Minggu, 31 Januari 2010

Pendapat Saya tentang Reinkarnasi

Friends,

Berikut tanya jawab antara seorang teman baru dengan saya. Topiknya reinkarnasi. Jelas saya tidak menganut konsep reinkarnasi seperti dipopulerkan oleh budaya Hindu-Buddha di mana di-syariat-kan bahwa manusia harus menebus karma sampai habis-habisan sehingga akhirnya bisa moksha. Moksha artinya tidak lahir kembali ke dunia, masuk ke dalam kesadaran abadi yg bisa juga dibilang sebagai ketidak-sadaran abadi. Moksha. Nibbana. Eternal Unconscius? Ada juga konsep Nirvana di mana dipercaya manusia akan hidup selamanya gemah ripah loh jinawi. Nirvana ini mirip dengan konsep Sorga dari alam pemikiran Timur Tengah. Jadi, selama jutaan tahun the manusia akan menikmati susu unta dan bidadari Sorga. Setelah itu baru moksha. A very good fantasy.

A very good religious teaching juga, karena untuk masuk ke Sorga itu sang manusia harus rela menderita dulu di dunia ini. Tahanlah derita menjadi istri ke 10 dari si bajingan tengik, karena nanti di Sorga si bajingan tengik akan menjadi begundal pemuas napsu anda sebagai Sri Ratu yg terakhir dan sempurna. Itu jalan pikiran manusia primitif yg sehat. Manusia modern yg pikirannya primitif malah lebih heboh lagi, karena pria begundal itu dipercaya tetap akan dapat bidadari Sorga setelah mati, dengan pertimbangan bahwa amal pahalanya banyak. Setiap lebaran the person potong 10 kambing, for instance. Dan wanita istri ke 10, yg termasuk tidak resmi karena cuma dinikahi di bawah tangan, tetap saja akan masuk Sorga dengan memakai pakaian tradisional yg bentuknya seperti seragam ninja, cuma keliatan matanya doang.

Beginilah the conversation:


+

T = Dear Mas Leo,

Saya Aaron. Saya beberapa hari lalu menemukan blog Anda dan membaca e-book Anda dengan tema menyongsong 2012 (part 2).

Saya sudah membaca separuh dari isi artikel tersebut. Sebagian saya setuju, berdasarkan pemahaman dan pengalaman spiritual saya pribadi.

Yang mau saya tanyakan, mengapa Anda tidak menjelaskan tentang hukum karma? Apa penjelasan Anda tentang kondisi bayi-bayi yang terlahir sempurna-cacat, kaya-miskin, pintar-bodoh, dsb?

Dan, teori/konsep Anda juga saya istilahkan sebagai "teori hidup", mengingat kebanyakan Anda hanya membahas soal-soal hidup saja. Bagaimana dengan life after death? Kenapa tidak dijelaskan? Saya kira spiritual seharusnya mencakup kedua aspek tersebut, hidup dan mati.

Saya juga member dari komunitas Kaskus. Anda bisa mencari saya disana jika FB saya jarang aktif. Cari saya disini:

YM saya: .

Saya sebenarnya jarang main FB. Ini saya bela-belain join karena ingin konsultasi dan diskusi dengan Anda saja. :) Not a compliment but true... :)

Salam hangat,
Aaron Spark

J = Dear Aaron,

Berlainan dengan kebiasaan, kali ini saya jawab pertanyaan di dalam note lengkap dengan identitas anda yg full. Saya merasa anda sudah coming out, go public, buka-bukaan di kaskus. Kaskus is a good community. Saya susah sekali masuk ke sana. Nanti saya coba lagi, mungkin dengan email address lain. Many of our friends in FB also join kaskus. Dan yg senior sukanya berbicara dengan bahasa dewa di milis komunitas spiritual indonesia di . Banyak yg lebih senior dari saya, I am a moderator only. Tukang pukul gong, GONG !

Sampai saat ini saya tidak pernah menulis secara terperinci tentang reinkarnasi karena intuisi saya bilang bahwa memang tidak ada yg bisa ditulis selain teori thok. Dan yg namanya teori reinkarnasi sebenarnya merupakan belief system, sistem kepercayaan Hindu Buddha. Kalau kita percaya kepada konsep reinkarnasi, tentu saja kita akan bisa menjelaskan fenomena saat ini sebagai hasil dari perbuatan baik atau jahat di masa lalu. Itu teori yg manis sekali, tetapi apakah benar ada kehidupan masa lalu?

Bagaimana kita bisa tahu bahwa kita pernah hidup sebelumnya? Dan bagaimana kita tahu bahwa kita akan lahir lagi setelah kita mati? Ini semua tidak bisa dibuktikan dengan memuaskan. Memang ada bukti, tetapi itu bukti parsial. Misalnya, seorang anak kecil yg bisa menunjukkan mantan istrinya di kehidupan masa lalu, mantan gundiknya, dan bahkan tempat di mana dia menyembunyikan sesuatu. Tetapi kasus seperti ini jarang sekali. Dan terjadinya di komunitas yg percaya kepada reinkarnasi. Dan sebenarnya hal ini bisa juga dijelaskan sebagai mind tapping atau menyadap memory. Nah, yg mungkin lebih masuk akal adalah femonema menyadap memory ini. Jadi kita bisa menyadap memory apapun yg ada di dalam alam bawah sadar kita. Kita semua terhubung dengan alam bawah sadar kolektif, the collective unconscious kalau mengikuti terminologi dari Carl Gustav Jung.

Seorang yg mengaku dan diakui bisa membaca past lives kemungkinan besar memiliki kemampuan menyadap informasi dari alam bawah sadarnya sendiri, atau dari alam bawah sadar orang yg dibantunya. Orang yg dibantunya bisa merasa bahwa dirinya memang pernah hidup seperti yg dibacakan oleh si pembaca past lives itu. Caranya bermacam-macam. Misalnya, Ann Sinclair, seorang dukun bule di Sanur pernah duduk di hadapan saya. Dia melihat saya dengan tajam, dan akhirnya bilang bahwa di kehidupan masa lalu saya seorang wanita PSK, dan trauma kehidupan lalu itu masih membekas di jiwa saya, sehingga saya memperoleh kesulitan di bidang seksual.

Saya tertawa saja dibacakan seperti itu oleh Ann. Saya tidak merasa melihat apa-apa, tetapi saya tahu bahwa apa yg dibacanya itu "benar" (dalam tanda kutip). I have a stumbling block in sexuality. Tidak bisa enjoy begitu saja. In one hand saya merasa sex itu kotor, tetapi kepengen. Saya sayang sama orang yg jenis kelaminnya salah, tapi kalo fantasi saya membayangkan orang yg jenis kelaminnya pas. Kalo gak gitu susah keluarnya, hm.. Tapi of course saya tidak bilang begitu sama Ann. Saya cuma ketawa aja karena lima tahun yg lalu saya belum seterbuka sekarang. Sekarang juga saya orangnya masih tertutup, dan cuma membuka sedikit demi sedikit kalau bertemu dengan orang yg sreg, hm lagi.. Kebetulan ada orang yg namanya bermula dengan inisial A. Namanya Aaron, a Jewish name. So, it has got to be the time, kata the real identity within me.

Identity, that's a very loaded term, isn't it? Apakah identitas kita? Apakah saya seorang pria? Apakah saya seorang wanita? Apakah saya keduanya sekaligus? Kalau reinkarnasi benar, berarti sama sekali tidak pantas bagi kita untuk mempertahankan identitas sebagai seorang pria ataupun seorang wanita karena kita keduanya sekaligus. Fisik bisa pria ataupun wanita, tetapi jiwa kita ternyata fleksibel. Identitas itu ternyata mengambang. Dan yg namanya kepribadian atau persona ternyata merupakan hasil dari upbringings atawa nurture. Bukan nature, melainkan nurture. Bagaimana seorang manusia dididik oleh lingkungannya untuk menjadi seorang pria dengan ciri-ciri blah blah blah... Atau dididik untuk menjadi seorang wanita dengan ciri-ciri blah blah blah... Pedahal semuanya itu pemaksaan belaka karena kalau dibiarkan apa adanya ternyata kepribadian kita akan terbentuk apa adanya saja, merging dalam kesatuan maskulin dan feminin sekaligus.

Tanpa disadari, ternyata generasi yg lebih muda sudah seperti itu. Sudah tidak sekaku generasi sebelumnya dalam hal identitas seksual. Bisa tertarik kepada sesama dan lawan jenis. Tetapi tetap saja banyak hambatan. Walaupun secara intuitif kita tahu bahwa arahnya adalah pelepasan identitas yg dipaksakan oleh budaya, ternyata jalannya tidak mudah. Banyak sekali tabu yg harus dienyahkan. Dan pelepasan berbagai macam tabu itu merupakan bagian dari, katakanlah, pencerahan universal satu dunia menjelang 2012. Bahkan akan berjalan terus dengan semakin cepat selepas tahun 2012. Kita memerlukan figur spiritual baru. Bukan lagi Buddha dan Yesus seperti 2,000 tahun terakhir ini. Tetapi figur baru yg menggabungkan elemen maskulin dan feminin sekaligus. Pria dan wanita sekaligus. Spiritual dan seksual. Intelektual dan sensitif. Komersial dan sosial. Semuanya dehh..

