Selasa, 06 April 2010

Renungan Paskah, 4 April 2010

Friends,

Paskah adalah hari raya terbesar dalam kekristenan. Tanpa ada Paskah tidak akan ada sekte Yahudi yg akhirnya dikenal dengan nama Kristen. Istilah 'kristen' berasal dari kata 'khristos', bahasa Yunani, yg artinya mesias. Kata 'mesias' sendiri berasal dari bahasa Ibrani 'maschiach'. Artinya penyelamat. Penyelamat manusia dari dosa-dosa mereka.

Dosa tidak lain dan tidak bukan adalah rasa bersalah karena kita tidak mampu menembus standard yg ditetapkan Tuhan melalui para ulama. Dari dahulu sampai sekarang begitulah kerja para ulama, yaitu menentukan apa yg halal dan apa yg haram menurut Tuhan, pedahal bukan menurut Tuhan melainkan menurut pendapat para ulama itu sendiri saja.

Dosa bukanlah kriminalitas yg tergantung dari formulasi hukum publik. Dosa adalah rasa bersalah yg tidak nyata, artifisial, misalnya perasaan bersalah karena tidak disunat. Perasaan bersalah karena makan babi. Perasaan bersalah karena berhura-hura pada hari raya Nyepi. Perasaan bersalah karena tidak sholat Jumat. Perasaan bersalah karena tidak masuk gereja pada hari Jumat Agung dan ikut-ikutan ngantri cium kaki patung salib Yesus, dsb.

So, cuma itulah inti dari kekristenan, yaitu upaya menyelamatkan manusia dari dosa mereka. Menyelamatkan manusia dari dosa berarti mengembalikan segalanya kepada pribadi per pribadi untuk menelaah hubungannya langsung dengan Sang Sadar di dalam dirinya. Sang Sadar itu adalah Yesus Kristus sendiri. Pengertian aslinya seperti itu karena Yesus bilang:

"Kalau kamu percaya kepada aku, maka aku hidup di dalam kamu, dan kamu hidup di dalam aku."

"Bapa dan aku adalah satu, aku hidup di dalam bapa, dan bapa hidup di dalam aku."

"Kalau kamu percaya kepada aku, maka bapa dan aku akan hidup di dalam kamu".

Ini psikologi biasa-biasa saja, yg berarti bahwa semua manusia itu adalah manusia bebas. Ada aspek kejiwaan 'orang tua' di dalam diri kita yg disebut sebagai 'bapa' oleh Yesus. Dan ada kejiwaan orang dewasa yg disebut sebagai 'aku', yaitu Yesus sendiri.

Dan ada pula kejiwaan 'anak' yg tidak lain dan tidak bukan ego kita sendiri, yg disebut sebagai 'kamu' oleh Yesus. Ada Bapa, the Tuhan, sang Awloh. Ada sang kakak, Yesus sendiri, orang dewasa par excellence atau kepribadian kita yg dewasa dan bertanggung-jawab. Lalu ada sang 'anak'. Diri kita yg asli, yg dipanggil 'kamu' oleh Yesus,... yaitu diri kita yg spontan, yg bisa dibilang "egois" oleh orang dewasa, yg bisa jatuh sakit ketika dikatakan "berdosa" oleh sang orang-tua dan berbagai figur otoritas lainnya.

Orang-tua di dalam kejiwaan kita itulah yg mendera kita terus sampai saat kita mati. Kita didera dengan perasaan berdosa. Pedahal tidak ada itu dosa. Sang orang-tua juga tidak ada secara fisik, melainkan cuma phantom atawa hantu blao yg ada di sana karena sedari kecil kita disiksa oleh segala macam larangan yg tidak masuk akal oleh orang tua kita, komplit dengan wejangan dan tekanan sehingga kita terbeban berat dan harus minta pertolongan kepada orang dewasa atau mesias, sang penyelamat dari dosa, yg juga ada di dalam kesadaran kita sendiri saja.

Diri kita yg asli adalah sang anak itu, yg selalu enjoy saja, spontan tanpa merasa bersalah. Dan sang anak itu cuma bisa sehat walafiat ketika dia menyatu dengan kedewasaan Yesus yg menawarkan perdamaian dengan 'bapa', yaitu orang tua tidak masuk akal yg tetap bertahan di dalam kesadaran kita walaupun kita telah dewasa dan sanggup kumpul kebo dengan lawan jenis maupun sesama jenis.

