facebook. Tetapi so jelas bagi orang yg punya mata bahwa orang jenis begituan adalah orang spiritual kelas pemula. Cetek. Dangkal. Cupat. Salah kaprah. Orang spiritual dewasa itu akan seperti Krishnamurti dan Osho yg tidak perduli dengan segala macam label benar dan salah, mereka sudah ke luar dari kotak-kotak. Mereka sadar bahwa mereka sadar, dan mereka menjadi dirinya sendiri saja. Makanya saya juga sudah jebretkan tanpa sungkan bahwa Krishnamurti dan Osho itu penganut free sex. Their kontols digunakan untuk nge-sex. Krishnamurti malahan nge-sex dengan bini orang, dan itu sah saja. Yg gatel was the bini orang, dan itu dilakukan atas dasar suka sama suka, hm..

T = Menurutku, pada suatu masa kelak, filsafat dan spiritual akan bertemu. Akan tiba pada suatu titik di mana filsafat semakin pintar untuk selalu bisa mengelaborasi atau menguraikan the so called penglihatan/wisdom/intuisi. Dan bila itu terjadi, spiritualitas akan masuk tong sampah.

J = Para filsuf itu juga menggunakan intuisi, sebenarnya, walaupun mereka tidak menyebutnya sebagai intuisi. Di masa lalu filsafat itu disebut juga wisdom atau kebijaksanaan. Kenapa disebut wisdom? Karena pemikiran yg dikeluarkan tidak menggunakan kata-kata seolah-olah itu dari Tuhan. Yg menggunakan kata-kata seolah dari Tuhan akhirnya bisa diakui sebagai ayat-ayat, tetapi isinya jelas banyak yg sampah. Ayat-ayat itu banyak sampahnya, tetapi orang yg masih butek spiritualitasnya tidak berani bilang itu ayat-ayat sampah. Saya berani. Saya bisa tunjuk ayat-ayat sampah yg ada di kitab-kitab yg disucikan oleh berbagai agama itu. Tunjuk saja. Tidak apa-apa kok, memang sampah kok.

T = Ternyata gak perlu meditasi bisa juga, pikir orang. Ternyata the so called spirit itu gak jelas adanya. Ternyata kesadaran tinggi atau kesadaran roh atau pencerahan itu bukan sesuatu yg ilahi, bukan sesuatu yg transendental. The unknown, satori, Tuhan, roh kehidupan, sang asal etc adalah klenik belaka, alias, sesuatu yg bisa dijelaskan secara runut dan gamblang.

J = Memang bisa dijelaskan secara rasional. Dan ternyata segalanya itu biasa-biasa saja. The Tuhan, pencerahan, satori, sang asal, semuanya ada di sini dan saat ini saja. That is your own kesadaran. Anda sadar. Saya sadar. Dan itulah ITU. That is IT. Mau disebut sebagai kesadaran Tuhan, kesadaran Buddha, kesadaran Kristus, atau tidak disebut dengan apapun is ok saja. Dan memang tidak perlu meditasi dengan kaki bersila seperti patung Buddha. Meditasi is a term thok, the practice bermacam-macam jenisnya, dan bahkan bisa disebut bukan dengan istilah meditasi. Kita semuanya meditator kalau kita mau sadar bahwa kita sadar. Para filsuf itu meditasi juga kok, walaupun mereka tidak sebut dengan istilah meditasi. Kalau ucapan atau tulisannya bisa masuk ke dalam hati dan pikiran manusia seperti pedang yg ditancapkan, maka artinya mereka mempergunakan frekwensi dari apa yg saya sebut sebagai mata ketiga. Banyak dari para filsuf itu menggunakannya. Nietszche menggunakan itu. Sartre juga. Dan bahkan Karl Marx dan orang-orang atheist itu.

T = Tapi aku belum baca filsafat metafisika sih (I take that metafisika is similar to spiritual). Aku belum tau kenapa disebut metafisika. Aku belum tau kenapa disebut "meta", walaupun aku menduga the so called meta itu ya hal biasa aja atau bukan sesuatu yg transendental.

J = Transendental itu konsep thok. Kalau merujuk kepada Tuhan maka disebut transendental, pedahal semuanya pemikiran biasa saja. Metafisika itu pemikiran biasa saja yg merujuk kepada Tuhan. Kenapa Tuhan ada blah blah blah... Dan saya jawab, Tuhan ada karena diadakan. Yg mengadakan Tuhan is the manusia sendiri. Para pemikir metafisika, para manusia yg sekarang di-nabikan. Para ustads, pastors. bhikkus, pedandas, dan banyak orang spiritual salah kaprah itu. Pedahal tidak ada yg transenden selain kita sendiri yg mau bikin diri kita tranced atawa kemasukan roh. Pedahal tidak ada yg masuk, yg ada cuma frekwensi gelombang otak rendah sehingga manusianya bisa mengeluarkan kata-kata tanpa rem. The kata-kata dikumpulkan dan akhirnya jadi ayat-ayat yg kalau mau jujur juga banyak sampahnya. Shit, sampah..


+

Leo
@ Komunitas Spiritual Indonesia .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar