Minggu, 31 Januari 2010

Kalimat saya kaku banget, hehe

Friends,

Berikut tanya-jawab dengan seorang teman yg bilang: 'kalimat saya kaku banget, hehe'. Tapi itu saya abaikan saja karena saya lebih kaku lagi. Kalimat saya tidak bisa bergerak-gerak sendiri. Kaku.


+

KALIMAT SAYA KAKU BANGET, HEHE


T = Salam kenal Bang Leo,

Terima kasih sudah confirmed. Langsung saja, saya terkesan dengan notes dan wawasan Bang Leo tentang pluralisme.

J = Really? (menjawab sambil tersipu-sipu malu mode is ON).

T = Jika agama saya warisan, maka keyakinan saya adalah sebuah pencarian. Saya percaya ada hal-hal yg disebut rahasia Tuhan, dan kita sebagai manusia tidak perlu mengetahuinya.

J = Tuhan is a term, istilah untuk merujuk kepada sesuatu yg kita tidak mengerti. Buat orang yg tinggal di ujung alam semesta, kita manusia bumi adalah Tuhan. At least malaikat. Buat kita, mereka yg ada di sana disebut aliens berperadaban tinggi. Pedahal belum tentu. Jadi akhirnya cuma main proyeksi saja. Saling memproyeksikan imajinasi masing-masing. Dulu orang Eropa tidak bisa mencapai Cina, dan mereka mengkhayal bahwa Cina adalah negeri makmur yg penuh tukang sulap. Makanya Marco Polo yg berhasil sampai ke Cina dianggap sebagai seorang penemu ulung, berhasil mencapai Cathay (Cina), pedahal waktu itu jalan ke sana diblokir habis-habisan oleh orang Arab.

Buat orang Cina, semua bangsa lain itu barbar, tidak beradab. Cina itu negeri tengah yg paling beradab, bahkan dibandingkan dengan India di mana pernah lahir Buddha. Timur Tengah is nothing buat orang Cina tradisional karena itu gurun pasir, dan menyembah dewa dewi yg tidak jelas. Dewa dewi Cina itu selalu jelas, duduknya teratur di dalam kelenteng, dan selalu diberikan korban kue dan makanan sebanyak lima rupa. Tidak perlu kurban kambing karena so jelas itu untuk setan-setan gentayangan, begitu kata orang yg mengidap xenophobia. Kata xenophobia asalnya dari kata 'cina', karena ini wilayah yg merasa diri berbudaya paling tinggi dan tempat lain barbar, termasuk orang-orang bule yg gubrak gabruk itu. Jawa juga barbar, tempatnya di ujung dunia paling Selatan kalau dilihat dari arah pusat budaya Cina di Beijing.

On the other hand, yg di Jawa juga melihat dirinya berbudaya paling tinggi. At first selalu curiga dengan yg datang dari luar, walaupun pada akhirnya diterima juga setelah ditelanjangin habis-habisan. Diambil essensinya, dan dibuang kulit-kulitnya. Keunikan Jawa dibandingkan budaya lainnya adalah kemampuannya untuk melakukan sintesa atau penggabungan. Untuk menggabungkan harus mengerti apa itu essensi, apa itu kulit. Kulit dibuang, dan essensi digabungkan. Terkadang proses ini disebut sebagai penggalian. Gali menggali is the specialty of those living in Java, termasuk saya, hm..

T = Kadang saya ingin menggali itu, tapi takut terjerumus ke jalan yg salah karena keterbatasan akal saya.

J = Janganlah kamu takut, saudaraku, karena paling jauh kita akan tersesat masuk ke dalam hutan rimba belantara yg tidak lagi memiliki satwa langka karena semuanya sudah habis ditembakin oleh nenek moyang kita yg bikin sawah demi mencari sesuap nasi.

T = Terimakasih atas masukannya yg mungkin membantu Bang, (btw kalimat saya kaku banget, hehe).

J = Eitt.. jangan bilang terima kasih dulu karena itu baru pembukaannya. Saya akan menuliskan kata-kata yg sangat tidak kaku, sbb:

Fyi, yg namanya manunggaling kawula lan gusti juga tidak berarti manusianya lalu jadi kayak malaikat. It's impossible, apalagi kalo manusianya masih muda, because the cakra sex masih menggebu-gebu dan bahkan, kalau orangnya rajin meditasi (wirid), kemungkinan besar malahan birahinya makin gede. Dan manunggaling with the gusti itu akan ditafsirkan sebagai manunggaling dengan sesama manusia, most possibly secara seksual yg bisa saja dilakukan asal ada dasar suka sama suka. The nabis di jaman dahulu seperti itu. Our leluhur seperti itu pula, terutama yg dari kalangan priyayi. Dan itu bisa dilakukan saat ini, walaupun paradigma sudah berubah.