Ternyata bapa, orang dewasa dan anak adalah diri kita sendiri. Diri kita sebagai ruh atau yg tak terlihat, diri kita sebagai makhluk sosial yg bisa berinteraksi dengan etis menggunakan semangat kedewasaan Yesus sendiri, dan diri kita sebagai anak yg selalu manja dan tidak mau kalah.

Tetapi janganlah takut dan gentar, saudaraku... karena diri kita sebagai anak akan bisa selalu datang kepada sang dewasa dan sang bapak di dalam dirinya. Bisa datang setiap saat tanpa perlu menyakiti orang lain maupun dirinya sendiri, tanpa perlu membayar biaya ini dan itu, tanpa perlu potong kambing dan menyantuni anak yatim yg tidak lain dan tidak bukan cuma pesan sponsor yg hanya merancukan issue yg sama sekali tidak sensitif ini. Tanpa pula perlu menarik perhatian karena memang tidak ada yg perlu ditarik-tarik. Segalanya sudah ada sejak semula dan akan tetap ada.

Dan prosesnya adalah apa yg disebut oleh kaum gerejawi sebagai 'penebusan dosa'. Dosa itu selalu didaur ulang dalam mekanisme bapa, dewasa dan anak. Itu inti kekristenan yg, sayangnya, telah dimanipulasi sedemikian rupa oleh gereja. Gereja menempatkan dirinya sebagai agen tunggal dari bapa dan orang dewasa. Kita sebagai umat dijadikan 'anak kecil' selama-lamanya yg harus datang kepada institusi agama untuk disatukan kembali dengan aspek 'dewasa' dan aspek 'bapa' yg sebenarnya telah ada di setiap orang dari kita.

Sang bapa dan sang dewasa adalah diri kita juga. Kita yg menentukan kita mau apa dalam hidup ini. Kita yg membuat kesalahan dalam hidup, dan kita pula yg memaafkan diri kita sendiri tanpa perlu berkeluh-kesah dan meminta-minta ampun kepada para ulama yg menempatkan diri mereka sebagai agen tunggal dari Allah ta'alla.

Itulah makna iman Kristen, iman kepada sang Mesias, iman kepada Yeshua ha'masiach, iman kepada sang Imam Mahdi.

Imam Mahdi ini sudah datang secara fisik 2,000 tahun yg lalu kalau kita mau mempercayai mitos-mitos Isa bin Maryam yg dipropagandakan oleh berbagai sekte Nasrani dan Islami sampai saat ini. Dan tentu saja akan datang kembali.

Sang Imam Mahdi akan datang kembali ketika kita menengok ke atas langit dan melihat bahwa di sana itu kosong. Ternyata kosong tidak ada apa-apa. Tentu saja langit akan kosong karena Isa akan datang untuk kedua kalinya sebagai anda. Sebagai saya. Sebagai siapa saja yg mau menerima ke-Isa-an dirinya. Itulah makna second coming. Kedatangan kedua kali dari Isa Al Masih.

Bukan kiamat dan turunnya Nabi Isa dari atas langit untuk menjadi Imam Mahdi bagi orang mukmin, melainkan munculnya kesadaran di satu persatu manusia bahwa dirinya itulah sang Imam Mahdi. Imam Mahdi adalah sang dewasa dalam diri kita yg mendamaikan orang tua dan anak.

Mendamaikan orang tua dan anak artinya membebaskan sang anak dari perasaan berdosa, dan mengajar sang orang tua bahwa dirinya itu cuma phantom atawa hantu blao saja.

Leo
@ Komunitas Spiritual Indonesia .

1 komentar:

  1. menarik.. kedatangan Yesus yang kedua kalinya tak lain tak bukan adalah pada saat pencerahan diri, pencapaian moksa. "Datanglah ya Roh Kudus, penuhilah hati umatmu dan nyalakanlah di dalamnya api cintamu. utuslah Roh mu maka semua akan dijadikan lagi dan Engkau akan memperbaharui muka bumi". kedatangan roh kudus, pencerahan diri, kebenaran sejati, kebangkitan kundalini, well, semua sama artinya. penyatuan dengan Dzat Tuhan. melepaskan lingkaran karma dan reinkarnasi.

    BalasHapus