Itulah yg saya bisa tulis tentang reinkarnasi; so, akhirnya saya akan balik kepada yg konkrit-konkrit saja karena saya merasa bahwa sebenarnya reinkarnasi itu happening at once. Masa lalu masih berlangsung saat ini, dan masa depan sudah berlangsung. Saat ini adalah saat ini, now. Eternal now. Saya adalah anda, dan anda adalah saya. Kesadaran yg ada di anda sama persis dengan kesadaran yg ada di saya, yg berbeda cuma physical surroundings from our births. Segala agama dan tradisi itu cuma tempelan belaka. Ujungnya adalah pengenaan pemahaman baru bahwa kita ternyata satu, hm.. katakanlah satu roh. There is only one spirit. And that one spirit has many manifestations, including you and me. Including all people who have lived before and now have died, including all those people who will be living here on earth. Cuma ada satu kesadaran, dan manifestasi yg tak terkira banyaknya. Bahkan kehidupan dunia saat ini pun bukan cuma satu versi saja. Ada banyak versis parallel.

Ada versi di mana Indonesia sudah menjadi negara super liberal seperti Belanda di tahun 2010 ini. Ada versi di mana terjadi penggoblokan massal yg sempurna dan MUI menjadi penguasa mutlak di seluruh negara. Ada versi di mana Indonesia terpecah-belah menjadi berbagai kerajaan yg menggunakan kepercayaan masa lalu di mana raja merupakan titisan dewa. Versi paralel yg tak terkira banyaknya. Dan mereka semuanya realitas. Tetapi kita bersama secara kolektif ternyata memiliki frekwensi untuk hidup di dalam versi yg ini. Bukan berarti yg lain cuma fantasi, walaupun bisa juga disebut demikian kalau kita anggap yg sekarang sebagai real. Dalam alam batin / spiritual / non fisik... semuanya itu realitas.

Ada realitas umum seperti kehidupan sosial bermasyarakat, dan ada realitas pribadi. Realitas pribadi itu juga macam-macam versinya, paralel. Manusia yg lahir cacat merupakan satu versi, katakanlah versi resmi. Pedahal ada banyak versi dari kehidupannya. Ada versi di mana dia lahir sempurna secara fisik. Ada versi di mana dia melayani orang-orang cacat. Ada versi di mana dia tidak perduli dengan orang cacat. Dan ada versi di mana dia cacat dan dilayani. Semuanya itu paralel dan realitas juga. Semuanya hidup di dalam alam pikiran. Alam pikiran si manusia itu sendiri. Dan juga alam pikiran manusia-manusia lainnya dengan mana dia berinteraksi. Pikiran itu realitas, hal yg nyata, walaupun tidak harus terwujud secara fisik menurut versi kita sekarang.

Tentu saja di versi lainnya itu, segalanya juga "fisik" (dalam tanda kutip), tetapi fisik di realitas paralel memiliki prinsip berbeda dengan fisik di dimensi ruang dan waktu di mana kita tinggal. Dimensi ruang dan waktu cuma berbentuk seperti ini karena kita menghadapinya menggunakan perangkat berupa otak fisik. Kalau struktur otak kita berbeda, tentu saja kita akan melihat dimensi ruang dan waktu dengan rupa beda. Mereka yg memiliki kerusakan otak akan melihat segalanya dengan rupa beda. Bisa melihat segala macam yg tidak ada secara fisik tetapi ADA. Ada karena dia melihatnya dengan perangkat otak yg rusak. Sebenarnya ada atau tidak? ... Sebenarnya memang ada, tetapi adanya di dalam pikiran orang itu saja. Dan pikiran itu real.

Sekarang yg lagi in adalah regresi past live. Jadi seseorang akan dipandu untuk melihat kehidupan masa lalunya di mana terjadi suatu kecelakaan sehingga mengakibatkan "karma" (dalam tanda kutip). Tetapi apakah yg dilihatnya itu betul suatu kehidupan masa lalu yg benar dijalaninya? Menurut saya bisa saja dikatakan benar, tetapi juga bisa dikatakan tidak benar. What's the difference? Yg paling penting orangnya bisa merasa bahwa karena sekarang dia menyadari pernah meninggalkan seorang wanita dalam keadaan tekdung di masa lalu, maka akhirnya para wanita itu juga mempermainkannya di kehidupan kali ini. Wanita akan datang dan pergi dalam kehidupannya, tanpa ada yg bisa nempel dan melekat. Dan itu ternyata diakibatkan oleh ulahnya sendiri yg membuat seorang wanita menjadi tekdung dan, after that, the wanita hamil ditinggalkannya. Dan itu dianggap sebagai karma buruk sehingga efeknya terasa terus sampai kehidupan sekarang. Lalu apa solusinya? Solusinya adalah menerima semua wanita apa adanya, dicintai dan direlakan kalau mereka mau pergi. So, setelah regresi past live itu, akhirnya segalanya berjalan mulus. Wanita tetap akan datang dan pergi tanpa ada lagi trauma dan kesedihan mendalam.

Itu penyembuhan bukan? Dan seperti itulah yg berguna. Konsep praktis yg bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Ada suatu re-enactment, seperti menonton kisah di mana kita bisa melihat apa yg salah dalam hidup kita sekarang. Kalau yg salah itu dimengerti dan kita mau berubah, maka pengalaman dalam kehidupan sekarang juga bisa berubah. Yg berubah itu pengalaman-pengalaman. Kalau tadinya pengalaman hidup membuatnya merasa susah, maka setelah mengalami regresi past live, pengalaman hidup membuatnya semakin ikhlas, semakin menjadi orang yg bisa menerima orang lain. Dan itu bagus bukan? Tetapi bukan berarti bahwa benar ada past live seperti muncul sendiri di dalam kepala si orang yg dihipnotis itu. Bisa saja itu cuma fantasi belaka. Bisa saja cuma sugesti belaka. Tetapi, sebagai manusia POST modern, kita bisa menerima fenomena itu. Saya sendiri berpegang kepada azas utilitas. Kalau ada gunanya, kalau orangnya bisa merasa sembuh. So be it.

Pada pihak lain, saya juga percaya bahwa apapun yg dimunculkan oleh alam pikiran kita ketika diregressi merupakan versi yg valid dari kesadaran kita juga. Kenapa? Karena kesadaran yg hidup di dalam semua manusia adalah sama. Yg sadar di dalam anda persis sama seperti yg sadar di dalam saya. Jadi, kalau saya di-regres dan ternyata melihat saya menjadi anda di masa anda berusia 2 tahun, misalnya, maka hal itu tetap saja valid bagi saya. Apa bedanya? Yg ada di anda tetap saya juga bukan?

Malah, kalau mau bicara secara filosofis, maka cuma ada SATU kesadaran. Dan kesadaran itu melihat dari begitu banyak mata. Living or dead in our terms. Parallel in innumerable dimensions. All are happening at once. NOW.


+

Leo
@ Komunitas Spiritual Indonesia .

2 komentar:

  1. Memang dalam inti semua ini adlh dalam memahami dan proses perenungan....ini akan membuat pengenalan sbgai hakiki.dalam paugeran budi kt tdk mngenal hal trsbut.Walu kami menghargai pndapat trsebut....krn kt lbh ke paugeran budi.Yg bgimana manusia bs mengimplementasikan paugeran ke proses menuju maanusia yg hakiki....SALAM KENAL satrio.minandhito@gmail.com

    BalasHapus
  2. Salam kenal pa Leonardo.
    Saya Farid dari Semarang. setelah saya baca artikel Membuka Mata ketiga diGramedia, saya tertarik sekali dan ingin bertanya-tanya pada bapa.
    Akhir-akhir ini saya merasa ada sesuatu yang aneh pd diri saya.rasanya agak sedikit ga nyaman dg hidup saya,dan saya sendiri belum tau apa yang sebenarnya terjadi pada diri saya.perasaan tdk nyaman ini awal mulanya saya rasakan sejak semester2,dan sekarang saya sudah semester6 dan masih belum menemukan jwabanya.
    Ada salah seorang teman saya bilang kalau saya adlh seorang ESP dan cakra ajna saya sudah terbuka. Saya ingin bertanya, apakah ada hubunganya antara ESP dan 3rd eye?
    Kalau benar ajna saya telah terbuka, mengapa saya belum bisa melihat mahluk astral?
    Saya mengharap dengan sangat jawaban bapak.Atas perhatianya terimakasih..,

    BalasHapus