Sekarang tidak bisa lagi comot bini orang. Tidak bisa lagi mengumpulkan janda-janda (atau duda-duda) untuk dibuat sebagai permainan sex. Sekarang harus ada kecocokan karena kita sudah termasuk orang intelek, dan bukan klenik. Istilah manunggaling maybe tetap dipakai. Bisa juga pinjam istilah dari Hindu seperti reinkarnasi atawa moksha untuk justifikasi bahwa kita sudah pernah bertemu sebelumnya di kehidupan masa lalu. Dulu gairah itu tidak kesampaian, tetapi sekarang kesempatan terbuka lebar. Lebar bukan hanya untuk zinah zinah merpati seperti di masa lalu. Tetapi zinah zinah asli di belakang pintu tertutup. And it's halal. Completely halal.

Yg haram jadah itu yg menyebarkan ajaran agama bahwa manusia dari jenis wanita merupakan makhluk kelas dua. Mungkin secara verbal wanita tetap dipuja-puji atau dilindungi, tetapi prakteknya dilecehkan. Kepercayaan Timur Tengah sangat melecehkan wanita walaupun bukan berarti mereka tidak bisa masuk ke frekwensi manunggaling. Banyak yg manunggaling sampai dengan empat lapis. Menurut alkisah, the manunggalings bisa dilakukan sampai empat dengan syarat yg diajak manunggaling tidak saling cemburu karena digilir manunggalingnya. Tentu saja yg ini manunggaling dalam segi fisik ala kambing bandhot. Dan itu agak disgusting buat kaum intelektual kecuali yg mata ketiganya sudah benar-benar tertutup dan yaqin haqqul yaqin bahwa the agama jatoh gedebuk dari atas langit.

Buat orang yg terbuka batinnya, hal-hal seperti itu bisa dihindari dengan berbuat jujur apa adanya saja. Kalo gatel bilang gatel, dan ajaklah the partner untuk berbuat itu. Kalo suka sama suka, dan the other person sudah cukup umur, maka jadilah. Istilahnya freedom of sexual choice. Kebebasan memilih partner sexual. Itu HAM juga. Bisa dari jenis kelamin sama, bisa berbeda. Dan itu sah saja, tanpa mengurangi ke-aziban the person yg memang sudah manunggaling dengan dirinya sendiri, baik dinamakan Allah ataupun tidak. Dan itulah arti dari dualitas. Menerima bahwa manusia memang seperti itu selama masih berbentuk fisik. Kita bukan malaikat, kita bukan robot syariat. Biarpun jungkang jungking sehari 100 kali, tetap saja kita memiliki tangan kiri dan tangan kanan.

Tetapi kita dipaksa untuk bilang tidak ada tangan selain tangan kanan. Itu penggoblokan massal, bukan? Dualitas yg ditolak dengan paksa adalah penggoblokan massal, baik dalam aspek agama, maupun salon-menyalon. Kalo belom tau, baca aja berita bahwa bahkan urusan salon-menyalon pun sudah di-CALO-i juga oleh para ulama. Rebonding rambut dinyatakan haram. Seharusnya haram untuk ulama itu sendiri bukan? Dan orang tidak perlu ikut-ikutan walaupun the ulamas bawa-bawa nama Allah yg tidak lain dan tidak bukan cuma arah mata angin. Allah arahnya agak ke kiri. Agak menyerong. Dan kita tahu ada 1001 arah mata angin. Walaupun kiblatnya tidak mengarah ke Allah, ternyata kita tetap bisa hidup.

Kalau bisa mengerti itu, artinya kita telah bisa mengerti dan menerima dualitas yg akan tetap ada selama kita masih menjadi manusia hidup. Dan itulah yg normal, yg sehat walafiat. Kebalikannya, yg bilang bahwa tidak arah lain selain arah agak serong, dan arah agak serong itu namanya Allah... is the sick persons. Manusia sakit.


+

Leo
@ Komunitas Spiritual Indonesia .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar