Selasa, 06 April 2010

Saya Suka Perempuan yg Jantan

T = Dear Leo,

Kali ini saya mau sharing mengenai “feminine energy & the awakening” ya …

J = Boleh aja, please do.

T = Akhir-akhir ini kalau kita perhatiin banyak sekali yang berbicara tentang kebangkitan perempuan dan banyak sekali peristiwa penting yang melibatkan perempuan, seperti munculnya pemimpin perempuan di bidang-bidang yang tadinya nggak pernah dipimpin oleh seorang wanita.

J = Ya, pria makin lama makin menjadi kewanita-wanitaan, dan wanita makin lama makin menjadi kepria-priaan. This is a good sign. Pertanda yg bagus sekali karena artinya kita makin lama makin manusiawi, makin mendekati hakekat diri kita yg sebenarnya, yaitu manusia adalah manusia, dan yg berbeda cuma alat kelaminnya saja. Pria memiliki penis, dan wanita memiliki vagina. Cuma itu saja bedanya, dan di luar itu semua perbedaan yg ada hanyalah artifisial. Dibuat oleh budaya dan dipaksakakan oleh agama dengan alasan Allah menciptakan manusia berbeda. Berbeda sih berbeda, tapi bedanya tidak begitu besar. Our alat kelamin is not that big. Saya punya gak sampe 17 cm, but don't say it to anybody, ok? Jangan bilang-bilang karena ini rahasia antara kita berdua saja.

T = Keberanian perempuan dalam bertindak dan meng klaim hak-haknya - yang dulu hampir mustahil dilakukan. Belum lagi artikel dan beberapa penelitian yang mengemukakan bahwa banyak wanita kini tampil sebagai “bread winner” di keluarganya. Kalau buat saya pribadi ini merupakan sedikit “perwujudan” dari apa yang sudah gencar disuarakan oleh berbagai pihak lebih dari 20 tahun yang lalu, yaitu kebangkitan perempuan.

J = Perjuangan women's liberation sudah dimulai sejak tahun 1960'an di negara-negara Barat. Ini masa ganas-ganasnya wanita mendobrak semua bidang yg tadinya tabu, bahkan di negara-negara kaya dan maju. Tadinya wanita hanya menjadi ibu rumah tangga, sekarang wanita mulai masuk lapangan kerja dan menempati posisi sejajar dengan pria, walaupun banyak bidang mulanya masih diharamkan juga. Akhirnya sedikit demi sedikit haram mengharamkan hilang, dan itupun datangnya tidak mudah. Wanita memang harus menuntut. Harus mengancam dengan cara halus maupun kasar. Kalau pria tidak bisa memberikan kepuasan sebagai suami, maka masih banyak suami orang yg bisa memberikan kepuasan lebih. Dan itu sah saja. Asal dilakukan atas dasar suka sama suka dan sesama orang dewasa, maka semuanya sah saja. And of course, hal ini juga berjalan paralel dengan kondomisasi. God bless the kondoms yg membebaskan para wanita untuk menjadi dirinya sendiri. Bahkan pernikahan pun sudah tidak bisa lagi membelenggu wanita.

Di negara-negara Barat, tingkat perceraian itu berada di ambang sekitar 50 %, satu diantara dua pernikahan akan berakhir dengan perceraian. Dan wanita tidak bisa lagi dipaksa dengan ancaman yg konon berasal dari Allah. No, it doesn't work anymore. Wanita sudah semakin menjadi pria, dan pria semakin menjadi wanita. Kalau dibandingkan dengan pria di negara maju, maka pria Indonesia masih keterlaluan, masih mau dilayani dan dianggap sebagai pemimpin. Pedahal hal itu sudah dijatuhkan dengan hampir sempurna di negara-negara maju. Kalau pria mau menjadi pemimpin dari istirinya, maka si istri bisa menendang alat vital si pria dengan cara astral, yaitu menolak untuk melakukan hubungan intim. Dan suami yg memperkosa istrinya bisa dilaporkan dengan tuduhan KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). So, berhati-hatilah para pria Indonesia sebab cepat atau lambat hal itu akan menimpa anda pula. Memperkosa istri sendiri is haram jadah hukumnya menurut prinsip HAM internasional.

T = Tapi kalau menurut saya, “kebangkitan perempuan” ini bukanlah harus berwujud dalam gender perempuan saja, tetapi lebih kepada energy “perempuan” ( feminin energy) yang sifatnya seperti energi seorang Ibu; cinta tak bersyarat, nurturing, welas asih, dll. Jadi, kita juga bisa bicara mengenai kaum lelaki dengan feminine energy nya. Karena dari apa yang saya pahami, pada dasarnya semua gender manusia selalu punya dua energi yang saling melengkapi (yin/yang). Those energies are like 2 sides of the same coin, they compliment each others. Sayangnya, sejalan dengan berkembangnya peradaban, feminin energy ini ditekan sedemikian rupa. Hampir semua ajaran dan dogma yang selama ini kita kenal memposisikan feminin energy sebagai nomor dua. Dan ujung-ujungnya berimbas pada gender; posisi perempuan di kebelakangkan dan kaum lelaki mengambil alih pimpinan.

J = Ya, hal seperti itu terjadi di semua kebudayaan manusia. Orang Barat juga telah menjajah kaum wanita di masyarakat mereka selama 2,000 tahun. Kelakuannya juga sama, yaitu dengan mengambil ayat-ayat yg asalnya dari Timur Tengah. Agama Nasrani yg mempengaruhi masyarakat Barat itu asalnya dari agama Yahudi yg sangat patriarkal. Allah itu pria, dan Setan itu wanita. Kurang lebih seperti itu kalau diterjemahkan secara "populer". Akibatnya para ulama akan mencaci-maki wanita yg tidak mau menurut kepada suami. Wanita yg mau menjadi diri sendiri akan menjadi sumber makian yg tidak ada habis-habisnya. Pedahal apa salahnya?

Tidak ada. Yg justru salah adalah kepercayaan Timur Tengah itu. Maklumlah asalnya dari kepercayaan rakyat yg mencari nafkah menggembala kambing domba. Mereka lihat satu kambing bandot bisa dipasangkan dengan empat kambing betina. But they were mistaken. Kepercayaan rakyat Timur Tengah masuk ke Indonesia juga melalui agama Nasrani dan Islam. Sangat merendahkan wanita pula, walaupun tentu saja akan disangkal habis-habisan. Kita tidak perlu beradu argumen dengan orang yg keracunan agama Timur Tengah. Kita lihat prakteknya seperti apa, dan bukan argumentasinya. Argumen mereka itu crooked, bengkok. Mereka bahkan tidak mengerti bahwa Allah itu konsep buatan manusia. Bisa dibentuk konsep Allah yg patriarkal, dan bisa pula dibentuk konsep Allah yg bisexual. Allah yg bisexual adalah yg lebih humanis. Lebih sesuai dengan citra manusia. Allah itu merupakan cerminan manusia, dan bukan manusia cerminan Allah. Allah is our own making.

T = Very unfortunate bahwa masyarakat luas mendukung paham yang seperti ini, yang membuat manusia menjadi gak bisa menghargai sisi-sisi femininnya, yang sebetulnya secara alami memang sudah built in. Male energy menjadi dominan dalam peradaban kita, para lelaki merasa sebagai the privileged gender in the society, sementara perempuan ? be the lesser part ….. Bahkan perempuan sendiri harus bergaya seperti lelaki kalau mau dianggap berhasil dalam karir dan pekerjaannya, contoh yang paling nyata adalah “the power suit” – fashion wanita era 80 an yang menggunakan bantalan bahu tebal agar terlihat lebih “kuat dan powerful” seperti bahu lelaki. Banyak perempuan sendiri yang sangat terpengaruh pada male energy ini dan tidak mengakui sisi femininnya sendiri.

J = Menurut saya wanita Indonesia justru harus menambahkan atau membangkitkan energi pria di dalam dirinya. Wanita kita sudah dididik untuk menjadi feminin selama 2,000 tahun lebih. Feminin itu yg tugasnya melayani kepuasan sex laki-laki. Selalu tersenyum ramah, bersifat keibuan atau centil. Menjaga tindak-tanduk. Itu yg perlu dilempar jauh-jauh, at least secara teori, walaupun tentu saja wanita juga tidak perlu melepaskan kefemininan dirinya. Feminitas atau perilaku gemah gemulai yg bisa bikin pria ngaceng itu juga tidak datang begitu saja di wanita. Itu harus dipelajari. Ada trik-nya, yaitu harus merasa tubuhnya memiliki magnet tertentu. Saya tahu dan mengerti karena saya juga mempraktekkan the trick. I am also feminine. Every male has feminine side, tapi baru sebagian saja yg mengakuinya. Saya mungkin termasuk pelopor dengan bilang saya bisexual. Ini yg natural bagi semua orang, biseksualitas, yg artinya kita feminin dan maskulin sekaligus dengan perbedaan cuma di sekitar alat kelamin yg, in my case, not bigger than 17 cm. Awas bilang-bilang !

T = Jika sekarang ada pergeseran nilai seperti yang diutarakan oleh banyak orang, saya rasa memang it’s about time. Kita semua sudah lelah dengan sikap yang mau menang sendiri, egois dan penaklukan yang sering digambarkan sebagai male energy. Kita semua sudah cape dengan ajaran dan dogma yang begitu tidak adil. Kini memang saatnya kita memberdayakan sisi lain yang sudah terlupakan sekian lama; “our feminine energy” yang membuat kita belajar untuk punya sifat welas asih, “nurturing”, saling menghargai dan penuh cinta. Sifat yang tidak hanya milik kaum yang bergender perempuan, tetapi juga sebetulnya dimiliki oleh kaum pria, tetapi menjadi terlupakan akibat pengaruh ajaran dan budaya sekian lama. Bukan berarti male energy itu jelek, tetapi karena yang sekarang terjadi adalah akumulasi cuma dari satu energy aja, tentunya akan terjadi ketidakseimbangan …

J = Keseimbangan akan terjadi apabila semakin banyak pria mengakui dan mengaplikasikan energi kewanitaan yg ada di dirinya. Pria akan semakin lemah lembut dan feminin. Wanita juga akan semakin banyak yg mengakui dan mengaplikasikan energi kepriaan yg ada di dirinya. Wanita akan semakin maskulin, semakin jantan. Saya suka perempuan yg jantan.

T = Kebangkitan feminine energy ini harus dirayakan oleh kita semua; lelaki dan perempuan. Kaum lelaki belajar to embrace your hidden female energy – belajar mengenali dan memiliki sifat yang selama ini dianggap “tidak pantas” dimiliki oleh seorang lelaki. Mempunyai sifat yang welas asih, mengalah, dll tidak akan membuat seorang pria menjadi setengah lelaki, tetapi menurut saya malahan akan membuatnya menjadi manusia yang lengkap. Kita jadi bisa punya keseimbangan yang sehat dalam hidup. Dan sebetulnya it’s a release juga lho buat seorang lelaki, capek kan kalau terus menerus berperan seperti Rambo ?

J = Of course capek. I've learnt myself to let go. Untuk ikhlas dan pasrah diapain aja. Sekali-sekali menjadi pasif is good for myself. But, secara mental dan intelektual... atau bisa dibilang secara spiritual, saya juga tahu bahwa the psyche atau kejiwaan di dalam diri saya memang memiliki keduanya: energi maskulin dan energi feminin sekaligus. Kalau saya terlalu maskulin, maka akan banyak kesalahan saya lakukan. Saya akan marah-marah dan menyalahkan "Setan". Kalau terlalu banyak energi feminin yg saya terapkan, saya juga akan memble, menggunakan perasaan yg tidak perlu. So, segalanya harus seimbang. Dan karena selama ribuan tahun energi pria lah yg telah terlalu banyak dikultivasi oleh umat manusia, maka secara sadar maupun tidak sadar saya akhirnya memberikan porsi lebih kepada energi kewanitaan yg bisa menggoda, bisa berpura-pura jatuh pedahal barangnya berdiri. Bisa menangis pedahal tertawa. Wanita is the other side of the same coin that we have. The coin being our own psyche nothwithstanding our gender or sexual orientation.

T = Sedangkan bagi kaum perempuan hal ini juga bisa membuat kita belajar untuk memberdayakan diri sendiri; belajar untuk “tampil”, berpikir sendiri, mengambil keputusan sendiri dan yang paling penting mengubah mind set bahwa kita mampu dan bisa untuk mengatur hidup kita sendiri. Ajaran dan budaya yang selama ini kita ikuti dengan beribu aturannya (cara berpakaian, cara bersikap, cara berdandan, dll) membuat wanita menjadi robot sosial . Jangan berpikir dan merasa bahwa sejuta aturan itu dibuat karena wanita sangat istimewa, tapi sebetulnya – menurut saya – semua aturan itu malah membuat para perempuan menjadi tertinggal dan bodoh. Bagaimana bisa peraturan yang membuat wanita menjadi tidak lebih dari “hak milik” dianggap sebagai suatu keistimewaan ? Peraturan yang dibuat seolah-olah wanita tidak bisa punya pemikiran sendiri dianggap sebagai suatu “priviledged” ? Pola pikir yang “lucu” deh.

J = Memang lucu, dan lebih lucu lagi karena ada tambahan "diridhoi oleh Allah". Amit-amit deh..

T = Makanya, biarpun suara kebangkitan perempuan semakin keras akhir-akhir ini, tidaklah akan berhasil bila wanitanya sendiri tidak berubah. Mind setnya gak berubah. Bener nggak, Leo ?

J = Of course bener, my darling.


+

Leo
@ Komunitas Spiritual Indonesia .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar